Just Seventeen

361 80 17
                                    

Jungkook sudah bersih dan wangi ketika Yein menerjangnya dengan pelukan di atas ranjang. Tadi Seolhyun mati-matian memaksa Jungkook mandi. Setelah itu Jungkook kembali tidur di kamar Yein. Kali ini benar-benar tidur.

"OPPA! BANGUN!" teriaknya keras. Gadis itu terkikik geli melihat ekspresi kaget Jungkook. Kagetnya Jungkook itu berbeda. Jungkook hanya akan membuka mulutnya tanpa berkedip.

DATAR SAJA.

Lalu tidak lama dia akan tersenyum.

"Aku pulang! Aku rindu Oppa! Dan Hugo juga!"

Hugo tidak berhenti menggonggong kesenangan ketika Yein memeluknya erat.

"Ye-in pulang? Jung-kook tidak mimpi?"

Jung Yein kembali tertawa. "Coba pegang," Yein menyodorkan tangannya kepada Jungkook. Pria itu hanya mengelusnya pelan. Ia tersenyum ketika merasakan kulit Yein di jemarinya.

"Iya. Ini benar Ye-in."

Karena gemas, Yein mencubit kedua pipi Jungkook. "Ommo! Kemana pipi Oppa yang chubby itu? Kenapa hanya tinggal kulit saja?" pekik Yein yang baru menyadari jika pipi Jungkook lebih tirus. "Oppa tidak makan dengan baik ya?"

"Ti-dak ingin makan. Ye-in bilang tidak pu-lang," jawab Jungkook jujur.

Yein memukul lengan Jungkook pelan. "Oppa tidak boleh begitu. Nanti Oppa sakit bagaimana? Jangan membuat semua orang khawatir."

"Jung-kook rindu Ye-in."

Jung Yein menghela napas berat. Sampai sebegitunya Jungkook merindukannya hingga tidak mau makan.

"Jangan menyiksa diri Oppa sendiri. Yein jadi merasa bersalah," gumam Yein sendu. Jungkook merengkuh tubuh kurus di depannya dengan erat. Ia tidak suka melihat raut wajah Yein yang berubah drastis.

"Jung-kook janji mau ma-kan banyak setelah ini!"

"Benar ya, jangan bohong. Pokoknya Yein mau melihat Oppa sehat. Jangan terus-terusan merajuk atau bersikap kekanakan. Ingat, Oppa itu sudah dewasa."

"De-wasa itu yang ba-gaimana?" tanya Jungkook polos. Yein mengelus pipi halus pria itu dengan lembut.

"Ya seperti yang Yein bilang tadi, jangan mudah marah atau emosi kalau Oppa tidak mendapatkan sesuatu yang Oppa inginkan. Sampai tidak mau makan. Itu namanya menyusahkan orang lain. Karena pasti semua orang akan mengkhawatirkan Oppa. Semua juga pasti sedih."

"Ye-in juga sedih?"

"Ya sudah pasti Yein sedih kalau Oppa sakit. Sama seperti Oppa sedih saat Yein sakit."

Jungkook mengangguk saja. Entah mengerti atau tidak.

"Kalau ti-dak dapat sesuatu, ti-dak boleh marah?"

"Iya. Tidak boleh. Harus menerima, juga tidak boleh sedih berlebihan," Yein ulangi penjelasannya berkali-kali. "Menangis boleh, tapi sebentar saja, setelah itu harus kembali seperti semula."

Menasehati orang memang mudah. Mungkin Yein melupakan sesuatu. Bukankah dulu juga ia sempat kabur dari rumah dan marah karena diminta putus dari Wonwoo?

***

Ini hari Senin. Tidak seperti kemarin saat hari minggu tiba yang Yein habiskan hanya dengan bergelung di atas ranjang, kali ini pagi-pagi sekali ia sudah bersiap. Minggu sebenarnya adalah hari yang pas bagi Yein dan kawan-kawannya berkumpul. Tapi sayang mereka semua sedang sibuk. Bahkan Wonwoo juga hanya bisa menemaninya saat sore hari. Itupun tidak lebih dari satu jam. Akhirnya Yein menghabiskan sisa harinya bersama Jungkook seorang. Mereka menonton film dan memasak bersama.

Just You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang