Just Four

389 97 32
                                        

.

.

.

Hingga malam hampir berganti pagi, mata Yein belum juga bisa terpejam. Bibirnya tetap menyunggingkan senyum meski rasanya pipi sudah sangat pegal. Ia berguling ke sana kemari seperti orang gila. Ya Yein memang tengah gila. Ia jadi gila karena besok Wonwoo berjanji akan makan siang bersama. Pesannya dibalas begitu Yein turun dari bus. Bahkan Wonwoo bilang akan menghampirinya ke sekolah. Mereka akan makan di kantin Sekolah Yein.

"Ommo, aku benar-benar tidak bisa tidur. Bagaimana ini?" gumam Yein cemas. Besok adalah hari spesial. Yein tidak boleh terlihat kusut karena kurang tidur. Kantung mata dan semacamnya itu tidak boleh menutupi pancaran kebahagiaan Yein esok hari.

Gadis itu mencoba memejamkan mata. Lima belas menit berlalu namun nihil. Ia belum juga berkelana ke alam mimpi.

SIAL!

Yein bangun dan mengacak rambutnya kesal. Menyingkap selimut lalu berjalan menuju balkon. Angin malam berembus menerpa tubuhnya yang hanya dibalut kaos oblong putih tipis beserta celana pendek sepaha.

Sudah sangat sepi. Bintang juga hanya terlihat beberapa saja di atas sana. Bulan hanya mengintip sebagian. Dan lampu kamar Jungkook masih menyala.

Apa? Tumben sekali Jungkook belum tidur.

Yein bergeser untuk lebih mendekat ke arah jendela kamar Jungkook. Matanya memicing untuk melihat apa yang dilakukan pria itu. Tempat tidurnya kosong dan masih rapi. Pintu jendelanya juga terbuka. Tapi Yein tidak menemukan sosok Jungkook di sana.

"Ah kenapa aku harus peduli?" gumam Yein seraya kembali masuk ke kamar. Gadis itu mengunci pintu balkon dan menutup tirainya. Angin malam sudah cukup membuat matanya memberat. Setelah ini Yein akan benar-benar tertidur.

Sementara di luar sana, sesosok pria tampak keluar dari persembunyiannya. Ia tidak tahu mengapa dirinya tiba-tiba saja bersembunyi. Yang jelas, ketika melihat gadis itu rasanya ia merasa sedih.

Malam ini ia juga tidak boleh tidur. Sebentar lagi pertandingan bola akan disiarkan. Ia harus menontonnya. Ia harus mempelajarinya. Karena ia begitu penasaran.

Apa yang menarik dari pertandingan itu?

Apa yang hebat dari memperebutkan si kulit bundar yang hanya satu hingga mereka rela berlarian ke sana kemari?

Apa yang menarik dari pria bertubuh jangkung itu?

Lalu apa yang membuat Yein begitu senang bisa berbicara dengannya?

***

Jeon Jungkook mengusap matanya beberapa kali. Bibirnya menyunggingkan senyum bodoh yang selalu membuat Yein muak. Matanya juga tidak berhenti menatap pemandangan indah di pagi ini.

Jeong Yein.

Cantik sekali.

"Ayo kita berangkat Oppa," ajak Yein karena tidak juga mendapat respon dari Jungkook padahal sudah sejak tadi ia mengajaknya pergi. Nyonya Jeon hanya tersenyum melihat tingkah anaknya.

"Ye-in can-tik."

Oke. Bukannya mengikuti Yein berjalan, Jungkook malah menggumamkan kata itu berulang kali.

Bukannya Yein tidak senang dipuji. Tapi DENGAR! Ia sengaja berdandan untuk seorang Jeon Wonwoo. Jadi jangan sampai salah sasaran.

"Benar, pagi ini Yein terlihat sangat cantik," lanjut Nyonya Jeon mendukung putranya. Yein hanya tersenyum simpul. Kali ini ia sengaja menarik lengan Jungkook terlebih dahulu.

Just You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang