Flau menatap lekat sosok gadis yang kini berada di hadapannya, berusaha mencari petunjuk akan hubungan gadis itu dengan Joyz.
" Kamu hanyalah teman, Joyz. " Tebak Flau yang sontak membuat Jenica tertawa.
" Kau yakin bahwa aku hanya sekedar teman bagi Joyz?! "
" Ya, aku yakin itu. " Jawab Flau dengan sedikit keraguan di dalam hatinya, karena lebih dari apapun dia tidak pernah melihat seorang gadis yang bisa dengan santainya menyebut nama Joyz, kecuali dirinya dan Bella.
" Perkataanmu boleh terdengar bahwa kau sangatlah yakin dengan perkataanmu sendiri, tapi bagaimana dengan ekspresi wajah itu, hmm? Kenapa wanita yang justru berstatus sebagai tunangan sekaligus calon istri Joyz terlihat sangat ragu untuk mempercayai tunangannya sendiri?! " Jenica kembali menyindir dengan senyum remehnya.
" Kamu tidak tahu apapun tentang hubunganku dengan Joyz. "
" Ah, sayang sekali aku tahu semuanya. Dan kau tahu bahwa Joyz sendirilah yang telah menceritakannya padaku. "
Tidak...Flau tidak percaya itu, Joyz tidak akan dengan mudahnya menceritakan privasinya pada orang lain.
" Kau tidak percaya?! Baiklah, kalau begitu aku akan membertahumu sesuatu yang akan membuatmu percaya dengan perkataanku. " Ucap Jenica dengan ekspresi santainya. " Hubunganmu dengan Joyz mulai memburuk sejak kedatangan pria bernama Nathaniel bukan? Dan karena pria itu juga kau sempat berpikir untuk memutuskan pertunanganmu dengan Joyz, apa aku salah? " Lanjut Jenica yang kali tersenyum puas begitu melihat ekspresi tidak percaya Flau. " Teruslah percaya dan jatuh ke dalam perangkapku, Flaurestya Housten. Dengan begitu semua rencanaku bersama Athan akan berhasil. " Batin Jenica, seiring dengan tangan Flau yang terlihat mengepal.
" Mendengar semua perkataanmu itu, apa itu artinyanya hubunganmu dengan Joyz sangatlah dekat? "
" Ya, kami sangat dekat hingga Joyz rela untuk melindungiku di saat aku benar-benar membutuhkan seseorang. "
_____
Jack kembali masuk begitu Jenica akhirnya pulang setelah hampir 1 jam penuh gadis itu berada di dalam ruang inap Joyz bersama dengan Flau, diikuti oleh Nathan yang juga ikut masuk ke dalam ruang inap sahabatnya itu.
Namun apa yang kini dilihat oleh Jack sepertinya benar-benar tidak bagus. Dilihat dari Flau yang terus menggenggam erat jemari Joyz dengan ekspresi datar milik gadis itu.
" Flau.... "
" Aku akan merawat Joyz, kamu bisa pulang terlebih dulu tanpaku, Nath. "
Untuk waktu yang cukup lama, Nathan hanya bisa terpaku sebelum akhirnya menyerah dan pergi sesuai dengan permintaan Flau, tapi sebelum dia benar-benar pergi, Nathan masih bisa melihat ekspresi terluka yang seolah-olah berusaha Flau sembunyikan di balik ekspresi datarnya.
" Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu. " Pamit Nathan dengan nada pasrahnya, tapi meski begitu dia sempat menatap Jack yang juga menatapnya itu dengan pandangan membunuh.
Seolah baik Nathan juga Jack telah mengibarkan bendera perang lewat tatapan membunuh mereka.
" Aku akan dengan segera mengambil Flau dari sahabatmu itu. "
" Aku pastikan kau akan menyesal karena telah berurusan dengan Joyz. "
_____
Joyz mengerjapkan kedua matanya yang dirasanya begitu berat dengan pelan, membiarkan pancaran cahaya yang terlihat asing baginya masuk memenuhi indera penglihatannya.
" Kamu sudah sadar? "
Deg....
Suara itu, Joyz bisa mendengarnya...suara merdu milik Flau, suara merdu yang selalu dirindukannya. Perlahan tapi pasti, Joyz menoleh dan untuk waktu yang cukup lama dia hanya bisa terpaku oleh wajah cantik Flau.
" Kamu....disini...kupikir aku sedang bermimpi. " Lirih Joyz dengan senyum lemahnya.
Namun lebih dari apapun, Joyz merasa menjadi sakit tidaklah seburuk yang dia pikirkan, jika itu artinya dia bisa melihat Flau sedekat ini.
Flau menghela nafas sebelum menyentuh sebelah pipi Joyz dengan sebelah tangannya, berusaha menyampaikan bahwa kehadirannya bukanlah sebuah ilusi.
" This is not illusion, I'm here. "
Joyz memejamkan kedua matanya dan balas menggenggam jemari Flau yang tengah menyentuh pipinya, berusaha merasakan kehangatan Flau yang selalu dirindukannya itu.
" Terima kasih karena telah berada disini untukku, Flau. "
Ingin rasanya Flau menghambur masuk ke dalam pelukan hangat Joyz, tapi semuanya kini terasa semakin sulit dan rumit sejak perkataan Jenica yang terus saja menggerogoti pikirannya.
" Bisakah aku terus mempercayaimu, Joyz? "
Joyz seketika membuka kedua matanya yang tadinya terpejam begitu mendengar pertanyaan tiba-tiba Flau.
" Apa yang kamu maksud, Flau? "
" Tidak, aku hanya ingin memastikan apa aku masih bisa terus mempercayai perkataanmu. "
Mendengar balasan Flau, Joyz sempat terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya tersenyum dan menarik tubuh Flau masuk ke dalam pelukannya. " Kamu bisa mempercayaiku, Flau. " Balas Joyz dengan suara seraknya.
_____
Dari kejauhan Jack hanya bisa memperhatikan kebersamaan Joyz dan Flau selama beberapa hari ini dan seharusnya dia merasa senang karena melihat itu, tapi sayangnya hati kecilnya mengatakan bahwa ada sesuatu yang sedang ditutupi oleh Flau dibalik perhatiannya untuk Joyz.
" Sebenarnya apa sedang kamu sembunyikan, Flau. "
Dan dibalik mobil sportnya yang terparkir tidak jauh dari taman New York Hospital, kini Nathan hanya bisa memperhatikan kebersamaan Flau juga Joyz dari kejauhan, memperhatikan setiap perhatian yang tengah diberikan oleh Flau untuk pria lain, pria yang bukan dirinya, melainkan pria yang sangat ingin dihancurkannya itu.
Drttt...drrtt...
Nathan menghela nafasnya dengan berat hati sebelum mengambil ponselnya dari dalam saku jasnya begitu layar ponselnya menampilkan nama yang sejak tadi telah dinantikannya.
" Selamat pagi, tuan. "
" Ya, bagaimana? Apa kau berhasil melakukan apa yang kuperintahkan padamu? "
" Tentu saja, tuan. Bisa dipastikan bahwa Boston Company dan Mall of Internasional Avenue akan memutuskan kerja samanya dengan Diamond Coorporation. "
" Bagus, intailah terus pergerakan Diamond Coorporation juga J Group. "
" Saya mengerti, tuan. "
_____
Joyz tersenyum senang ketika akhirnya dia bisa pulang, setelah seminggu penuh terkurung di rumah sakit yang menurutnya sangat membosankan itu.
Terlebih dengan adanya Flau yang terus berada disisinya sejak seminggu ini, semakin membuat kepulangan Joyz menjadi hal terbaik yang pernah dirasakannya semejak hubungan mereka merenggang.
" Terima kasih. " Ucap Joyz dengan senyum tulusnya ketika Flau bahkan rela mengantarnya hingga ke dalam kamar pribadi miliknya.
" Kamu tidak perlu berterima kasih padaku, Joyz. "
" Baiklah, aku tidak akan berterima kasih kalau kamu berjanji akan terus menemaniku seharian ini. " Ucap Joyz masih dengan senyum bahagianya.
" Kamu selalu saja menjebakku, Joyz. "
" Ini bukanlah jebakan, tapi ini hanyalah sebuah permintaan yang kuharap kamu mau mengabulkannya. "
" Pergilah mandi, aku akan menunggumu disini. " Ucap Flau yang mau tidak mau membuat Joyz tersenyum begitu senangnya.
" Baiklah! " Seru Joyz yang dengan segera menuju ke arah kamar mandi dengan wajah tampannya terlihat begitu cerah, seakan beban beratnya telah terangkat.
Flau terkekeh dan menggeleng akan sikap Joyz yang terlihat begitu kekanakan baginya, tapi setidaknya dengan ini...dia merasa bahwa jaraknya dengan Joyz...tidak lagi terasa begitu jauh.
_____
#happy reading n jgn lupa sllu tinggalkn vote ataupun comment buat author.... 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Joyz & Flau in Wedding
RomantizmSequel kedua dari ' Miracle in My Love ' ( Author sarankan kalau mau membaca story ini, lebih baik membaca sequel pertamanya dulu ? ) hanya saran ✌ ........................................................................ Joyz Loyard, seorang pembisn...