Just Eighteen

387 79 40
                                    

"Bisa kita bicara sebentar?" sebuah tepukan lembut dari belakang sedikit mengagetkan Yein. Ketika gadis itu membalikkan badan, yang ia dapati adalah sesosok wanita berlesung pipit yang saat ini tengah tersenyum ramah kepadanya.

"Tentu saja," jawab Yein sembari melepaskan atensinya dari kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung di dalam sana. Yein sejak tadi mengintip dari jendela. Melihat eksistensi Jungkook yang tampak aktif mengacungkan tangan dalam menjawab pertanyaan.

Lee Sojung mengangsurkan secangkir teh hangat pada si lawan bicara. Gadis cantik yang tadi dilihatnya menangis di pelukan Jungkook anak didiknya. Sojung jadi tahu alasan mengapa Jungkook selalu membawa nama Yein dalam setiap percakapan mereka.

Tentu saja karena Yein sangat cantik. Dia saja yang wanita mengakui hal itu.

"Jungkook sering menyebut namamu. Kau Jung Yein bukan?"

"Iya benar. Memangnya Oppa cerita apa tentangku?"

Yein sebenarnya tidak perlu merasa heran karena memang sejak dulu Jungkook selalu mengejarnya. Namanya juga sudah terkenal di seantero sekolah sebagai 'pengasuh Jungkook' berkat pria itu yang tidak pernah absen mendatanginya saat istirahat tiba. Yein yang dengan setia mengantar dan menjemput Jungkook sepulang sekolah.

"Banyak sekali. Setiap prakarya yang dia buat, selalu untuk Yein. Lagu yang dia nyanyikan, untuk Yein. Puisi-puisi yang dia ciptakan juga selalu tentang Yein. Jungkook ingin Yein senang, Jungkook ingin melihat Yein bangga dia selalu bilang begitu."

Jung Yein hanya bisa tersenyum mendengarnya.

"Kulihat Jungkook sangat bergantung padamu. Kau sangat berpengaruh pada perubahan emosinya. Minggu kemarin dia terus terlihat murung. Diam-diam menangis. Tidak memperhatikan pelajaran juga. Ternyata setelah kutanya dia bilang kalau Yein tidak pulang. "

"Ya. Sebenarnya aku bermaksud memberinya kejutan kemarin. Jadi, aku terpaksa berbohong. Tidak kusangka Oppa sampai seperti itu," gumam Yein menyesal.

Lee Sojung mengangguk mengerti. "Tapi Yein pasti tahu jika anak seperti Jungkook sangat sensitif. Hal sekecil itu bisa berpengaruh begitu besar pada dirinya."

"Iya. Maaf."

"Tidak perlu meminta maaf," Sojung kembali tersenyum. Ia menghela napas sejenak. "Satu sisi kau motivasi terbesarnya dalam hidup, tapi di sisi lain kau juga bisa menjadi..kau paham maksudku kan Yein?"

"Iya."

"Jadi sebisa mungkin, jangan buat dia terlalu hancur."

Kening Yein berkerut dalam. Ia tidak paham kemana arah pembicaraan Sojung.

"Maksud anda?"

Sojung berjalan ke sisi Yein. Duduk di samping gadis itu dan mengelus rambut halusnya.

"Kau sangat cantik, kau tahu itu?" Kedua mata Yein menyipit. Sojung tersenyum penuh arti. "Mungkin ini bukan kapasitasku berbicara hal seperti ini padamu. Tapi kupikir, aku perlu melakukannya. Mengingat anak itu cukup tertutup dalam menyampaikan hal ini."

"Langsung saja pada intinya, aku benar-benar tidak mengerti."

"Kau tahu Jungkook mencintaimu?"

"Tunggu sebentar, sepertinya anda sudah salah paham. Memang banyak sekali orang yang sudah salah mengira kalau Jungkook Oppa mencintaiku. Tapi Oppa sendiri yang bilang kalau dia menyayangiku seperti saudara. Anda tahu? Kami ini saudara sejak kecil!" jelas Yein panjang lebar.

"Tapi dia-,"

"Dan jika dia mencintaiku layaknya pria mencintai wanita pada umumnya, aku benar-benar tidak bisa membalas perasaannya," potong Yein cepat. Emosinya sudah terpancing saat ini. "Aku tidak bisa menganggapnya lebih dari itu. Aku mencintai pria lain. Dan bahkan meskipun saat ini aku belum mempunyai perasaan pada siapapun, akan sangat aneh jika aku dan Oppa bersama. Karena memang sejak kecil kami sudah bersaudara."

Just You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang