--
Sepanjang hari hampir setiap jamnya Aina habiskan dengan melamun. Sebelah tangannya menopang dagu diatas meja dan sebelah lagi membelai bibirnya dengan pelan.
Rasanya... Rasa itu masih terasa di bibir Aina walau sudah hampir sepekan berlalu. Keterkejutan Aina ketika Theo menciumnya di depan lift benar-benar membuat jantungnya tidak beres setelahnya. Tiap kali mengingatnya, seakan ada getaran manis yang menyenangkan hati. Aina tak bisa tak tersipu ketika mengingat itu. Dan masih bertanya-tanya, mengapa dia melakukannya?
Saat itu Theo hanya tersenyum penuh arti pada Aina dan melangkah mundur untuk meninggalkan Aina seusai ciumannya.
"Aku tau apa yang kau pikirkan, jadi berhenti melamun, dan ayo bicarakan apa yang membuatmu masih memikirkannya?" Lizzy menghampiri Aina yang duduk di meja makan sambil menegak jus botolan yang diambil dari kulkas.
"Kepergiannya tanpa kata apapun" Aina tak menatap Lizzy dan masih menatap kosong ujung meja.
"Aku tidak berpikir itu adalah sikap pengecut atau pancingannya"
"Maksudmu?" Aina mengerutkan keningnya
"Apa kau begitu bahagianya dicium dokter tampan seperti Theo Parker, sampai tidak sadar keberadaan ku dan Alex di dekat kalian? Kami melihat kalian berciuman, Ain"
Aina menatap Lizzy terkejut sesaat, "Benarkah?"
"Aku pikir aku juga akan melakukan hal yang sama jika aku menjadi dirimu" tawa Lizzy
"Aku serius, Liz.. Apa yang kalian lakukan sampai berada di dekat ku?"
"Oh, Aina, aku tidak seperti Alex yang sangat bersedia menguntit kalian kemanapun kalian berdua berada. Aku dan Alex baru kembali membeli pizza untuk Justin. Apa kau tidak ingat kita bahkan satu lift ketika naik?"
Aina terdiam ketika memutar kembali ingatannya saat malam itu. Kepergian Theo digantikan kedatangan Lizzy dan Alex, namun Aina yang saat itu tidak bisa berpikir jernih, hanya membalas sapa godaan Lizzy dengan decakan lalu. Ketika mereka sampai lantai penthouse milik Aina pun, Aina tak bergabung dan langsung masuk kamar untuk kembali melamun.
"Jadi apa maksud ucapan mu tadi?"
"Ucapan ku yang mana?"
"Theo tidak bersikap pengecut atau memancing. Apa maksudnya?"
Mendengar ucapan Aina, Lizzy menggeleng dan tersenyum sabar. Teman sekaligus adik baginya ini adalah wanita yang tabu dengan cinta. Kedekatannya dengan pria pun sangat minim, sangat wajar bagi Aina jika menganggap apa yang dilakukan Theo merupakan sikap memancing atau pengecut.
"Pengecut, dia tidak pengecut hanya karena mencium mu lalu pergi begitu saja, menyisakan senyum misterius yang tak bisa kau baca. Itu hanya langkah awal kecil baginya, untuk mendekatimu lagi. Memancing, maksudku dia tidak sedang menggodamu dengan sebuah ciuman manisnya. Aku bisa melihat dari kilatan matanya setelah mencium mu. Kau tau, tatapan itu tatapan yang sangat diinginkan wanita lain dari lelakinya. Seperti itu"
Diam kembali, Aina mengingat bagaimana Theo tersenyum dan terus memandangnya hingga pintu lift tertutup dan lelaki itu menghilang di balik pintu loby. Senyum yang tampan, dan tatapan yang dalam.
"Kau yakin? Aku masih merasa tidak. Maksudku.."
"Aku tidak berani menjamin, tapi tatapan tekadnya untuk mendekatimu terlihat jelas saat itu. Dia memang dokter, dan aku tahu kau tidak pernah tidak jatuh hati pada doktermu sendiri –ya, maksudku rata-ratanya.."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M FINE
Romance"Kau tahu, ketika wanita berkata tidak apa-apa, terkadang mereka benar-benar tidak apa-apa. Sebagian besar wanita memang bermaksud sebaliknya. Tapi aku, ketika aku bilang aku baik-baik saja. Aku benar, aku baik-baik saja" - Aina. Sebuah pepatah meng...