2.5

2.1K 226 60
                                    

Don't be a silent reader please.

"JAEBUM HYUNG!!!" teriak Jinyoung sekencang-kencangnya. Ia harap suaminya itu dapat mendengar teriakannya karena rasa sakit di perutnya semakin lama semakin menjadi-jadi.

Di sisi lain, Jaebum yang tengah melepas dasinya di depan kaca baru mendengar teriakan itu. Tanpa berpikir apa lagi, Jaebum langsung keluar kamar dan menghampiri Jinyoung.

"Kenapa kau berteriㅡ astaga, Jinyoung!" Jaebum langsung mendekati Jinyoung yang terduduk di lantai. Jaebum yang melihat wajah Jinyoung yang tengah menahan sakit serasa ingin menjatuhkan air matanya.

"Hyung, sakit," lirih Jinyoung dengan suaranya yang lemah. Jaebum langsung menggendong Jinyoung ala bridal style, berniat membawanya ke rumah sakit. Beruntung sekali, kunci mobilnya masih berada di saku celananya.

Jinyoung dimasukkan ke mobil dan Jaebum langsung menyalakan mesin mobilnya. Ia menancapkan gasnya dan mengarahkan mobilnya ke rumah sakit terdekat.

Jaebum sedikit melirik ke arah Jinyoung yang sudah menangis, tapi belum sedetik, ia langsung mengalihkan pandangannya lagi. Ia tidak bisa. Ia tidak bisa melihat wajah istri tercintanya itu dibasahi oleh cairan bening bernama air mata.

"Sabar, sayang. Tenang, jangan panik, kita akan segera sampai," ucap Jaebum berusaha menenangkan istrinya.

Tak lama, mereka tiba di rumah sakit. Jaebum langsung menggendong Jinyoung ke dalam gedung rumah sakit.

"Suster! Suster! Tolong istri saya!" Beberapa suster yang dipanggil Jaebum langsung memanggil dokter dan membawa Jinyoung ke UGD.

"Maaf, Tuan. Anda harus menunggu di luar," ucap suster tersebut dengan sopan dan menutup pintu ruangan. Jaebum duduk di kursi panjang di depan pintu ruangan gawat darurat. Ia mengabari orang tuanya dan mertuanya bahwa Jinyoung dibawa ke rumah sakit.

Beberapa menit kemudian, orang tuanya, mertuanya serta kakak iparnya tiba di rumah sakit. Mereka mendapati Jaebum yang sedang duduk di kursi panjang dengan wajah yang ia tutup dengan kedua telapak tangannya.

"Jaebum," panggil Nyonya Im sambil duduk di sebelah anak semata wayangnya. Jaebum yang mendengar suara Ibunya langsung memeluk Ibunya sambil menangis hebat. Ya, Jaebum menangis. Ia memang sangat cengeng kalau sudah terjadi apa-apa pada Jinyoung.

"Aku takut terjadi apa-apa pada Jinyoung. Aku khawatir padanya. Aku cemas," kata Jaebum. Ibunya mengusap punggung anaknya, berusaha menenangkan anaknya.

"Ia akan melahirkan dengan selamat, Jaebum. Kau tenang saja. Seharusnya kau bahagia, bukan menangis seperti ini, karena sebentar lagi kau akan menjadi seorang Ayah, Jaebum." Kini, Tuan Im yang menenangkan putranya. Jaebum melepas pelukannya dan menghapus air matanya. Benar kata Ayahnya, ia harusnya bahagia karena sebentar lagi, keluarga kecilnya memiliki anggota lengkap.

Nyonya Park duduk di samping Jaebum dan mengusap punggung menantunya. "Kau pasti lelah setelah pulang bekerja, kau pasti juga belum makan kan?"

"Sebaiknya, kau pulang, nak. Kau harus beristirahat dulu, biar kami yang menunggu Jinyoung di sini," ujar Nyonya Im yang membuat anaknya itu menoleh pada Ibunya. "Aku tidak mau. Aku harus menemani Jinyoung di sini."

"Jaebum, jangan memaksakan diri. Ibu tahu, kau pasti lelah." Jaebum menghela nafas. Ibunya benar, ia memang lelah, tapi ia berusaha melawan kelelahan itu demi menemani Jinyoung dan menyambut kelahiran anak pertamanya.

"Jaebum, pulanglah. Lagipula, di sini ada Soyoung yang menemani kami. Kau dapat beristirahat terlebih dahulu, kemudian kembali lagi ke sini besok. Jika Jinyoung tahu kau belum makan dan tidak beristirahat, ia akan sedih." Sekarang, Tuan Park angkat bicara. Jaebum sudah pasrah. Ia tidak akan menang kalau sudah seperti ini. Akhirnya, Jaebum memutuskan untuk pulang ke rumah. Ia harap, besok ia dapat bertemu dengan Jinyoung yang sedang tersenyum lebar dan tentunya bayi di pangkuannya.

book of us ¦ jjpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang