Makasi buat kalian yang masi support cerita inii.. terhura akutu 😭
Enjoy~
--
Siang menyapa dengan cerah, Aina akhirnya bangkit dari ranjang nyamannya dan meminta pelayan untuk menyiapkan makan siangnya. Hari ini Aina memutuskan untuk berdiam di kamar. Ia akan melakukan segalanya di dalam kamar.
Menulis, membaca, menonton. Apapun itu agar ia tidak berinteraksi dengan dunia luar. Terkadang Aina merasa senang ketika ia akhirnya di beri kesempatan untuk melihat dunia. Sama sekali tidak pernah terbayang bahwa dunia yang sebenarnya sangatlah luas dan menakjubkan.
Aina ingat, ketika dokter membuka perban di matanya untuk pertama kali, semua terasa putih, mengabur hingga membuat kepalanya pening saat sorot lampu kamar rumah sakit mengenai matanya. Ketika itu Ethan berteriak marah karena berpikir Aina terluka. Namun ketika ia membiasakan diri, dan mengerjab seolah mengembalikan nyawanya yang hilang, Aina melihat Joana, ibunya, menatapnya haru dan penuh cemas, wajah tegang Ethan, ayahnya, dan tentu wajah menyebalkan Justin yang terlihat pucat, dan khawatir.
"Mama.."
Aina memanggil ibunya lirih ketika itu sambil menatapnya ragu, dan semua entah bagaimana semua helaan nafas berhembus lega. Joana menangis memeluk Aina. Ethan menyalami sang dokter dan berterima kasih. Justin, bocah itu mendekat dan memeluk Aina dengan mata menahan tangis. Lelaki remaja itu amat sangat bahagia ketika Aina akhirnya bisa melihatnya. Tak henti-hentinya Justin membanggakan ketampanan yang di warisi Ethan padanya di hadapan Aina hingga membuat kakaknya itu jengah.
Tetapi, entah mengapa sekarang ada sedikit perasaan tidak senang ia bisa melihat dunia. Semua terasa menyebalkan dan mengerikan ketika apa yang tidak ingin di rasa dengan pengelihatannya, kini ia rasakan.
Wajah Lizzy yang begitu bahagia mengatakan dirinya memiliki hubungan dengan Alex, benar-benar membuat Aina merasa, buta lebih baik ketika ia harus merasakan rasa tidak nyaman melihat wajah itu.
Katakanlah Aina jahat, ia tidak suka melihat Lizzy bahagia dengan cintanya. Tapi Aina menahan diri untuk tidak lebih jahat. Aina tidak bisa membiarkan dirinya terhanyut dalam perasaan tidak suka seperti itu, dan membuat hubungannya dengan Lizzy runyam.
Drrt..
Aina menghentikan lamunannya ketika ponselnya berdering nyaring. Dengan malas tangannya meraih ponsel canggih miliknya dan melihat nama Theo di sana.
Dirinya lupa jika tidak semalam Alex membuatnya terbelenggu dengan kenikmatan, mungkin ia tidak akan mengabaikan Theo yang mungkin menunggunya di restaurant untuk makan malam.
"Hai.." sapa Aina memaksa diri.
"Hai.. aku pikir aku menganggu mu" jawab Theo disana.
"Kau menelpon ku, dan kau sendiri yang berprasangka begitu"
Theo tertawa pelan, "aku hanya memastikan jika, wanita yang ku tunggu sejak malam memberiku setidaknya sebuah pesan, jika dirinya memiliki suatu kesibukan"
Aina mendesis, ia memijit pangkal hidungnya dan perasaannya terasa bersalah, "maafkan aku. Sesuatu menahan ku hingga aku tidak bisa kemana-mana. Ada sedikit masalah semalam"
"Oke, aku tidak akan mempermasalahkan itu. Aku mencoba paham"
"Aku tersanjung dengan kepahamanmu"
Hening sejenak meliputi mereka.
"Apa kau akan menolak jika aku mengajak mu makan malam lagi besok lusa? Aku ingin mengajakmu kesuatu tempat, dan memperlihatkan mu sesuatu"
"Oh, ya, tentu. Kau bisa menjemputku besok." Aina mengabulkan keinginan Theo. Setidaknya dia harus membalas sopan santun dan rasa bersalahnya karena sering mengabaikan dokter tampan itu.
"Aku akan di tempatmu pukul 6" Aina bisa merasakan senyum yang merekah di suara lelaki itu. Dan aina membalasnya dengan dehaman singkat.
--
Di lain tempat, Joana tengah merangkai bunga di halaman belakang rumahnya. Tidak ada banyak kegiatan yang dilakukannya, mengingat keadaannya yang sedang tidak fit, Ethan dengan segala keotoriterannya melarang sang istri melakukan kegiatan.
Namun bukan Joana namanya jika ia akan menunduk dan berkata iya pada sang suami. Joana bukan bermaksud ingin membangkang, sejauh ini ia selalu memerankan perannya sebagai istri yang sangat baik untuk Ethan. Ia menyanggupi segala keinginan lelaki itu. Tetapi untuk masalah kecil begini, ia akan bertolak pinggan dengan keotoriteran suaminya. Dan Ethanlah yang tidak bisa melarang istrinya.
"Mohon maaf Nyonya, ada kiriman paket untuk Anda" seorang pelayan menyapa dan membawa sebuah kitak berukuran 4A yang menarik perhatiannya.
Setelah menggumam terimakasih, Joana mangambil gunting di dekatnya lantas membukanya. Betapa tegang dan terkejut dirinya ketika menemukan lembaran-lembaran foto masa lalunya ketika muda dengan sepucuk surat diatasnya.
Wajahnya yang masi sedikit pucat lantas kian memucat saat tangannya dengan gemetar mengambil surat itu. Surat yang harusnya tidak di baca. Atau lebih baik Joana langsung membuangnya.
Aku tidak tau bagaimana cara untuk menuntaskan ini semuanya lagi. Ini benar-benar berat, dan menyiksa ku seumur hidup.
Entah kau akan menyukainya atau tidak, tetapi aku bisa tebak kau tidak akan menyukainya.
Tidak akan pernah ada kita lagi diantara kita. Dan aku mencoba membiarkannya. Tetapi tidak, aku tidak bisa.
Hati dan pikiran ku terus berpaku padamu. Kau benar-benar telah mengambil jiwaku, Jeo. Dan aku akan mengambil kembali, jiwaku yang kau buang.
It's me,
Y
our M
-TBC-
Jjeng!! Gk surprise yaa.. hahaa
Enjoy my update.
Sekali lagi makasi buat temen-temen yang tetep support cerita ini. Terhura aku tu(?)😢
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M FINE
Romance"Kau tahu, ketika wanita berkata tidak apa-apa, terkadang mereka benar-benar tidak apa-apa. Sebagian besar wanita memang bermaksud sebaliknya. Tapi aku, ketika aku bilang aku baik-baik saja. Aku benar, aku baik-baik saja" - Aina. Sebuah pepatah meng...