1. Tentang Aku, Tentang Rasa

236 71 104
                                    

          

Zara Agatha, itu adalah namaku. Kata orang tuaku nama itu adalah gabungan dari nama mereka. Papaku yang bernama Raza dan Mamaku yang bernama Aulira. Papaku juga pernah bilang ke aku, kalau "Agatha" adalah nama belakang dari ibunya. Dia sangat mengaggumi ibunya karena menurutnya, ibunya adalah sosok wanita yang kuat.  Nama yang cukup bagus bagiku, aku suka namaku, thanks mom, dad.

Aku merupakan anak SMA kelas 1 di SMA Pratiwi. Di sekolah aku bukan lah siswi yang populer, dan tidak begitu pintar. Cantik? Menurutku wajahku ini standar lah, tidak cantik dan tidak jelek. Aku Cuma anak perempuan yang biasa aja, yang kalau kesekolah rambut selalu di kuncir, muka cuma dibedakin pakai bedak bayi, dan minyak wangi juga memakai minyak telon bayi. Sungguh sederhana penampilanku.

Aku juga aktif dalam organisasi PMR (Palang Merah Remaja) di sekolahku. Disitu aku banyak membantu teman-teman yang sedang sakit. Tujuanku mengikuti PMR sebenarnya adalah untuk menghindari upacara setiap senin, karena posisiku berada di UKS saat upacara. Anggota PMR disekolahku tak begitu banyak peminatnya, mugnkin bagi murid-murid lain menjadi anggota PMR itu berat karena kita berurusan dengan orang yang sedang sakit. Tapi sebenarnya enak kok jadi anggota PMR itu.

Di sekolah aku duduk dikelas 10-3, aku sebangku dengan sahabatku yaitu Farrah. Farrah adalah sahabatku dari SD. Dia anak perempuan yang humoris, bawel, judes, tapi dia juga orang yang memiliki hati yang sensitif jika mendengar cerita sedih, dia cengeng. Pernah suatu hari aku menceritakan tentang sinopsis dari film "Mak Ijah Pingin Naik Haji", masih separuh aku menceritakannya, dia sudah nangis tersedu-sedu sampai hidungnya tersumbat.

Farrah juga satu organisasi denganku, tapi dia jarang berpatisipasi di PMR karena dia juga mengikuti organisasi Paskibra. Dari SD dia sangat ingin menjadi anggota Paskibra, ditambah tubuhnya yang tinggi mendukung dia untuk menjadi anggota Paskibra sekolah. Farrah adalah perempuan yang humble dan bisa berteman dengan siapa saja termasuk orang baru, berbeda denganku, yang agak kaku bila bertemu dengan orang baru.

Soal hati. Ada satu nama yang terus menerus terbesit di otakku, selalu terngiang di telingaku, dan berdebar di hatiku. Dia Andra, seorang laki-laki yang aku kagumi dari mulai aku masuk ke sekolah ini. Awal mula aku menyukainya adalah saat hari pertama MOS di sekolah, karena dari sekian banyak manusia di sekolah saat itu, entah mengapa mata ini terus menuju ke arahnya, seperti sudah menjadi intuisiku, setiap saat aku selalu melihatnya, kemanapun dia pergi dan apa pun yang dia lakukan. Hanya dengan satu hari, aku sudah memutuskan bahwa dia lah pemilik hatiku sekarang.

Tapi walau pun dia sudah di sahkan menjadi pemilik hatiku, dia sama sekali tak tahu tentang isi hatiku. Ya beginilah, aku hanya berani mengaggumi dia dari jauh, memandanginya, memperhatikannya, dan menunggunya. Ya walau aku tahu bahwa menunggunya adalah hal bodoh yang tak akan pernah terjadi, tapi tak apa, aku tetap setia kok. Sudah lebih dari cukup memandanginya dari jauh, melihat dia tersenyum dan tertawa. Aku suka dia, aku cinta.

****

Sepulang sekolah aku sudah janji dengan Farrah akan pergi makan bakso di daerah dekat rumah Farrah. Bakso itu adalah bakso yang sedang hits dikalangan anak sekolah, selain baksonya unik, gede-gede, harganya juga gak terlalu mahal, pas di kantong anak sekolahan.

"Udah nyampe nih, turun lo" kata Farrah sambil mencagak motornya dengan kaki kirinya

"iya..iya.. sabar dong" jawabku sambil melepas helm yang kupakai

"yaudah, gue parkir motor dulu, lo pesenin punya gue. Pake mie bihun gue, inget"

"iyaa.. bawel lo"

Farrah melajukan motornya dan mencari parkiran yang letaknya di sebelah warung bakso itu, sementara aku diturunkan di depan warung bakso dan bergegas masuk kedalam untuk mencari meja kosong dan memesan. Saat mencari-cari meja yang kosong, aku melihat segerombolan anak laki-laki yang seragam batiknya seperti anak SMA Pratiwi. Ku perhatikan lagi dan mencoba mengenali siapa gerombolan itu. Benar saja itu adalah gerombolan Andra dan teman-temannya. Aku langsung berbalik arah dan kembali menemui Farrah di parkiran.

Hai, AndraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang