Bab 24

1.6K 87 0
                                    

Jenica tersenyum puas menatap hasil riasan juga gaun indah yang kini melekat sempurna pada tubuh mungilnya, namun yang lebih membuat Jenica bersemangat adalah fakta bahwa di pesta nanti dia akan bertemu dengan Joyz, mengingat pria itu adalah salah satu pengusaha terkemuka di New York.

" Ehm...kurasa ada seseorang yang terlihat begitu bersemangat saat ini. "

Bibir mungil Jenica spontan terangkat membentuk seulas senyum bahagia begitu mendengar suara berat milik ayahnya yang kini tengah berdiri tegap di belakangnya bersama dengan kakak laki-lakinya.

" Aku yakin kalau yang berada di pikirannya saat ini hanyalah wajah pangerannya. " Sindir Jaren yang sontak mendapat cubitan kecil dari Jenica.

" Sok tahu! " Seru Jenica dengan bibir mengerucut sebal, membuat Marco, sang ayah terkekeh dan mengelus puncak kepala putri kesayangannya itu penuh sayang.

" Dad pikir perasaanmu pada pria itu akan berubah seiring berjalannya waktu. " Ucap Marco dengan pandangan teduh miliknya.

" Sayangnya itu tidak akan pernah terjadi, dad. Hanya dia satu-satunya pria yang mau menerimaku apa adanya. "

" Tapi ingatlah, Jen...dia telah berstatus sebagai tunangan gadis lain, bahkan kabarnya mereka akan segera menikah tahun depan. " Ucap Jaren yang mencoba mengingatkan kembali bahwa mendapatkan pria yang selama ini dicintai oleh adik perempuannya itu adalah hal yang hampir mustahil.

" Aku tahu, meski begitu aku tidak akan pernah menyerah. "

" Kamu memang putri kecil daddy. " Puji Marco yang tampak tidak keberatan dengan ambisi putrinya untuk mendapatkan seorang Joyz Loyard.

Terlebih Marco malah senang jika putri kesayangannya itu benar-benar berhasil mendapatkan pria sesukses Joyz yang mampu membuat perusahaannya menjadi lebih besar lagi, karena dukungan J Group di kalangan pengusaha sangatlah berarti.

" Dad... "

" Sudahlah, Jaren. Apapun yang menjadi keinginan Jenica, biarlah dia perjuangkan. Kita hanya perlu membantu semampu yang kita bisa. " Potong Marco yang kini menepuk pelan punggung putra sulungnya yang hanya bisa mengangguk paham.

_____

Joyz melangkah masuk ke dalam aula pesta bersama dengan Jack yang entah mengapa terus mengekori dirinya sejak tadi. " Sampai kapan kau akan terus mengikutiku, Jack? " Tanya Joyz dengan nada datarnya.

" Sampai aku memastikan kalau kau bisa kembali berpikir jernih. "

" Kau pikir aku bodoh, hah? "

" Terserah kau mau bilang apa. " Balas Jack dengan nada acuhnya yang justru membuat Joyz menyerah dan membiarkan dirinya terus mengekori Joyz.

" Joyz! Astaga, ini benar kamu! "

Baik Joyz maupun Jack spontan menoleh dan mendapati sosok Jenica yang kini tengah berlari dengan sebelah tangannya yang melambai ke arah mereka. Dan yang lebih membuat Joyz juga Jack membelalak adalah ketika high heels 7 cm milik Jenica tidak sengaja menginjak ujung gaun milik gadis itu sendiri, hingga tubuh mungil Jenica sontak terhuyung dan hampir saja membentur kerasnya lantai jika saja Joyz tidak dengan cepat menangkap tubuh mungil gadis itu.

Grep...

" Astaga, kau selalu saja ceroboh! " Oceh Joyz yang jelas-jelas kesal dengan kelakuan ceroboh Jenica.

Sedangkan Jack kini berusaha menyenggol lengan Joyz, memberi kode pada sahabatnya itu untuk segera menjauh dari Jenica dan melihat ke arah yang dia tunjuk.

" Hei, cepat lepaskan gadis itu dan lihat ke arah jam dua belas. " Bisik Jack yang dengan cepat direspon oleh Joyz yang kini menoleh ke arah yang dimaksud oleh Jack.

Dan di detik berikutnya, Joyz spontan terpaku oleh sosok Flau yang kini balas menatapnya dengan ekspresi yang tidak dapat dia mengerti. Namun satu hal yang ingin Joyz lakukan saat ini adalah berlari dan memeluk tubuh gadisnya yang sangat dia rindukan.

" Joyz, bisakah kamu membantuku mengambil isi tasku yang berserakan? "

" Hah?! Emmm...baiklah. " Balas Joyz yang dengan sangat terpaksa mengalihkan pandangannya dari Flau dan berjongkok untuk membantu Jenica.

Dia membantu memungut satu persatu barang Jenica yang berserakan akibat kejadian tadi, mulai dari alat kosmetik, cermin, dan sebagainya hingga gerakan tangan Joyz seketika membeku dengan pandangannya yang terpaku pada dompet mungil milik Jenica.

Jenica yang seakan tersadar dengan apa yang kini dilihat oleh Joyz, sontak mengambil dompetnya yang telah terbuka itu dengan gerakan cepat dan berniat pergi, namun sayangnya Joyz telah lebih dulu menahan pergelangan tangannya.

" Foto itu....apa itu sungguh milikmu? "

" .... "

" Jawab aku, Jenica! Atau aku harus memanggilmu Jeny, baru kau mau menjawab pertanyaanku?! " Seru Joyz dengan nada tegasnya.

Sedangkan Jack yang mendengar nama Jeny, sontak terkejut bukan main. Pasalnya Jeny adalah gadis yang selalu dilindungi oleh Joyz sejak dulu, sebelum akhirnya gadis itu pindah entah kemana.

Berbalik dengan ekspresi kebingungan Jack, Jenica akhirnya mendongak lalu menatap wajah tampan Joyz dengan lekat. " Long time no see, Joyz. "

Joyz merasa bahwa dirinya seakan tersiram oleh air es begitu mendengar ucapan Jenica, entah dia harus berekspresi seperti apa, setelah sekian lama dia akhirnya bertemu dengan Jenica, si gadis cupu yang selalu dilindungi olehnya sejak dulu.

" Jadi....kau benar-benar Jeny? "

" Ya, ini aku Jeny. Si gadis cupu yang selalu kamu tolong saat itu. "

" Tu...tunggu dulu, kalau kau benar-benar gadis cupu itu, lalu bagaimana caranya kau bisa berubah menjadi seperti sekarang?! " Sela Jack yang sungguh tidak dapat mempercayai bahwa gadis manis yang kini berada di hadapannya itu adalah gadis yang sama seperti gadis cupu yang selalu dilindungi oleh Joyz.

" Semua orang bisa berubah pada waktunya, Jack. Baik itu kepribadian maupun fisiknya, termasuk diriku. "

" Kenapa....kenapa kau tidak mengatakannya sejak awal? Kenapa kau malah berbohong, seakan-akan kita tidak pernah bertemu?! " Tanya Joyz yang sungguh tidak mengerti dengan alasan Jenica yang memilih untuk menyembunyikan identitas aslinya.

" Karena aku ingin kamu sendiri yang mengingatku, Joyz. Dan kurasa hari ini, akhirnya aku bisa tersenyum lega karena kamu telah mengingatku kembali. "

Sedangkan di saat yang bersamaan Flau masih menatap Joyz dari kejauhan dan entah mengapa....melihat Joyz yang tengah mengobrol dengan gadis lain membuat dada Flau terasa begitu sesak, seakan ada seseorang yang tengah mencekiknya.

" Kenapa dadaku terasa begitu sesak  ketika melihatmu bersama gadis lain? " Tanya Flau dengan suara paraunya.

Nathan yang menyadari perubahan ekspresi Flau sontak mengikuti arah pandang Flau dan menggeram begitu tahu bahwa sosok Joyz-lah yang kini menjadi pusat perhatian gadis itu.

" Apa kamu ingin berdansa denganku, my dear? " Tawar Nathan yang kini membungkuk dengan sebelah tangan yang terulur, baginya meminta Flau untuk berdansa dengannya adalah satu-satunya pilihan agar gadis itu mampu mengalihkan pandangannya dari Joyz.

Sedangkan Flau hanya mengangguk menerima tawaran Nathan, karena jujur saja dia cukup bersalah karena telah mengacuhkan kehadiran pria itu selama dia terfokus pada sosok Joyz.

_____

#up pagi2,,soalny nanti gk bkal bsa up klo gk skrg nih 😂 (biasamasihmabadnwjibospek😑)

Joyz & Flau in WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang