Hari ini adalah hari yang membuat semua orang malas. Bagaimana tidak? Saat pertama kali membuka mata setelah terbangun dari tidurku, hujan yang cukup deras dan udara yang cukup dingin mampu membuat hampir seluruh umat manusia merasakan malas untuk bangkit dari tempat tidur. Beberapa hari ini hujan mulai sering turun karena memang sudah tiba saatnya musim hujan.
Aku masih terbaring dengan mata yang setengah terbuka di tempat tidurku. Ku coba membuka mata dan melirik ke arah jam di dinding sebelah kanan kamar, sudah pukul 7. Sontak aku langsung bangkit dari tempat tidurku dan berlari mengambil handuk dan menuruni anak tangga dengan cepat menuju kamar mandi. Mama yang sedang duduk di ruang makan bersama Papa terkejut melihat aku berlari.
"Heeii, kamu kenapa Zara?" Ucap Mama sambil mengoleskan selai kacang pada selembar roti gandum.
"Mama kenapa gak banguni Zara, ini udah jam 7" Kataku pada Mama sambil berlari menuju kamar mandi.
"Zara, ini hari libur" Papa melihat ke arah ku dengan tatapan tanpa ekspresi sambil memegang roti oles di tanggannya.
Aku langsung terhenti dan membalikan badan kearah meja makan. Aku masih mengingat-ingat hari apa ini. Dengan muka bodoh aku menyadari sesuatu, ternyata hari ini tanggal merah. Aku langsung terduduk di lantai sambil mengatur napas ku yang tersenggal karena berlari. Papa dan Mama yang awalnya melihat ke arahku serentak memalingkan wajah dan melanjutkan sarapan mereka.
"Masih muda, kasihan" Kata papa sambil mengunyah roti oles miliknya. Aku yang mendengar kata-kata itu langsung memicingkan mataku pada Papa yang tak melihatku.
Aku pun berdiri dan berjalan menuju meja makan dengan handuk yang masih menggantung di bahu kiriku. Aku duduk dan mengambil roti oles yang di buatkan mama di atas piring dan memakannya.
"Oiya, HP kamu mati, Ra?" Kata Mama tiba-tiba kepadaku.
"Iya, kenapa ma?" Jawabku
"Tadi Farrah nelfon setengah jam lalu, katanya ada perlu sama kamu. Tapi karna kamu masih tidur, yaudah Mama bilang aja kamu masih tidur. Kamu gak mau ngecek HP kamu dulu gitu? Mana tau penting"
"Ah yaudahlah, Farrah kalau penting banget ntar juga kerumah" Kataku sambil mengunyah
"Kalo Papa punya temen kaya kamu, udah Papa sleding kepalanya" Sambung Papa tiba-tiba. "Udah ambil sana HPmu, siapa tau penting loh, pagi-pagi banget soalnya hubungin kerumah"
"Ih Papa ini, dapet dari mana coba kata-kata kaya gitu. Sok gaul banget" Kataku sambil melirik ke arah Papa.
"Udah ambil dulu sana HPmu" Katanya lagi
"Iyaaa Pa iyaa" Jawabku sambil beranjak dari tempat tidur menuju kamarku.
Sampai di kamar aku langsung mencari HPku dan menghidupkannya. Benar saja, aku mendapatkan 34 panggilan tak terjawab dari Farrah dan Satria, serta ratusan WA yang ku terima. Aku mulai khawatir apa yang terjadi sebenarnya.
Sebelum aku membuka isi WA dari Farrah, tiba-tiba saja Farrah masuk kedalam kamarku dengan tergesah-gesah dan nafas yang tak beraturan. Wajahnya begitu pucat dan sangat jelas tergambarkan, ada terjadi sesuatu.
Jantungku berdegub begitu kencang, tak ku ucapkan satu kata pun pada Farrah yang sejak awal hanya menatap ku dengan tatapan khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Andra
Genç Kurgu"Pada setiap pertemuan, pasti ada maksud dari pertemuan itu. Dan sekarang aku tau kenapa Tuhan mempertemukan kita. Agar kita dapat mengetahui arti bahwa, mencintai belum tentu dicintai." -Zara Aghata- "Mungkin aku belum bisa bangkit. Aku belum bisa...