12

932 91 2
                                    


sorry guys, updateannya terlalu lama. terlalu banyak hal diluar ekspektasi terjadi, jadi aku molor, kerjainnya.

enjoy yah.. sorry typo


--


"Kau yakin? Ayolah, kita bisa bicarakan ini pelan-pelan. Aku tidak menyukai ketika kau terlihat begitu kosong dan putus asa tanpa aku tau harus berbuat apa untuk membantumu"

"Aku tidak apa-apa, Ain. Mungkin aku hanya butuh udara segar. Dad juga berkata aku terlihat konyol karena belakangan sering melamun. Aku lelah membantu Dad kemarin ini di studio. Mungkin itu, banyak yang harus dikerjakan"

Aina terdiam menatap Lizzy lama, namun apa yang dikatakan Lizzy mungkin benar juga. Jangankan Lizzy, dirinyapun ketika merasa sangat lelah namun tidak bisa untuk mengistirahatkan diri akan terus melalum tanpa sadar. Dan benar juga, paman Ricky, ayah Lizzy, akan segera mengadakan pameran terbuka di salah satu hall terbesar di Dubai. Dan itu pasti sangat melelahkan untuk mempersiapkan atau memeriksa kelengkapan untuk persiapan pameran ayahnya. Lizzy anak yang sangat di bangga dan andalkan paman Ricky, itu juga pasti menjadi beban sendiri bagi Lizzy. Pada akhirnya Aina memutuskan untuk percaya dan membiarkan Lizzy tenang dengan pemikirannya.

"Kau tau, dimana kau harus bicara ketika tak ada tempat untuk kau bicara. Aku akan mendukungmu, Liz"

Lizzy tersenyum tipis dan membalas tatapan hangat Aina padanya.

--

Aina mencari Alex di kamar lelaki itu. Tanpa harus mendahulukan sopan santu atau menunggu sahutan Alex dari dalam, Aina membuka kamar Alex dan menutupnya kembali ketika akan menyebut nama lelaki itu.

"Aku baru akan memakai baju, dan kau masuk begitu saja ke kamarku!" Alex kembali mengikat handuk dengan erat di pinggangnya, secepat Aina yang tersentak dan membalikkan badannya karena terkejut.

Wajahnya memerah merona, dan jantungnya berdetak kecang, "Kau harusnya bilang kalau kau sedang mandi!"

"Kau sungguh sopan, tidak bertanya lebih dulu atau mungkin mengetuk pintu." Alex membiarkan Aina yang malu sendiri dan berjalan menuju walk in closet kecil miliknya.

"Terserah! Kau sendiri tau aku tidak suka mengetuk pintu, kenapa tidak di kunci"

"Anggap saja aku lupa menguncinya"

Aina berkedik ketik ia merasakan deruan nafas segar melambai dibelakang telinganya. Ketika Aina memalingkan kepalanya, kedua matanya bertemu dengan mata legam milik Alex yang sudah rapi dengan kemeja putih miliknya dan celana berbahan kain. Aina hanya menatapnya, Alex sedang berdiri di depan cermin sebesar tubuhnya dan mengatur tatanan rambutnya yang biasa Aina katakan kaku. Alex menyemprotkan sedikit parfum, dan menggulung lengan kemejanya. Aina terdiam hanya menatapnya dalam diam. Entahlah, tak ada yang lewat dipikirannya. Hanya, Aina suka melihatnya.

"Ada apa kau kemari, Ain?" suara Tanya Alex membuat Aina tersadar dari lamunannya. Ia sedikit mendeham dan memalingkan wajahnya untuk menghapus sisa-sisa rona diwajahnya.

"Aku ingin belanja. Lizzy dan Uncle Rick akan mengadakan pameran besar sebentar lagi, aku ingin mencarikan mereka hadiah yang bagus"

Alexnya menatap Aina sejenak dan mengangguk sebagai jawabannya. Ia kembali berjalan dan mengambil salah satu jas dan mantel semi formalnya, dan kembali menghampiri Aina.

"Aku akan mengambil tasku sebentar. Kau tunggu aku di mobil saja. Sepertinya Layla sudah menyuruh supir untuk menyiapkan mobil"

Alex tidak bersuara apapun selain mengangguk dan mengikuti langkah Aina yang keluar kamarnya, dan berjalan ke sisi ruang lain menuju kamarnya sendiri. Seperti yang dibilang Aina tadi, seorang supir sudah siap menunggunya di depan loby. Ketika lelaki yang terilah berumur lewat dari lima puluh itu akan membuka pintu, Alex segera menahannya. Kali ini ia akan menyupiri Aina.

I'M FINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang