Polesan make up sudah mewarnai wajah cantik Yein untuk menyempurnakan penampilan di hari teristimewanya ini. Tubuh berbalut gaun pengantin itu juga terlihat lebih anggun dibandingkan kemarin. Tinggal 30 menit lagi menuju acara utama. Acara yang tentu saja sangat dinantikan oleh kedua mempelai.
Tapi ada yang berbeda di sini. Tidak selayaknya pengantin yang gugup menanti detik menegangkan untuk dipersatukan, nyatanya tatapan kosong Yein pada cermin disadari oleh sang Eomma. Seolhyun mengelus pelan bahu Yein. Tidak biasanya Yein seperti ini.
"Kau melamun?" tegur Seolhyun ketika Yein menolehkan kepala.
Yein terdiam. Tidak menggeleng untuk menyanggah.
"Apa yang kau pikirkan sayang? Kau sangat gugup?" tanya Seolhyun perhatian.
Yein menatap lama kedua mata Seolhyun. Mengembuskan napas berat kemudian menunduk dalam. "Aku tidak mau berpisah dengan Eomma," gumamnya pelan.
Kening Seolhyun mengernyit. Yein kembali menatapnya, kali ini dengan mata berkaca-kaca. Setelah itu sang putri memeluknya. Hati Seolhyun merasa trenyuh. Bukan hanya Yein yang merasakan hal itu. Dirinya juga sama sedihnya. Membayangkan bila anak semata wayangnya pergi jauh. Bahkan berbeda negara. Mereka akan sangat jarang bertemu. Sungguh Seolhyun sebenarnya tidak rela putrinya dibawa pergi begitu jauh. Tapi mau bagaimana lagi? Ini demi kebahagiaan Yein. Demi bersatunya Yein dengan pria yang dicintainya.
"Eomma juga berat berpisah dengamu Yein-ah, tapi ini sudah menjadi pilihanmu bukan?" Seolhyun kembali mengingatkan Yein. Ini bukan paksaan seperti saat Seolhyun memaksanya putrinya untuk bisa bersama Jungkook. Ini jelas kemauan Yein sendiri. Jadi Seolhyun ingin Yein bertangggung jawab dengan pilihannya.
Tidak ada jawaban dari Yein. Gadis itu malah semakin mempererat pelukannya.
"Jung Yein, katakan pada Eomma, ada apa?"
Yein menggeleng, sebelum kemudian mengembuskan napas berat kembali. "Maaf untuk semua kekacauan yang akan kubuat Eomma."
Seolhyun melepas pelukannya, memegang kedua bahu Yein, dan memberinya tatapan menuntut penjelasan.
"Apa maksudmu? Kekacauan apa Jung Yein?"
Yein tidak bergeming. Gadis itu tidak berani menatap mata Ibunya.
"Aku ingin mengatakan sesuatu pada Eomma," ucapnya lirih.
Yein sudah akan melanjutkan kalimatnya ketika terdengar suara pintu diketuk. Tidak lama Pinky, Sujeong, dan Somi muncul sambil berlari kecil.
"Semua sudah siap, sudah saatnya pengantin cantik kita berdiri di atas altar," seru Sujeong riang.
"Ayo Yein! Semua sudah tidak sabar menunggumu," sahut Somi.
"Tunggu gadis-gadis cantik, sepertinya Yein masih ingin mengatakan sesuatu pada Bibi. Bisa beri kami waktu sebentar lagi?" interupsi Seolhyun pada ketiga sahabat Yein yang siap menggiringnya keluar.
"Tidak akan lama," ucap Yein.
Pinky mengangguk mengerti. "Ayo kita keluar," ajaknya.
Setelah Sujeong menutup pintu, Yein segera menguncinya. Gadis cantik itu berdiri, menatap sang Eomma sambil menggigit bibir bawahnya pelan.
"Jadi?"
"Beberapa hari ini aku sudah merenungkan sesuatu Eomma," desah Yein pendek. "dan aku menyadari jika selama ini aku salah."
Seolhyun memiringkan kepala bingung. "Maksudmu sayang?"
"Aku tahu ini sangat mendadak dan pastinya tidak akan ada satu orangpun yang setuju dan mendukung keputusanku," Yein melirik Seolhyun dengan raut cemas. "kecuali Eomma."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just You (Completed)
FanfictionAku terlahir sebagai salah satu punuk yang merindukan purnama terangmu wahai bulanku. Manusia bodoh tidak tahu diri yang akan selalu mengejarmu..hanya kamu.. Jeon Jungkook.