.
.
.
Keempatnya memasang ekspresi takjub ketika Jungkook –dengan tergopoh gopoh, membawa empat bekal di kedua tangannya. Yein bahkan heran, seingatnya tadi saat berangkat sekolah, pria itu tidak membawa satu bekalpun. Saat ini mereka sedang berada di kantin. Dalam posisi sedang bingung ingin makan apa.
"In-i."
Jungkook menaruh empat kotak bekal itu di hadapan mereka. Kedua mata Somi berbinar cerah. Tanpa dipersilahkan, diambilnya satu untuk dirinya sendiri.
"Dapat darimana?" tanya Yein penuh selidik. Jungkook hanya menggeleng sambil tersenyum. Lalu kemudian membagikan bekal yang dibawanya ke hadapan Pinky, Sujeong dan juga Yein.
"Kau sedang berulangtahun eoh?" tanya Sujeong bingung. Matanya menatap takjub isi dari kotak makan tersebut. Ini bukan bekal buatan rumah seperti biasanya. Ini masakan restoran yang dilihat dari tampilannya saja tampak mahal.
"Bukan, kemarin kami berdua membantunya menghajar anak-anak nakal. Karena dia tidak bawa uang untuk mentraktir kami ramen, dia berjanji akan menggantinya dengan ini," jawab Somi dengan kunyahan lahap pada tempura dan nasinya.
Jungkook mengangguk cepat, mengiyakan ucapan Somi. Sujeong dan Pinky hanya ber-oh ria.
"So-mi hebat se-kali," puji Jungkook dengan kedua jempol terangkat ke atas. Pemuda itu duduk di sebelah Somi.
"Kenapa tidak mengajak kami?" protes Pinky dengan bibir merah maju beberapa senti. Yein mengendikkan bahu.
"Kalian mau apa di sana? Membantu kami dengan menjerit? Oh tidak terima kasih," cibir Yein dengan senyum miring.
"Yak kau meremehkan kami!" seru Sujeong tidak terima. "Aku bisa membawa batu dan melempari mereka."
Yein dan Somi tertawa terbahak. Jungkook yang tidak mengerti juga ikut menertawai. Sujeong melotot pada Jungkook. Dan pria itu langsung tutup mulut.
"Lalu dia," tunjuk Sujeong pada Jungkook. "Apa yang dia lakukan sementara kalian menghajar mereka?"
Jungkook menunduk takut. Wajah gadis berpipi besar itu seram sekali. Bodohnya Jungkook yang ikut tertawa tadi.
"Ryu Sujeong, tidak usah bertanya, tentu saja dia hanya berdiri ketakutan. Eh kau mengompol di celana tidak?" sahut Pinky yang masih bisa mencela Jungkook bahkan ketika mulutnya sudah disumpal makanan.
"Ti-dak, Jungkook ti-dak mengompol!" seru Jungkook tegas. Ia melirik Yein yang masih tertawa cekikikan.
"Ey yang benar," goda Pinky sambil mencolek dagu Jungkook.
"Be-naaar!"
"Ah, aku tidak percaya."
"Jung-kook ti-dak mengompol, iya kan Ye-in?" tanya Jungkook meminta dukungan. Yein lagi-lagi mengangkat bahu acuh.
"Tidak tahu," jawabnya dengan wajah sok polos. Somi tidak bisa menahan tawanya. Muka Jungkook memerah saat ini.
"So-mi, Jung-kook tidak mengom-pol iya kan?" sambung Jungkook mencari dukungan lain. Ia tampak panik. Dan sepertinya akan menangis.
"Tunggu sebentar, aku ingat-ingat dulu." Gadis itu berpura pura berpikir. Jungkook menunggunya dengan cemas. Jungkook yakin dia tidak mengompol waktu itu. Karena sebelum bel berbunyi, Jungkook sudah pipis dulu.
Tidak lama kemudian, Somi menjentikkan jari. "Ah aku ingat!" serunya yang mendapat perhatian penuh dari Jungkook. "Kau sepertinya mengompol, ayo mengaku!" bisik Somi dengan mata menyipit. Jungkook menggeleng berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just You (Completed)
FanfictionAku terlahir sebagai salah satu punuk yang merindukan purnama terangmu wahai bulanku. Manusia bodoh tidak tahu diri yang akan selalu mengejarmu..hanya kamu.. Jeon Jungkook.