Just Sixteen

310 78 16
                                    

.

.

.

"Kau berbohong padanya?"

"Pada siapa?" tanya Yein bingung.

Cheng Xiao menunjuk dengan dagu ke arah smarthphone yang sudah tergeletak di atas meja.

"Jungkook."

"Aku ingin memberi keluargaku kejutan," jawab Yein enteng. Merebahkan punggungnya pada sandaran sofa lalu menyalakan Televisi menggunakan remote. Memilih chanel musik yang saat ini menampilkan promosi lagu dari Boygrup yang sedang comeback.

"Yein, aku penasaran dengan yang namanya Jungkook. Kau punya fotonya?" seru Cheng Xiao tiba-tiba. "Cara bicaranya lucu seperti anak kecil." Gadis itu menatap Yein dengan penuh harap.

"Hhhmmm tunggu sebentar."

Yein segera membuka folder foto di smartphone miliknya. Ia terus menerus menscroll tapi tetap tidak menemukan satupun foto Jungkook di sana. Seingat Yein saat kelulusan dulu, mereka sempat berfoto dengan Jungkook. Kok sekarang tidak ada ya? Apa mungkin yang Yein gunakan berfoto saat itu bukan smartphone miliknya? Milik Pinky, Sujeong atau Somi? Atau kamera ibunya ya? Ah Yein benar-benar lupa!

"Mana?" desak Cheng Xiao tidak sabaran.

"Hhhmmm kau belum beruntung Xiao-ah. Aku tidak punya fotonya."

"Yaaaah kau bohong! Masa tidak ada sih Yein? Katanya kalian dekat? Dia bahkan berkata dengan terus terang kalau rindu padamu."

Saat itu juga Yein menelan ludah. Entah untuk apa. Seharusnya ia sudah terbiasa mendengar pengakuan rindu dari Jungkook.

"Pikirannya masih seperti anak-anak Xiao-ah, dia akan bicara apa adanya." Lalu tidak lama kemudian kedua mata Yein menyipit curiga. "Kau pasti berpikir kalau Jungkook Oppa menyukaiku," tuduh Yein cepat.

Cheng Xiao mengangguk jujur.

"Kenapa? Kenapa kau bisa berpikiran begitu?"

Yein hanya ingin tahu. Dulu Pinky juga pernah menanyakan hal yang sama. Tentang perasaan Jungkook padanya. Tapi saat itu Pinky berinteraksi langsung dengan Jungkook. Sikap Jungkook pada Yein memang bisa membuat siapapun salah paham. Tapi Cheng Xiao? Bahkan mendengar suaranya saja baru lima belas menit yang lalu. Kenapa ia juga bisa menyimpulkan hal itu begitu cepat?

"Kenapa ya?" Cheng Xiao tampak berpikir.

"Dia menyayangiku layaknya saudara kandung. Kami besar bersama. Saling melemparkan kata rindu itu sudah biasa," jelas Yein tanpa menunggu penjelasan Cheng Xiao.

"Tapi aku merasa yang ini berbeda," gumam Cheng Xiao. "Entahlah mungkin hanya perasaanku saja. Tapi malah kau yang tampak berbeda di sini."

"Maksudmu apa sih? Aku tidak mengerti," kali ini Yein memusatkan perhatian sepenuhnya pada Cheng Xiao.

"Aku baca semua pesan yang dia kirimkan padamu Yein-ah. Semua pertanyaanya tentang kau. Apa Yein baik-baik saja? Yein makan dengan baik tidak? Apa teman Yein baik di sana? Semua Jung Yein, hanya tentangmu. Dia bahkan tidak pernah menceritakan tentang dirinya sendiri."

"Lalu?" Yein masih belum paham sepenuhnya.

"Sepertinya dia memang menganggapmu lebih dari saudara."

Yein tertawa pelan. Alasan yang Cheng Xiao utarakan tidak berdasar. Hanya dari pesan yang menanyakan dirinya saja? Eomma juga setiap hari bertanya begitu. Apa yang aneh?

"Kau sama saja dengan yang lain. Kupikir alasanmu berbeda, ternyata memang hanya dari 'feeling' semata."

"Terserah kau saja."

Just You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang