--
Alex menurunkan tubuh Aina diatas sofa kamarnya, dan segera mengambil handuk dari lemari. Handuk itu terasa lembut, tebal dan hangat, sangat pas untuk membungkus tubuh Aina yang menggigil kedinginan. Ketika Alex kembali Aina sedang memerhatikan sekeliling kamarnya. Entah apa yang Alex pikirkan, mengabaikan rasa enggan dan takut, dirinya membawa Aina masuk kedalam kamarnya. Ingin segera membuat wanita itu merasa hangat.
"Aku akan mengambilkan pakaianmu.." kata Alex setelah membungkus tubuh Aina yang masih menggunakan bajunya yang basah. Rambut Aina yang berantakan pun di rapikan dengan pelan oleh Alex, dan seakan sering melakukannya, Alex menggelengnya dengan handuk kecil.
"Aku memakai bajumu saja.." Alex terdiam menatap Aina yang memegang tangannya, "sudah terlalu nyaman dan hangat. Kalau membuka pakaian aku akan kedinginan lagi" tambahnya membuat Alex mengerutkan kening.
"Kau akan berendam air hangat, Ain. Aku tidak mau dan tidak suka melihatku demam setelah ini. Pergi ke kamar mandi, dan berendamlah."
Jika Alex bersikap lebih gila dari apa yang dilakukan di kolam tadi, ia ingin membawa Aina berendam bersamanya. Mendekapnya dengan lengan besarnya, dan menyentuh setiap inci kulitnya untuk menyalurkan kehangatan. Namun Alex masi memiliki akalnya, memilih menjauh sejenak selagi mendinginkan pikirannya.
Setelah mengambil asal pakaian milik Aina yang dirasa cukup hangat dan dalamannya, Alex kembali ke kamarnya. Tak terdengar suara apapun dari kamar mandi, mungkin Aina sangat menikmati kehangatan air hangat yang menyentuhnya. Hal itu membuat Alex memiliki kesempatan untuk mengganti pakaiannya yang hampir kering, mengabaikan pikiran jika suatu saat Aina bisa saja langsung keluar dan melihatnya telanjang.
Tetapi lelaki tak serumit wanita ketika memilih dan mengenakan baju kan? Bahkan jika hanya sebuah kaus dan celana, wanita masih akan memakan beberapa waktu lebih lama dari lelaki. Alex mengambil sebuah kaos polos yang pertama dilihatnya setelah mengenakan celana training abu miliknya. Saat akan mengenakannya, Alex tersentak ketika merasa tubuhnya dipeluk dari belakang. Lengan kecil putih dan jemarinya yang ranum saling bertauatan di atas perutnya yang berbentuk. Alex tak perlu bertanya siapa itu, dirinya tau, wanita yang hanya mengenakan dan berbau sabun dirinya hanya satu, dan itu hanya Aina.
"Punggungmu dingin" gumam Aina ketika Alex merasakan kulit punggungnya bersentuhan dengan wajah kecil wanita itu.
"Pakai pakaian mu, Aina" Alex mengabaikan Aina dan menggunakan bajunya.
"Jangan.. ku dengar skin to skin lebih mudah menghangatkan tubuh. Aku ingin mencobanya.."
Alex terdiam dengan baju yang dilemparkan Aina ke lantai. Skin to skin? Aina pasti tidak waras setelah bermain hujan tadi. Atau sebenranya Alex yang lebih tidak waras karena mencium Aina dan membawa itu kekamarnya? Harusnya Alex langsung membawa Aina kekamarnya dan meninggalkannya. Dengan begitu segalanya menjadi lebih mudah, dan dirinya tidak harus merasakan pergolakan batin seperti ini.
"Pakai pakaian mu, Aina" Alex menegaskan suaranya kali ini.
... Aina sejenak terdiam. Tak tau akan berkata apa, kedua tangannya melonggar, dan membuat Alex sedikit melirik dari bahunya. Terasa ada yang kosong, tapi Alex hanya diam.
"Aku akan pergi dengan dokter Theo. Mungkin akan kembali larut. Sampai jumpa besok" Aina melangkah mundur untuk menjauh, menatap sendu tubuh Alex yang seperti tak terganggu dengan ucapannya dan memakai kausnya.
"Aku akan mengantarmu, jam berapa kau akan pergi?" ketika Aina akan membuka pintu Alex menahannya. Terasa jelas lelaki itu menggenggam pergelangan tangannya erat namun tidak untuk menyakiti.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M FINE
Romance"Kau tahu, ketika wanita berkata tidak apa-apa, terkadang mereka benar-benar tidak apa-apa. Sebagian besar wanita memang bermaksud sebaliknya. Tapi aku, ketika aku bilang aku baik-baik saja. Aku benar, aku baik-baik saja" - Aina. Sebuah pepatah meng...