Hari ketiga di Bali diakhiri dengan begitu hangat. Bersama sunset Uluwatu yang membekas di hati, dan sayang sekali jika tak dinikmati bersama orang yang berpengaruh baik dalam hidup. BXD menikmati perjalanan pulang ke penginapan dengan hati yang bahagia, walau begitu lelah terlalu mendominasi tubuh mereka sampai-sampai membuat para anggota BXD terseret dalam alam mimpi. Namun sepertinya tak seluruh member terlelap, ada Yoongi yang sedang bertopang dagu seraya menatap jendela.
Yoongi menyandarkan kepalanya pada kaca jendela, dan melamun. Pria itu masih terbayang-bayang suasana Uluwatu dengan kehangatan yang membekas di hati. Bukan karena sunset, atau pertunjukan tari tradisional, melainkan senyum dari seorang wanita yang selama dua hari ini berkeliaran bebas di kepalanya.
Selama dua puluh tahun berkarir, dan bertemu banyak orang, Yoongi pernah beberapa kali merasa tertarik pada wanita, tapi dulu sifat gila kerja, dan ambisi terlalu menguasai dirinya, sehingga rasa tertarik hanya sebatas ingin saja tapi tanpa upaya. Namun sekarang, ketika bertambahnya umur—Alyn muncul seolah mengisi tempat kosong di kepala Yoongi.
Pria itu akhirnya mengeluarkan ponselnya, dan mengetik sesuatu di sana. Sesekali bibir pria itu bergumam.
"Dear my Goddess, ambisi membuatku gila
Uang, wine, dan ketenaran, kudapatkan
You aren't my plan, Girl. Why?
I want you, and that's my plan
Goddess of war, aren't you?
Shit, that sun kisses. I want kiss you on the cheeks.
- Minerva"
Yoongi mengintip dari balik kursi, dan melihat Alyn tengah bermain ponsel. Wanita yang selalu berlarian, terburu-buru, dan selalu mengikat rambutnya dengan rapi, tapi hal itu justru yang menjadi pesona Alyn si pemandu wisata.
Yoongi bangkit dari duduknya, dan mengecek para member BXD. Semua terlelap—itu hal bagus. Pria itu duduk kembali, dan membuka aplikasi kakaotalk.
Yoongi:
Alyn-ssi
Apakah masih jauh lagi?
Usai mengirim pesan, Yoongi mengintip Alyn dari balik kursi lagi demi dapat melihat reaksi wanita itu setelah mendapat pesan darinya. Tanpa disadari sudut-sudut bibir Yoongi terangkat ketika melihat Alyn sedang mengetikan sesuatu di ponselnya.
Alyne:
Sekitar setengah jam lagi
Yoongi mengulum bibirnya, bingung harus mengirim pesan apa lagi. Kenapa Alyn tak bertanya lebih lanjut? Aku jadi kehabisan ide.
Yoongi:
Alyn-ssi, aku sedang mencari inspirasi untuk menulis lagu. Bisakah kau membantuku?
Alyne:
Bagaimana caranya? Tapi aku tidak bisa
Yoongi:
Bisakah kau ke tempat dudukku? Aku harus berdiskusi langsung
Alyne:
Boleh seperti itu?
Yoongi:
Tentu ....
Yoongi memasukkan ponselnya ke dalam saku dan mengintip Alyn lagi. Pria itu refleks melambaikan tangannya begitu melihat Alyn bangkit dari kursinya—entah wanita itu melihat Yoongi melambaikan tangan atau tidak.
Hal sepele begini saja membuatmu salah tingkah, Yoongi berdehem, menghilangkan pikiran-pikiran menyebalkan yang tiba-tiba menyerangnya.
Alyn berjalan mendekat dengan hati-hati, seraya melihat ke tiap kursi yang diduduki member BXD yang lain. Alyn takut jika ada member yang terbangun, dan mencurigainya akan hal lain. Wanita itu menyadari bahwa selama bekerja ia memang dengan sengaja membangun batasan yang tinggi, ia hanya berupaya mengendalikan hal yang masih menjadi tanggung jawabnya.
Yoongi menggeser tempat duduknya, agar Alyn dapat duduk di sampingnya. Pria itu bahkan menutup jendelanya dengan gorden. Lampu bus juga dimatikan, kini yang terasa hanya kehadiran Alyn di samping Yoongi—pria itu tak bisa melihat jelas wajah Alyn.
"Aku bingung harus menulis lagu apa," kata Yoongi mengawali percakapannya dengan Alyn. Setidaknya Yoongi tak dapat melihat wajah Alyn langsung, sehingga ia tak terlalu gugup untuk mengajak wanita itu berbicara.
"Aku yang tak pernah membuat lagu, bingung dengan cara apa agar bisa membantumu," balas Alyn, lalu menyandarkan bahunya di kursi, nyaman. Kursi yang biasa diduduki tak senyaman bus penumpang. Punggung Alyn merasa sangat dimanjakan, setelah seharian berjalan ke sana-ke mari.
"Alyn-ssi, kenapa harus menjadi tour leader? Ku lihat, itu tidak mudah untuk seorang wanita." Yoongi melihat cahaya yang sekelebat lewat menembus gorden bus, dan secara acak menyinari beberapa sudut ruang di bus yang saat ini ia tumpangi.
Alyn memperhatikan Yoongi dari sudut matanya, baru kali ini sebuah pertanyaan semacam itu terlontar dari bibir seorang pria, dan itu idolanya sendiri. Wanita itu jadi ingat, ketika awal memutuskan ingin menjadi tour leader, ia ditentang habis-habisan oleh sang ayah. Namun berkat neneknya, Alyn bisa seperti sekarang ini.
"Awalnya aku mengira karena hanya ingin berjalan-jalan gratis. Tapi ternyata alasan yang tepat adalah ayahku. Dulu ayahku adalah tour leader, dan aku merasa ia seperti selalu kabur dari segala permasalahan rumah dengan alih-alih alasan bekerja di luar kota. Sehingga pekerjaan ini terkesan seperti jalan pintas untuk melarikan diri," jelas Alyn. Wanita itu menatap Yoongi yang kini bagaikan siluet indah yang bernilai mahal.
Yoongi bergeming, hanya mendengar dan menatap Alyn di kegelapan seperti ini justru membuatnya merasa tenang. Di sisi lain, Yoongi seolah ikut bisa merasakan kesulitan yang telah dialami Alyn—selain ahli bekerja, wanita itu ahli merebut simpati.
"Yoongi-ssi, kenapa kau sangat ingin menjadi musisi?" tanya Alyn.
"Karena aku benci kemiskinan. Aku ingin bekerja semauku, namun dengan bayaran yang besar. Aku pikir mudah, ternyata sulit sekali. Lalu ... ketika sudah mendapatkannya, aku justru merasa sepi." Yoongi tersenyum miris. Ia mengingat masa mudanya ketika menjadi trainee, tak mudah, dan sangat menyedihkan. Pria itu jadi sedih, jika dipikir-pikir, ia belum sepenuhnya bahagia sejak awal.
"Yoongi-ssi, apa yang membuatmu bahagia di dunia?" Alyn melontarkan pertanyaan yang selama ini ia simpan. Ia merasa kalau tak semua public figure memiliki kebahagiaan yang mutlak.
"Belum ada, mungkin nanti." Yoongi menyandarkan punggungnya di kursi dengan nyaman di samping Alyn. "Kalau kau, apa yang membuat dirimu bahagia di dunia Alyn-ssi?" tanya Yoongi.
Beberapa detik Alyn terdiam, memilah hal yang membuatnya bahagia selama ini. Semakin berjalannya detik, ritme jantung Alyn pun tak mau kalah—cepat dan tak beraturan.
"Jika tak ingin menjawabnya aku tidak apa-"
"Bisa mengenalmu, sejak awal," Alyn menatap Yoongi. Wanita itu tersenyum, walau tahu tak terlihat, tapi Alyn merasa lega telah menyampaikannya pada Yoongi. "Aku pernah merasa jadi orang yang paling bahagia di dunia karena bisa mengenalmu dan BXD," ucap Alyn.
🐇: Haiii!!!
So sowiiii bestieee, aku dari kemarin sibuk acara kampus dan sangat tidak memungkinkan untum update🤧💔
Yak akhirnya aku update yeayyy!
Btw itu lirik lagunya mengarang, jd jangan dicari di google, kagak bakal nemu bestie😭🙏
Baeklah, sekian dan terima Suga😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious (PROSES TERBIT)
Fiksi PenggemarBagaimana nasib Alyn ketika harus menjadi pemandu wisata idolanya sendiri? First make: 30072017 New Version: 07012022