Lagi gabut di Rumah Sakit nunggu giliran. Yaudah aku update.
Enjoy~
--
Alex mengetuk pintu kamar di hadapannya dengan tenang. Sudah sejak kemarin ia membiarkan Aina sendirian, tidak menganggunya, tidak juga mencoba untuk menemuinya. Alex benar-benar memberi wanita itu waktu untuk merenung. Tetapi berdiam diri dan terus memantau saja, tidak membuat Alex tenang. Ia menahan rasa ingin bertemu, dan ia ingin memeluk wanita itu.
Jelas ini bukan hal yang diinginkan Alex dulu ketika memasuki keluarga Smith. Pikirannya telah di buang jauh untuk terpesona dan terjerat dengan paras indah Aina. Karena nyatanya sejauh ini ia berhasil untuk tidak tergoda pada wanita manapun. Alex bukan lelaki kolot yang tidak mengerti apa itu sex. Dia bukan lelaki yang juga selalu menikmati kepuasan hasratnya pada wanita yang berbeda. Alex hanya tidak suka bergonta ganti pasangan, dan tidak suka melibatkan hati dan pikiran pada wanita. Cukup hanya tubuh yang terbenam bersama, mengeluarkan hasrat dahaga, dan selesai.
Namun ketika ia mengenal dan bertemu Aina, segalanya berubah. Alex ingin merengkuh wanita itu untuknya. Menggunakan hati dan logika ketika bersamanya.
"Ada apa?" Aina bersandar pada kusen pintu dan melipat kedua tangannya menyilang di dada ketika melihat Alex yang menatapnya tajam.
"Aku hanya ingin melihatmu" balas Alex tenang.
"Hanya itu?"
Alex menaikkan alisnya.
"Kau sudah melihatku kan? Kalau begitu kau bisa kembali bekerja" Aina berbalik dan hendak mendorong pintu kembali tertutup.
"Aku tidak bekerja jika majikan ku masih bersantai di dalam kamarnya" Alex tentu mencegah pintu itu tertutup.
"Lakukan apapun yang ingin kau lakukan, Alex. Aku tidak ingin di ganggu!" Tegas Aina walau dengan suara sedikit malas. Sungguh Aina masih tidak bisa menghadapi Alex.
"Kalau begitu.."
"Hai.. apa aku mengganggu kalian?" Suara itu membuat kedua orang yang tengah berhadapan terpaku.
Lizzy, wanita itu berdiri tak jauh dari mereka dan menatapnya dengan tatapan sedikit curiga.
"Oh hai, Liz. Senang melihatmu" Aina merubah mimik wajahnya dan tersenyum manis pada Lizzy yang membalas senyumnya.
"Hai, Ain." Lizzy mendekat, lebih tepatnya mendekat pada Alex. Lelaki itu menegang menghela nafas, dan Lizzy bisa merasakan jika lelaki itu sebenarnya tidak nyaman, "aku mengganggu kalian?" Tanyanya ragu
"Mengganggu? Tidak, Lizz. Sejak kapan kedatangan mu mengganggu. Aku senang melihatmu disini"
"Bagus. Aku senang juga kalau begitu" Lizzy tersenyum lega. Entah keberanian dari mana, tangan wanita itu berali meraih tangan Alex dan merangkulnya.
Di depan Aina. Membuat Aina tersenyum kaku dan memilih mengalihkan pandangannya.
"Aku ingin mengajak Alex keluar. Apa tidak masalah? Apa dia sedang bekerja?" Gumam Lizzy berharap pada Aina. Sorot matanya menatap Aina dalam. Sedang Alex menatap tajam pada Lizzy.
"Tidak.."
"Tentu"
Alex dan Aina menyahut bersama. Dan membuat mereka saling menatap tajam satu sama lain.
Alex dengan tegas melepas pegangan tangan Lizzy darinya dan menatap wanita itu, "aku tidak dalam waktu bebas saat ini. Dan tidak akan pergi walau Ms. Smith meminta ku pergi" tegasnya.
"Jangan konyol, Alex! Aku membebaskan tugasmu sehari saja dan pergilah bersenang-senang. Aku tidak akan kemana-mana hari ini"
"Tugas ku sebagai pengawalmu adalah berada di sampingmu. Selalu"
"Kau tidak akan membuat ini semakin sulit bukan?"
Alex hanya menatap Aina tajam.
"Fine. Karena kau begitu keras, maka akan ku minta Baba yang melakukannya!" Aina marah. Ia tidak senang di tatap setajam itu dan satu sisi lain ditatap memelas.
Suara bantingan pintu yang keras jelas menandakan jika seseorang di dalam kamar sana sangat marah. Alex memejamkan mata, menahan amarah di dalam dadanya. Namun tidak dengan Lizzy, wanita itu terlihat pucat dan takut. Hatinya mendadak gelisah ketika Aina sudah menyebutkan Babanya.
Itu bukan pertanda baik, jika Ayahnya ikut campur tangan.
"Lebih baik kau pulang sekarang"
"Tidak. Aku.. aku harus bicara dengan Aina"
Alex terdiam, menatap bingung dengan wajah Lizzy yang pucat dan suaranya yang gugup.
"Kau tidak perlu bicara apapun dengan Aina"
"Tidak! Aku harus bicara. Dia menyebutkan Babanya, dan kita tidak bisa membiarkan itu terjadi"
Alex semakin mengernyit.
"Jika Mr. Smith turun tangan, maka tidak menutup kemungkinan kau akan di pecat. Dan itu artinya kau harus kembali ke New York. Itu tidak bisa terjadi. Aku tidak bisa kau tinggalkan begitu saja.."
"Lizzy, apa yang sebenarnya kau bicarakan?! Kalaupun aku harus kembali ke New York, apa masalahnya dengan mu?"
Lizzy menatap Alex sedih, perkataan lelaki itu jelas membuatnya merasa kecil. Perasaannya terluka, seakan-akan Alex sama sekali tidak merasakan cintanya pada lelaki itu.
"Tentu saja itu masalah! Aku tidak bisa meninggalkan Dubai, karena disinilah rumah ku. Dan kau adalah kekasihku, bagaimana bisa kau mengatakan jika kepergian mu bukanlah masalah untukku?!" Lizzy menjerit marah, kedua matanya nyaris menangis menatap Alex.
Alex mengendus, rahangnya mengetat, dan ia hampir tidak paham bagaimana wanita di depannya ini memutuskan status mereka begitu saja.
"Kau bukan kekasihku, Lizz! Camkan itu, Aku sama sekali tidak merasa pernah menjalin hubungan dengan mu. Tolong jangan membuatnya semakin runyam. Kau membuat Aina kacau. Dan aku tidak menyukai itu!" Alex menekan setiap kalimat yang di ucapkannya, berharap Aina mendengar jelas ucapannya dan menatap Lizzy kesal.
"Kenapa kau begitu perduli pada Aina?!" Lizzy menahan lengan Alex yang meninggalkannya.
"Karena aku pengawal pribadinya" jawab Alex tenang.
"Tidak! Kau perduli bukan karena kau pengawalnya"
Alex terdiam sesaat, ia ingin mengelak di hadapan wanita itu, namun satu pikiran muncul dengan jahat, tanpa perduli bagaimana perasaan wanita di hadapannya.
"Karena aku menginginkannya. Aku miliknya. Dan aku tidak suka melihat pemilikku terusik karena tingkah mu!" Alex mengatakan itu dengan tenang, begitupun dengan tatapannya pada Lizzy. Hingga ia menyentak pelan lengannya dan kembali melangkah meninggalkan Lizzy yang terpatung mendengarkan kalimat Alex padanya.
-TBC-
Adakah yang merasa ini tidak sesuai ekspektasi kalian?Minta komen 5 vote 30 bisa kali ya buat next besok?
(Pliss, jangan komen next, lanjut kak, semangat kak, aku tunggu updateanya -_- so sorry to say, udah basi itu komen)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M FINE
Romance"Kau tahu, ketika wanita berkata tidak apa-apa, terkadang mereka benar-benar tidak apa-apa. Sebagian besar wanita memang bermaksud sebaliknya. Tapi aku, ketika aku bilang aku baik-baik saja. Aku benar, aku baik-baik saja" - Aina. Sebuah pepatah meng...