Just Twenty One

407 78 123
                                    

Jung Yein mulai disibukkan dengan rencana pernikahannya. Lamaran kemarin sekaligus acara pertunangan. Sengaja tidak dirayakan terlalu besar karena memang keduanya tidak menyukai pesta yang berlebihan. Ketiga sahabatnya bahkan sempat marah karena tidak diundang ke acara penting itu. Maka dari itu mereka bertiga bersumpah akan merecoki Yein dalam mempersiapkan kebutuhan pernikahannya.

Yein tidak perlu pusing memikirkan tata rias. Pinky ahlinya. Ingat keluarganya bergerak dalam bidang fashion design? Yein tinggal menyebutkan konsep seperti apa yang dia mau, dan gadis Pink itu akan mewujudkan impiannya. Mereka juga sudah memikirkan gaun untuk bridesmaid. Termasuk Jungkook di dalamnya. Jungkook akan menjadi satu-satunya maid pria Yein.

"Aku tidak suka warna Pink," seru Yein dengan kedua mata menyipit mendengar usulan dari Pinky untuk menambahkan aksen warna Pink pada gaun pengantinnya.

"Pink itu bagus! Kalau hanya putih saja tidak asik."

"Kalau begitu cari warna selain Pink. Aku menolaknya sama sekali!"

Pinky mendengus keras mendengar kekeras kepalaan seorang Jung Yein. Jelas-jelas sebuah pernikahan akan menjadi sempurna jika menambahkan warna Pink yang penuh dengan kelembutan dan cinta.

"Bagaimana kalau gold? Itu akan terkesan mewah meskipun kita hanya menyelipkan hal sederhana," tawar Pinky. Pinky menunggu jawaban, namun Yein sama sekali tidak menyahut. "Yein, hei apa yang kau lamunkan?" tanyanya heran saat menemukan Yein tengah memutar bibir cangkir teh hijaunya dengan tatapan menerawang.

Yein baru tersentak ketika Pinky menepuk pelan bahunya. "Oh, apa kau mengatakan sesuatu?" tanya Yein gelagapan.

Menggeleng samar, Pinky kemudian terkekeh pelan. "Apa yang kau pikirkan hem? Apa begitu berat?"

Helaan napas berat menjadi awal jawaban Yein. Kening Pinky semakin mengernyit dalam. Tiga hari yang lalu Yein masih sangat bersemangat dengan berbagai konsep pernikahan impiannya. Dia bahkan banyak mengambil referensi dari film yang ia tonton.

"Pink, akhir-akhir ini aku memimpikan sesuatu."

Pinky mendekat ingin tahu. "Apa itu?"

"Aku bermimpi melangkah di pelaminan, dengan pria lain. Tapi bukan Wonwoo," gumam Yein sedih.

"Dan siapa pria itu?"

"Aku tidak tahu. Wajahnya tidak terlihat jelas. Dia berdiri membelakangiku. Aku hanya melihat punggungnya."

"Dan kenapa kau bisa yakin itu bukan Wonwoo?"

Yein memutar bola matanya. Pertanyaan bodoh. Memangnya Yein berpacaran dengan Wonwoo sudah berapa lama? Dia tentu saja hapal di luar kepala. Yang mana punggung Wonwoo dan yang mana yang bukan.

"Itu bukan Wonwoo," tekannya sekali lagi.

"Oke itu bukan Wonwoo. Jadi apa kau punya perkiraan lain? Mungkin kau mengenal seseorang dengan punggung seperti dalam mimpimu."

Yein menggeleng putus asa. "Punggungnya tegap dan bagus. Dia sempurna."

"Jadi punggung Wonwoo tidak tegap dan tidak bagus?" celetuk Pinky tanpa sadar.

Yein memberikan tatapan datar. "Seriuslah, aku sedang tidak bercanda."

Pinky mengangguk mengerti. "Hhhmmm, kupikir mimpi itu hanya bunga tidur. Tidak perlu terbawa perasaan hanya karena mimpi Oke!"

"Tapi ini terjadi bukan hanya sekali. Setiap malam dalam tiga hari ini mimpi itu terus menerus berulang. Dan kau tahu kenapa aku menolak warna Pink?"

Kedua mata Pinky menyipit. "Karena di dalam mimpimu kau mengenakan gaun Pink?" tebak Pinky tidak yakin.

Tanpa diduga Yein mengangguk. "Altarnya indah sekali. Bunga mawar merah muda ada di setiap sudut kursi. Aku memakai gaun pink, dan pria itu juga. Kalian semua tersenyum bahagia." Yein mengambil napas sejenak. "Dan anehnya aku juga merasa senang," lanjutnya lirih.

Just You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang