Sudah bukan menjadi hal asing bagi Kuta menjadi salah satu sunset terbaik di dunia yang wajib dinikmati sekali dalam seumur hidup. Kini BXD membuktikan predikat sunset terbaik Kuta itu dengan hati yang terbang bersama semilir angin senja di pantai. Bahagia. Hanya itu saja yang saat ini di kepala mereka ketika melihat hamparan pasir, dan ombak pantai.
Melihat ketujuh pria yang saat ini sedang asyik bermain dengan ombak di tepi pantai membuat Alyn ikut merasakan keseruan itu, walau dari jarak jauh. Alyn jadi mengingat masa sekolahnya, ketika ia bersama teman-temannya berlibur ke Bali, dan bermain air di Kuta. Masa remaja memang masa yang paling tepat menciptakan memori indah. Jika melihat BXD seperti saat ini, Alyn seolah dibawa ombak untuk kembali ke masa remajanya—begitu bersemangat, dan belum banyak tuntutan tanggung jawab.
"Awas! Kameraku bisa terkena air!" Yoongi memarahi Jungkook saat maknae itu menyipratinya. Yoongi langsung mundur beberapa langkah menjauh dari air, dan langsung memeriksa apakah kameranya aman atau tidak.
Jungkook tertawa, dan menyiram air ke member lain. "Terima ini!" pekik Jungkook ke arah Seokjin yang sedang memotret langit, sampai membuat baju Seokjin sedikit basah di bagian punggungnya.
"Hey, Jungkook! Jangan membasahi aku. Awas kau, akan aku balas!" ucap Seokjin lalu buru-buru memasukkan ponselnya ke saku celana, dan mengejar sang maknae.
Jungkook tak mau menuruti, dan terus saja bermain air. "Bermain di pantai tidak basah, apa yang seru? Hahaha!"
Yoongi menunggu matahari terbenam, ia melihat jam dan menatap langit. "Sepertinya, sebentar lagi," ucap Yoongi. Pria itu melihat anggota lain tertawa, dan berlarian kesana-kemari. "Mereka tidak memiliki rasa capek ya?" Yoongi tak bisa membayangkan akan selelah apa nanti mereka di hotel.
Yoongi ingat bahwa ia sempat memesan minum, kebetulan juga saat ini ia sedang haus. Seraya membuka kembali foto-foto yang sudah ia ambil di kameranya, Yoongi berjalan menjauh dari member BXD dan berniat menghampiri tempat para staff dan manajernya bersantai.
Kurang beberapa langkah dari tempat yang ingin dituju, ia mendapati Alyn tengah duduk di pasir hanya dengan beralaskan sepatu sebagai tempat yang ia duduki. Tiba-tiba saja suasana di pantai terasa hangat di dada begitu netra coklat Yoongi memandangi Alyn, begitu tenang dan aman. Akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk kembali ke manajernya, dan berjalan ke arah lain—mendekati Alyn.
"Alyn-ssi. Sedang apa?" tanya Yoongi.
Alyn yang sedang asyik melamun sembari menanti matahari terbenam itu langsung mendongak begitu namanya dipanggil.
"Ah, saya hanya sedang menunggu matahari terbenam," ucap Alyn. Wanita itu menyelipkan helai-helai rambut yang terbang menghalangi pandangannya. "Kenapa kau di sini? Harusnya bermain bersama. Di sini tidak ada tempat untuk duduk."
Jika Yoongi bisa tak mendengarkan manajer Sejin, maka ia juga lebih bisa tak mendengarkan Alyn. Pria itu tanpa banyak negosiasi langsung duduk di sebelah Alyn.
"Tidak ada tempat untuk duduk, tapi kau duduk di sini." Yoongi tersenyum tipis, lalu menoleh menatap Alyn. "Alyn-ssi, apa kau pernah ke sini dengan teman-temanmu?" tanya Yoongi ketika ia menyadari bahwa sejak tadi Alyn memandangi member BXD yang sedang seru-seruan bermain air.
Alyn mengangguk. "Tentu. Dulu sekali, saat masih sekolah." Alyn menatap Yoongi. "Apa kau tidak ingin bermain air juga bersama mereka?" tanya Alyn.
Yoongi menggeleng kepala. "Apa kau keberatan jika aku duduk di sini?" tanya Yoongi.
Sontak Alyn menggeleng dan mengayunkan tangan di depan wajah Yoongi. "Tidak! Santai saja di sini," ucap Alyn, canggung. Bagaimana tidak canggung, idolanya sendiri duduk tepat di sebelahnya, dan memandangnya sejak tadi.
Yoongi terkekeh begitu melihat reaksi Alyn yang spontan seperti itu. Semakin sore menjelang matahari tenggelam, angina di pantai pun semakin kencang. Ia memandangi wanita di sebelahnya itu sibuk menyelipkan rambutnya sejak tadi, sampai akhirnya tumbuh inisiatif di kepala Yoongi.
"Kenapa kau tak mengikat rambutmu seperti biasanya Alyn-ssi?" tanya Yoongi, seraya mencoba melepas gelang karet yang melingkar di pergelangan tangannya.
Tak lekas menjawab, Alyn justru bengong menatap Yoongi. Dia benar-benar mengamatiku ya? Batin Alyn.
Yoongi berhasil melepas karet gelangnya, dan mengulurkan benda itu kepada Alyn. "Pakai ini. Aku biasanya memakai itu, tapi kali ini—kau saja yang pakai." Yoongi masih menunggu Alyn mengambil gelang karet dari telapak tangannya.
Beberapa detik wanita itu bergeming, menatap lurus telapak tangan Yoongi. Tangan Yoongi, besar sekali. Bagaimana rasanya menggenggam tangan itu ya? Batin Alyn. Ia membayangkan tangannya berada dalam genggaman erat Yoongi, pasti akan terasa nyaman, dan aman.
Lama menanti Alyn lekas mengambil gelang karet itu, akhirnya pria itu dengan cepat meraih tangan Alyn, dan langsung meletakkan gelang karet di telapak tangannya. "Cepat pakai, nanti rambut itu kusut."
Alyn tersadar dari lamunannya begitu Yoongi meraih tangannya tanpa permisi. Tubuh Alyn rasanya seperti disetrum oleh listrik bertegangan tinggi, apalagi jantungnya jangan di tanya lagi—berdebar kencang bukan main.
"T-terima kasih, akan aku pakai," ucap Alyn, lalu buru-buru menyisir dan menyatukan semua rambutnya, lalu mengikatnya dengan gelang karet pemberian Yoongi.
Dalam beberapa saat melihat cara Alyn mengikat rambut sebahunya itu tampak manis sekali, padahal hanya sekadar mengikat rambut. Yoongi seperti terkena hipnotis oleh kelihaian tangan Alyn yang dapat mengikat rambut dengan rapi walau tanpa cermin.
"Alyn-ssi. Apa kau punya kakaotalk?" Yoongi mengulum bibirnya sendiri, cemas. Tiba-tiba saja menyesal mengapa pertanyaan semacam itu terlontar begitu saja tanpa berpikir panjang.
Bagaimana jika ia menilaiku sebagai orang aneh? Yoongi nyaris menyesal, dan ingin mengutuk dirinya sendiri. Apalagi saat melihat ekspresi kosong pada wajah Alyn.
Alyn menggeleng dengan ragu. "Saya tidak paham bagaimana cara menggunakannya, jadi tidak punya itu," ucap Alyn.
Yoongi mengangguk. "Ah begitu." Pria itu bisa bernafas, namun tak sepenuhnya lega. Ada rasa kecewa mengetahui Alyn tak menggunakan aplikasi chat yang biasanya ia pakai. "Alyn-ssi, aku bisa mengajarimu cara memakainya. Hitung-hitung sebagai balas budi perihal WiFi kemarin," ucap Yoongi.
Prinsip seorang In Yoongi, jika sudah berani memulai, maka harus siap menuntaskannya. Maka dari itu, walau harus mengajari Alyn menggunakan kakao talk dari awal pun akan pria itu lakukan demi bisa berkomunikasi kapan saja.
"Bolehkah seperti itu?" tanya Alyn.
"Tentu. Mana kemarikan ponselmu, akan aku bantu kau sampai bisa berkirim pesan denganku," ucap Yoongi.
Alyn tak menjawab apa-apa, dan langsung mengeluarkan ponselnya dari tas, lalu menyerahkan benda itu pada Yoongi. Apa katanya? Berkirim pesan? Apa aku tidak salah dengar? Batin Alyn.
Ketika Yoongi sibuk menginstal aplikasi di ponsel Alyn. Alyn justru sibuk memikirkan bagaimana caranya berpikiran jernih di tengah suasana dan kondisi yang sangat tak berpihak atas kebaikan hati, dan jantungnya.
Yoongi menatap Alyn sesaat, sebelum akhirnya menatap layar ponsel wanita itu lagi. "Pipimu merah, terbakar matahari ya?" tanya Yoongi.
Sontak Alyn langsung memegangi pipinya. "A-ah ini, aku tidak tahu kenapa bisa merah,"
Yoongi mengernyit, dan memperhatikan kembali pipi Alyn. "Tidak, itu benar-benar terbakar matahari. Hidung, dan keningmu juga. Pasti itu pedih sekali," ucap Yoongi.
Alyn lupa memakai sunblock. Pantas saja sejak tadi wajahnya pedih dan terdapat sensai panas di pipi. Hampir saja jantung Alyn copot, mengira kalau pipinya memerah karena tersipu salah tingkah akibat ucapan Yoongi.
🐇: Gak tau harus ngoceh apalagi 🤧🤧🤧🤧
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious (PROSES TERBIT)
FanfictionBagaimana nasib Alyn ketika harus menjadi pemandu wisata idolanya sendiri? First make: 30072017 New Version: 07012022