Langit di Seoul sepertinya sedang bergembira menyambut kedatangan Alyn dan rombongannya, cuaca yang bersahabat—cerah, dengan langit biru indah disertai angin yang sejuk. Pesawat yang ditumpangi Alyn tiba di pagi hari, jika sesuai jadwal seharusnya mereka tiba di malam hari, dan ini terjadi karena cuaca buruk dan membuat penerbangan delay di Kuala lumpur. Tapi semua sudah terobati ketika tiba di Incheon.
Alyn dan teman-temannya bersedia mencari sarapan pagi di sekitar Incheon sebelum akhirnya ke hotel. Ada pula dari rombongan Alyn yang memilih berpencar sebab ingin menuju Jeju, sehingga mereka memilih menetap di bandara.
Culture shock yang dialami Alyn dan beberapa temannya adalah, kecepatan internet di Seoul. Alyn pikir WiFi di kantornya sudah termasuk cepat, ternyata tidak. Ada yang lebih cepat dan itu WiFi di restoran yang menjual kimchi jiggae.
"Alyn, nanti kita setelah bersih-bersih di hotel, kita mau jalan-jalan ke menara Namsan. Kamu ikut gak?" tanya Sena.
Alyn yang sibuk memotret kimchi dan beberapa makanan di meja itu langsung menoleh. "Eum ... gak deh," ucap Alyn, lalu ia sibuk mengabadikan gambar sup kimchi-nya lagi.
Sena mengernyit, tak habis pikir dengan Alyn yang sudah jauh-jauh ke Korea tapi tidak memanfaatkannya untuk jalan-jalan. "Terus ngapain nanti di hotel?" tanya Sena.
Alyn meletakkan ponselnya di meja, dan mulai menyicipi kuah dari kimchi jiggae. "Enaknya, tambah micin lagi kayaknya," ucap Alyn.
Sena mendecak. "Heh!" Sena menyenggol lengan Alyn dan membuat gadis itu terkekeh. "Malah ketawa! Aku tadi tanya, dijawab dong!" protes Sena.
"Aku mau tidur! Pegel tau! Nanti aja kalo kalian udah di Myeongdong, aku nyusul." Alyn tersenyum meyakinkan Sena, dan teman-temannya yang lain. "Aku bisa tanya atau lihat di peta, lagian Seoul ramah wisatawan kok, asal ada uang sama bisa bahasanya udah aman!" ucap Alyn percaya diri.
Alyn merasa semuanya biasa saja, untuk sesaat memang hatinya bahagia ketika pesawatnya mendarat dan melihat jalan-jalan di Seoul. Namun hal itu berangsur membuat Alyn teringat Yoongi.
Alyn pikir jika ia terus-terusan melihat jalan, gedung, atau bahkan orang-orang, ini akan membuatnya sedih. Semua itu mengingatkannya pada Yoongi, dan membuatnya bertanya-bertanya. Apakah Yoongi pernah melewati jalanan ini? Apakah Yoongi pernah mengunjungi tempat ini? Apakah mungkin nanti akan ada Yoongi yang muncul di tengah-tengah kerumunan orang di Seoul. Ini membuat Alyn sedih, bahwa ia sudah di kota yang sama namun tak bisa bertemu.
Berdiam diri di hotel adalah upaya pertahanan diri gadis itu dari semua hal-hal yang bisa menyakiti ekspektasinya.
"Kalian senang-senang aja di Namsan, nanti kirim aku fotonya, jadi bisa update ke sosial media kantor. Sekalian promosi, kalau kita bukan biro wisata kaleng-kaleng," ucap Alyn.
Menurut teman-teman kantor Alyn, gadis itu tidak serius dalam ucapannya saat di restoran kimchi jiggae tadi. Hal itu menjadi terbukti saat mereka sampai di hotel, Alyn langsung menarik selimut dan tidur ketika semua orang berdandan rapi untuk jalan-jalan.
Beberapa dari mereka seperti Sena, untuk meninggalkan Alyn sendirian di kamar hotel ada rasa tidak tega yang muncul. Tapi apalah saat ini Alyn sudah memejamkan matanya, mungkin memang gadis itu benar-benar kelelahan.
Mereka sudah pergi semua kan?
Alyn mencoba merasakan suasana sekitar, dan ternyata semua orang telah pergi keluar. Barulah Alyn perlahan membuka matanya. Alyn sengaja pura-pura tidur agar tidak banyak ditanyai, atau dipaksa ikut pergi.
Gadis itu tidur menyamping, seraya melihat langit dari jendela kaca kamar hotelnya. Ini semakin membuat Alyn larut dalam kekecewaan. Rasanya ingin menangis, tapi Alyn malu dengan diri sendiri, sebab alasan yang membuatnya sedih adalah hal yang tidak masuk akal. Ternyata ada hal berat yang diakibatkan dari rasa kecewa, adalah menahan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious (PROSES TERBIT)
FanfictionBagaimana nasib Alyn ketika harus menjadi pemandu wisata idolanya sendiri? First make: 30072017 New Version: 07012022