4.4

1.1K 143 89
                                    

Don't be a silent reader please.

Kring.

Kring.

Kring.

Bel sekolah berdering. Para murid langsung bersorak gembira karena akhirnya mereka dapat berleha-leha di rumah, walaupun tugas rumah masih harus menganggu waktu istirahat mereka. Semua murid langsung merapikan buku-buku yang mereka bawa serta alat tulisnya, termasuk Jaebum.

Sedari tadi, Jaebum tidak dapat berkonsentrasi dengan materi yang dijelaskan oleh Park saem. Bahkan ia ditegur Park saem karena tidak menjawab pertanyaannya. Yang ia lakukan hanyalah terus melamun seperti sedang memikirkan sesuatu. Memang nyatanya ia tengah memikirkan sesuatu. Ia memikirkan kertas itu. Lebih tepatnya pengirim kertas itu.

"Sekian untuk hari ini. Hati-hati dalam perjalanan pulang nanti."

"Terima kasih, Park saem," ucap semua murid sambil membungkukan badan. Park saem pun berjalan keluar kelas dan suasana kelas menjadi ramai. Jaebum yang siap untuk bertemu si pengirim kertas yang juga si pencuri foto itu langsung menggendong tasnya ke punggungnya.

"Jaebum, kau ingin pulang bersama kami?" tanya Mark yang kini sudah berada di dekat Jaebum. Yang ditanya menoleh, lalu menjawab, "Kalian duluan saja. Aku masih ada latihan basket setelah ini."

"Jinyoung tahu tentang ini? Biasanya kalian selalu pulang bersama kan?" Seketika mulut Jaebum tampak sulit untuk menjawab pertanyaan Yugyeom. Haruskah ia berbohong? Jinyoung tidak boleh mengetahui tentang ini. Pengirim surat tak bernama itu pasti ada sangkut pautnya dengan Jinyoung, karena itulah pengirim itu mengambil semua foto kebersamaan Jaebum dan Jinyoung yang ada di loker Jaebum.

"Tidak, dia tidak tahu. Kalau bertemu dengannya, tolong katakan padanya untuk pulang terlebih dahulu karena aku ada latihan basket hari ini. Aku tidak ingin ia berlama-lama di sini hanya untuk menungguku."

"Baiklah, kalau begitu, akan kami sampaikan. Kami pulang dulu, Jaebum. Hati-hati nanti di jalan pulang," pesan Jackson, lalu menepuk bahu sahabatnya itu, kemudian berjalan keluar diikuti Mark dan Yugyeom. Jaebum sedikit mengintip ke arah luar untuk memastikan tiga sahabatnya sudah menjauh dari kelasnya, terutama dari area sekolah.

Detik ke detik menjadi menit. Lama-kelamaan, kelas Jaebum semakin sepi. Suasana sekolah pun juga sudah tidak terlalu ramai. Jaebum mulai berlari kencang menuju taman belakang. Ia tidak sabar untuk bertemu pencuri yang ingin ia habisi.

Dalam sekian menit, Jaebum tiba di taman belakang sekolah yang selalu sepi. Ia melepas rasa lelahnya terlebih dahulu karena berlari terlalu kencang. Ia menghirup dan menghembuskan nafasnya teratur sampai agak tenang.

"Dasar lamban," sahut seseorang di sana. Spontan, Jaebum mengangkat kepalanya dan mencari sumber suara tersebut. Matanya menangkap punggung seorang pria yang tengah memunggunginya. Jaebum langsung berdiri tegap dan menatap tajam pria itu.

"Siapa kau? Beraninya mengambil fotoku dengan Jinyoung dari lokerku!" Jaebum mulai emosi. Tangannya sudah mengepal. Kapanpun ia siap memukul pria ini.

Pria yang memunggungi Jaebum itu memutar balikkan tubuhnya dan menunjukkan wajahnya sambil tersenyum miring. Ia tunjukkan benda yang ada di tangannya pada Jaebum, tapi Jaebum malah terkejut sendiri.

"Oh, jadi kau mencari ini? Aku kira kau sudah melupakannya," ucapnya yang tidak ditanggapi apa-apa oleh Jaebum.

"Bambam?!" Jaebum menggelengkan kepalanya tidak percaya. Tangannya yang mengepal melonggar. Ia tidak mungkin memukul sahabat kekasihnya sendiri.

"Apa maksudmu, Bam? Melupakan apa?" tanya Jaebum tidak mengerti. Bambam mulai melangkah mendekati Jaebum dengan foto Jaebum dan Jinyoung di tangan kanannya. Senyuman miringnya masih tertahan. Ia berhenti melangkah tepat di hadapan Jaebum.

book of us ¦ jjpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang