Happy -rainy- sunday!!
no edit guys. (Lagi malas hahaa)
--
"Kau baik-baik saja? Semua berjalan dengan lancar bukan?"
Suara di seberang sana terdengar serak dan lirih. Alex yang tengah menerima panggilan itu menghela nafasnya sedikit panjang, sembari menatap gedung-gedung tinggi di halaman samping penthouse milik Aina.
"Tentu. Semua berjalan sesuai rencana. Aku sudah cukup dekat untuk mendapat perhatian dan kepercayaannya."
"Kau tau kau tidak boleh melibatkan perasaan, Lex. Bukan aku tidak mengizinkan, mungkin keluarganyalah yang tak akan pernah bisa mengizinkan"
"Aku mengerti. Aku.. aku akan mengendalikan diriku"
Hening sejenak, seakan diseberang sana butuh waktu untuk mencerna sirat dibalik suara Alex yang terdengar tenang namun sedikit gugup. Alex tau dirinya tidak boleh gegabah, kedatangannya di keluarga Smith untuk melakukan satu hal, bukan berakhir menjadi terikat dengan Aina seperti harapannya sekarang.
"Bagaimana dengan Theo? Kalian sering bertemu bukan?"
Lagi, Alex menghela nafasnya, mengambil topik pembicaraan orang yang tak disukainya membuatnya ingin mematikan panggilan itu, "Ya, belakangan brengsek itu sering berkunjung"
"Jangan menyebutnya seperti itu. Ingat, dia adik mu, walau kau tidak ingin mengakuinya"
"Aku tidak bisa melupakan itu, tapi dia benar-benar brengsek!" keluh Alex sambil memijat hidung bagian atasnya.
"Hidup ini memang berat. Terasa tidak adil, tapi kau memang harus menjalaninya karena ini telah menjadi rencana Tuhan." Gumam lelaki diseberang sana, "Aku tidak ingin terjadi perselisihan diantara kalian beruda. Aku menyayangi kalian berdua sama besarnya, jadi akurlah. Kalian sudah sama dewasanya, dan berhenti bertingkah seperti anak kecil yang rebutan mainan"
"Kami selalu melakukan itu waktu kecil"
"Ohh, kau mengingat masa indah kecil mu!!"
"Aku hanya berkata"
"Dan mengenang, anakku"
Alex terdiam. Pembicaraan dengan ayahnya memang tidak akan pernah habis dan akan selalu berakhir tentang kisah masa kecilnya bersama Theo yang tidak lain ada lelaki yang dianggapnya musuh selama ini.
"Theo berkata akan mengajak nya berkencan malam ini. Aku tidak tau bagaimana anak itu mengetahui rencana kita sehingga memutuskan untuk turut andil dalam hal ini. Aku hanya berharap dia tidak mengacau. Kau tau, dia kadang masih berpikir seperti anak kecil, mengambil keputusan sendiri tanpa tau itu baik atau tidak"
"Nah!! Kau mengakui itu sekarang, Dad!! Itu kenapa aku memanggilnya brengsek"
"Alexander Morthon!" tegas disana, "dia adikmu, ingat!!"
Alex berdecak jengkel. Kadang hal yang tidak disukai Alex pada ayahnya adalah, lelaki itu selalu membela Theo dengan sebutan dia adiknya. Dan seorang kakak harus mengalah demi kebaikan bersama.
"Dad, aku harus pergi. Pekerjaan menantiku."
"Aku mengerti. Jaga dirimu, dan ingat, jangan libatkan hatimu. Dia sama seperti Ibunya. Memikat dan mudah untuk dicintai."
Alex terdiam tidak mengatakan apapun. Pikirannya mulai kacau ketika ia mematikan sambungan telepon. Dirinya tidak bisa melibatkan perasaan, sedangkan apa yang dilakukannya lebih dari menggunakan perasaan. Alex menggila. Disisi lain dirinya harus mengawasi Aina, diapun harus sadar, jika pengganggu seperti adiknya, harus lebih diawasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M FINE
Romance"Kau tahu, ketika wanita berkata tidak apa-apa, terkadang mereka benar-benar tidak apa-apa. Sebagian besar wanita memang bermaksud sebaliknya. Tapi aku, ketika aku bilang aku baik-baik saja. Aku benar, aku baik-baik saja" - Aina. Sebuah pepatah meng...