4.3

1K 136 71
                                    

Don't be a silent reader please.

Jinyoung terdiam. Dalam hatinya, ia kesal. Mengapa harus ada persyaratan? Jinyoung hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepat mungkin karena cinta segitiga ini sudah membuat pikirannya pusing.

"Apa syaratnya?" tanya Jinyoung sambil mengalihkan pandangannya dari mata Jaebum.

"Kau tetap menjadi kekasihku."

"Apa?! Kau gila, hyung." Jinyoung terkejut dengan syarat yang diucapkan Jaebum. Menurut Jinyoung, syarat Jaebum itu tidak logis. Jadi, Jaebum ingin mempunyai dua kekasih begitu?

"Aku serius, Jinyoung. Aku tidak main-main dengan syarat itu," kata Jaebum yang sepertinya sadar bahwa Jinyoung terlihat tidak begitu menyetujui syaratnya.

"Kau ingin menduakanku dan menduakan Youngjae juga? Tolong pikirkan lagi, hyung. Aku tidak mau ada rumor-rumor aneh tentang kau, aku, dan juga Youngjae. Itu biasa jika kita sudah putus dan kau berpacaran dengan Youngjae, tapi jika aku tetap menjadi kekasihmu disaat kau juga menjadi kekasih Youngjae, apa yang orang-orang katakan nanti?" ucap Jinyoung panjang lebar. Jinyoung melepas genggaman tangan Jaebum dan melipat kedua tangannya di depan dada dengan ekspresi marah. "Aku tidak mau."

"Jika kau tidak mau, aku tidak akan menuruti permintaanmu," ucap Jaebum final. Jaebum mulai melangkah pergi, meninggalkan Jinyoung di taman. Jinyoung menatap kepergian Jaebum. Ia kesal karena syarat Jaebum yang membuat masalah ini tidak selesai, tapi ia juga merasa tidak rela untuk melepas Jaebum begitu saja. Perasaannya sekarang campur aduk. Ia tidak tahu lagi harus mengiyakan syarat Jaebum atau tidak.

Tak lama setelah Jaebum pergi, Jinyoung menyusul Jaebum di belakang. Ia berlari secepat mungkin untuk menyusul Jaebum yang belum jauh.

"Jaebum hyung! Jaebum hyung!" panggil Jinyoung sekeras mungkin sambil berlari kencang. Jinyoung terus memanggil nama Jaebum, tapi tak disangkaㅡ

Buk.

Jinyoung terjatuh karena tidak berhati-hati saat berlari. Jinyoung meringis kesakitan sambil berusaha bangkit. Ia lihat sikut lengannya yang terluka dan tak sadar air mata menetes dan membasahi pipinya.

"Jinyoung-ah!" teriak seseorang yang terdengar jelas di telinga Jinyoung. Jinyoung tidak merespon panggilan itu. Ia hanya sibuk menangis di taman yang agak sepi ini.

Tiba-tiba, terdengar suara derapan kaki yang semakin lama semakin terdengar, pertanda bahwa ada seseorang yang semakin dekat dengan Jinyoung. Tetap saja, Jinyoung tidak peduli dengan hal itu, tapi tiba-tibaㅡ

"Jinyoung, kau tidak apa-apa?" Jinyoung terdiam sejenak dengan suara seseorang yang ada di dekatnya. Ia mengangkat kepalanya dan menatap wajahnya. Itu dia. Dia kembali. Hanya untuk Jinyoung.

"Sayang, kau baik-baik saja?" tanya seseorang yang siapa lagi kalau bukan Im Jaebum. Jinyoung masih menangis. Tanpa babibu, Jaebum langsung memeluk tubuh kecil Jinyoung dan mengusap punggung Jinyoung.

"Ssst, jangan menangis, sayang. Tidak apa-apa. Aku di sini," ucap Jaebum dengan nada yang sangat lembut. Jinyoung menyukai saat ini. Jujur, ia ingin merasakan saat-saat seperti ini selamanya.

Jaebum melepas pelukannya dan menangkup kedua pipi Jinyoung, kemudian menghapus air mata yang baru saja menetes dengan jempolnya. Ia tersenyum lembut.

"Katakan padaku mana yang sakit." Jinyoung menunjukkan luka di sikut kirinya pada Jaebum. Jaebum pun melihat luka itu dengan serius.

"Luka ini harus segera dibersihkan, kalau tidak segera dibersihkan, bisa saja terinfeksi. Ayo ke rumahku, aku akan membersihkan lukanya." Jaebum pun membantu Jinyoung untuk berdiri.

book of us ¦ jjpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang