Sorry ini pendek!!
yang penting update guys :D
--
Ketika Alex selesai memberikan hadiah pemberian Aina kepada seorang asisten Ricky, tanpa sengaja kedua matanya menangkap sosok berambut pirang mengenakan gaun hitam yang cukup dikenalinya. Kedua alisnya menyatu tak lama, sebelum akhirnya ia mengembalikan raut wajah datar dan hendak kembali berjalan meninggalkan gedung pameran itu. Tetapi terlambat, sosok berambut pirang itu telah membalikkan badan dengan senyum cantik yang masih bertanggar di wajahnya. Kedua matanya membulat terkejut mendapati sosok Alex seorang diri, lalu wajahnya kembali tenang dengan senyum yang lebih lembut dan manis ia menghampiri.
"Aku kira kau tidak akan pernah datang" Lizzy tersenyum senang mendapati sosok nyata Alex dihadapannya.
"Aku hanya mengantar hadiah dari Aina. Aku harus kembali"
"Tidak bisakah kau tinggal sebentar? Ini masih terlalu awal, dan acara belum lama di mulai. Aku akan menemanimu berkeliling sebentar" nada penuh harap dari Lizzy membuat Alex enggan untuk berkata tidak, walau dirinya sudah berharap bisa duduk di balik kemudi mobil.
"Oke.., hanya sebentar. Aina sedang tidak enak badan, dan pelayan banyak yang tidak bisa menuruti maunya"
Ada senyum getir di wajah Lizzy ketika Alex selalu menyebut nama Aina, tetapi ia abaikan, karena Alex setuju untuk diam lebih lama bersamanya.
Alex harus membenarkan apa yang Aina katakan saat di rumah tadi. Setiap gambar yang terpajang dari satu dinding ke dinding lain, kanvas satu ke lainnya, sangat menakjubkan. Alex hampir mengira dirinya melihat sebuah lukisan atau setidaknya lebih banyak sentuhan photoshop di setiap gambar. Ketika mengatakan itu, Lizzy tidak enggan melayangkan pukulan keras di pundaknya.
"Aku harus mengatakan banyak terimakasih pada Aina" saat mereka melihat sebuah foto matahari tenggelam yang di ambil dari ujung tebing ayers. "Kemarin siang aku menerima paket dari sebuah butik, dan isinya adalah gaun ini. Aku menyukainya begitu membuka kotaknya. Aina seakan sangat tau pakaian yang mencerminkan diriku. Orang-orang berkata aku memukau, apa kau juga berpikir begitu?"
Alex mengalihkan pandangannya pada Lizzy, tidak, lebih tepatnya pakaian yang dikenakan wanita itu. Baju yang di tatap begitu lama dan Alex tidak mengerti apa yang saat itu Aina pikirkan, "Ya, begitulah" jawab Alex singkat.
Lizzy tersenyum tipis, dirinya sudah tau jika Alex hanya akan menjawabnya seperti itu. Tidak seperti yang lain, kata pujian yang manis, hangat, dan membangkitkan rasa percaya dirinya. Jadi apa yang kau harapkan, dari manusia sedingin kutub itu, Lizz?
"Aku tahu ini mustahil, tapi aku akan mencobanya. Aku tidak mengerti dengan diriku sendiri, tapi aku benar-benar tidak bisa menahan diriku setiap kali melihat atau bahkan berdekatan denganmu. Kali ini saja, Lex, please, will you go out with me?"
--
Aina terkejut ketika Alex pergi, seorang pelayan di rumahnya memanggil dan mengatakan dirinya memiliki tamu. Tanpa ingin memperbaiki diri, Aina menuruni tangga dengan gaun tidur terusan selutut berwarna merah muda, karena dirinya memang berencana untuk tidur.
"Dokter Theo?" Aina terkejut saat melihat Theo duduk menunduk sambil memainkan ponsel.
Merasa namanya terpanggil, fokusnya beralih pada wanita yang berdiri dengan kedua mata membulat, jelas terkejut dengan kehadirannya yang tanpa pemberitahuan, "Hai, Ain.. Maaf, aku tidak memberitaumu untuk datang. Apa aku mengganggu?" Theo bersuara tidak enak ketika melihat Aina dengan balutan baju tidurnya.
Tapi ini masih terlalu pagi untuk tidur..
"Oh, tidak. Aku memang berencana tidur. Tapi aku belum mengantuk. Aku hanya menunggu kantukku datang"
"Ooh.."
"Duduklah. Apa pelayan sudah menawarkan minum? Kau ingin sesuatu?"
"Tidak, Ain. Aku tidak apa-apa, terimakasih" senyum Theo membuat Aina terdiam seketika dan memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan rona yang entah kenapa di wajahnya.
"Apakah ada sesuatu? Maksudku, tidak biasanya kau tidak menghubungiku untuk bertemu." Aina bertanya disela keheningan mereka.
"Tadinya aku ingin mengajak mu keluar. Malam sedang cerah, dan tidak terlalu dingin. Ku kira kita bisa jalan bersama. Aku mendengar ada pameran gallery terkenal, dan teman ku tidak bisa berhenti membicarakannya. Jadi..."
"Kau mengajakku berkencan? Begitu?" Aina tanpa segan menyela dengan seulas senyum manis di wajahnya. Tak dipungkiri jika dirinya menyukai kelugasan Theo yang mengajaknya berkencan. Membuat sesuatu dalam benaknya terasa sedikit hangat.
"Kalau kau berkata, ya, anggap saja begitu" balas Theo dengan percaya diri.
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M FINE
Romance"Kau tahu, ketika wanita berkata tidak apa-apa, terkadang mereka benar-benar tidak apa-apa. Sebagian besar wanita memang bermaksud sebaliknya. Tapi aku, ketika aku bilang aku baik-baik saja. Aku benar, aku baik-baik saja" - Aina. Sebuah pepatah meng...