Bab 31

2K 103 10
                                    

Nathan melempar dan membuang semua barang atau apapun yang terlihat dimatanya saat ini, tidak peduli semahal apapun perabot rumahnya karena lebih dari apapun itu dia harus melakukan sesuatu untuk menyalurkan emosinya.

" Damn it!! Aku yakin Flau menolakku karena merasa bersalah dengan pria brengsek itu!! " Umpat Nathan dengan wajah memerahnya.

Untuk yang pertama kalinya dalam hidup Nathan dia benar-benar merasa ingin menghancurkan Joyz hingga tak bersisa sedikit pun.

Drttt...drtt...

" Cih!! " Umpat Nathan yang dengan segera menerima panggilan itu tanpa minat sama sekali.

" Ini saya tuan. "

" Kau benar-benar menganggu!! "

" Ma...maafkan saya tuan, tapi saya terpaksa harus menghubungi tuan, karena ini menyangkut Diamond Coorporation dan juga J Group. "

" Kalau begitu cepat katakan! "

" Me...menurut informasi yang saya dapatkan, sepertinya J Group telah menggunakan kekuasaan mereka untuk membungkam pihak pertelevisian. "

" Apa?!! " Seru Nathan yang spontan semakin bertambah geram lalu akhirnya membanting ponselnya dengan keras, tidak peduli bagaimana nasib ponsel miliknya itu. " Sialan!! " Umpatnya lagi dengan kedua tangannya yang kini mengepal kuat.

Brakkk....

" Ma...maafkan saya tuan! " Seru sekretaris pribadi Nathan yang seketika terkejut dengan kondisi rumah tuannya itu begitu dia membuka pintu utama. " Ap...apa yang telah terjadi disini? "

Nathan menyipitkan kedua matanya dan menatap sekretarisnya itu dengan sangat tajam. " Apa maumu?! "

Deg...

Dengan nyali ciut, sekretaris pribadinya itu berusaha mengumpulkan suaranya yang seketika hilang entah kemana. " Be...beberapa investor yang akan menanamkan dana pada perusahaan, ti...tiba-tiba membatalkan niat mereka. "

Kedua mata coklat Nathan sontak melebar tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh sekretaris pribadinya itu, pasalnya beberapa investor itulah yang nantinya akan menjadi pembuka jalan bagi Arlando Group agar bisa menghancurkan J Group hingga tak bersisa.

" Apa ini ulah J Group? " Tanya Nathan yang mulai bisa mengendalikan ekspresinya kembali, meski jujur saja dia masih ingin menghancurkan apapun yang berada di hadapannya.

" Sepertinya ya, tuan. Karena.... "

" Katakan. "

" Pi....pihak J Group meninggalkan pesan khusus untuk tuan. " Jawabnya yang kemudian menyerahkan sebuah I-pad pada Nathan.

" Yo...Mr. Franklin, this is me.... "

Nathan spontan menyipit seketika begitu melihat wajah seseorang yang kini teramat dibencinya itu terpampang dilayar I-pad yang tengah digenggamnya.

" ....bukankah sudah kubilang, tidak peduli sepintar apapun kau berusaha untuk menyembunyikan dirimu dariku, aku pasti akan menemukanmu. Omong-omong, aku juga ingin berterima kasih dengan hadiah yang kau berikan padaku. Itu benar-benar hadiah terbaik yang pernah kuterima sejak aku menjabat sebagai wakil presdir Diamond Coorporation. Dan sebagai gantinya, aku juga telah mengirimkan hadiah balasan yang kurasa cukup setimpal untuk membalas hadiah yang kau berikan padaku. Ah, satu lagi, jika kau benar-benar ingin menghancurkanku...dengan senang hati aku akan memberimu satu saran yang kurasa akan sangat menguntungkan untukmu. ' Aku akan hancur jika J Group hancur '. Bagaimana, bukankah saranku ini sangat jelas dan menguntungkan bagimu? Tapi yang menjadi pertanyaannya adalah...apa kau mampu menghancurkan J Group, hmm? "

Praakk....

Begitu pesan Joyz berakhir dengan sebuah senyum penuh kemenangan, Nathan segera membanting I-pad itu hingga hancur. Tidak peduli dengan ketakutan yang kini terpampang jelas di wajah sekretarisnya itu, Nathan spontan memukul meja kaca yang berada di tengah ruangan.

Pyarrr....

Bunyi pecahan kaca menggema di seluruh ruangan itu, namun hal itu sama sekali tidak membuat emosi Nathan mereda, bahkan bisa dibilang emosinya justru semakin tidak terkendali. Dengan menghiraukan tangannya yang terluka karena pecahan kaca, Nathan melangkah pergi.

Sedangkan dilain tempat, Joyz tampak memutar gelas whisky-nya tanpa minat, meski seharusnya dia merasa senang karena kemenangan yang jelas-jelas berpihak padanya, namun lagi-lagi yang membuat Joyz merasa begitu terpuruk adalah Flau. Gadisnya yang kini benar-benar pergi meninggalkannya.

" Joyz... "

Tanpa menoleh sekalipun, Joyz tahu siapa pemilik suara itu. " Bagaimana kau tahu aku berada disini, Jen? " Tanya Joyz yang kemudian meminum whisky-nya dalam sekali teguk.

" Aku selalu tahu dimana kamu berada, Joyz. " Jawab Jenica dengan suara lirihnya sebelum memeluk tubuh kekar pria yang dicintainya itu dengan erat. " Menangislah, jika kamu ingin menangis, Joyz. Aku tahu kamu tidak baik-baik saja. "

Tes....tes...

Satu persatu air mata yang sedari tadi telah susah payah Joyz tahan, kini perlahan jatuh membasahi wajah tampannya yang terlihat begitu menyedihkan. Joyz benar-benar tidak peduli lagi anggapan orang-orang yang menjudgenya sebagai pria lemah dengan menangis dipelukan seorang gadis, karena nyatanya kini dia memang lemah karena kepergian Flau.

" Aku tidak ingin dia pergi, Jen...aku terlalu mencintainya, dia segalanya bagiku... " Lirih Joyz yang semakin menangis dalam pelukan Jenica yang seolah ikut merasakan kepedihan Joyz, meski sebenarnya dia menangis karena ucapan Joyz yang begitu menyayat hatinya.

" Gadis itu tidak berhak membuatmu hancur seperti ini, Joyz....dia tidak berhak..... " Balas Jenica dengan suara sedikit tercekat.

" Aku ingin memperbaikinya....aku ingin dia kembali padaku, Jen....my Flau.... " Lirih Joyz lagi sebelum kesadarannya benar-benar menghilang dan jatuh terlelap di dalam pelukan Jenica.

" It's okay, Joyz. Everything will be fine. Aku yang akan membuat perhitungan pada gadis itu, jika kamu tidak mampu melukainya. " Ucap Jenica dengan sebelah tangannya yang kini mengelus rambut hitam Joyz penuh sayang.

_____

Joyz terbangun keesokan paginya dengan kepala berdenyut di sebuah kamar hotel yang membuatnya bertanya seketika.

" Kenapa aku bisa ada disini?! " Rutuk Joyz yang kemudian bangkit pergi meski dengan kepala berputar. " Jack. " Panggil Joyz begitu panggilannya tersambung.

" Kemana kau semalam, Joyz? Kepala pelayanmu bilang, kau tidak pulang semalaman. "

" Berhenti bertanya dan jemput aku saja di hotel Briance. "

" Baiklah, apa?!! Tunggu?!! Hotel!! Kau berada di hotel?!! Bagaimana bisa?!! "

" Sudah kubilang jemput aku saja. "

" Baiklah, aku akan sampai disana dalam 30 menit. Dan sebaiknya kau bisa jelaskan padaku kenapa kau bisa berada di hotel. "

" Ya ya, akan kujelaskan nanti. Sekarang berhenti mengoceh dan jemput aku. " Balas Joyz dengan nada kesalnya.

Usai memutus sambungan, Joyz memilih untuk bersandar di loby hotel sembari menunggu kedatangan Jack dan selama itu pula ingatannya kini kembali pada kejadian beberapa jam yang lalu, kejadian dimana Jenica memeluk dirinya yang tengah terpuruk begitu dalamnya.

_____

Flau mencoba untuk menghiraukan pesan mencurigakan yang sudah beberapa hari ini selalu masuk ke dalam ponselnya. Tapi untuk hari, Flau benar-benar telah mencapai batas kesabarannya. Dengan cepat dia membuka pesan itu.

From : J
Message : pukul 7 malam, Cafe Le'afoi.

Dahi Flau spontan berkerut begitu membaca isi pesan itu. " Apa maksudnya ini? "

_____

#maaf ya readers, author bru bsa update hari ini!! 🙏🙏🙏 dn author brhrp klian msh mau ngikutin story ini, krna yg jls story psti lnjut smpe ending kok wkwk 😉

Joyz & Flau in WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang