Don't be a silent reader please.
Jaebum melihat jam tangannya untuk yang keempat belas kalinya. Ini sudah lewat dari jam yang sudah dijanjikan Jinyoung, tapi Jinyoung tak kunjung datang dan duduk di hadapannya.
"Coba kutelpon saja." Jaebum mengeluarkan ponselnya dan segera mencari kontak Jinyoung. Ia meletakkan ponsel tersebut dekat dengan telinganya. Jaebum berdecak, panggilannya tidak dijawab. Sekali lagi, ia menelpon Jinyoung.
"Ayolah, angkat teleponnya," gumam Jaebum sambil mendengar bunyi 'Tut, tut'. Jaebum kembali menjauhkan ponselnya dari telinganya. Ia mencoba mengirim pesan pada Jinyoung, tapi tak dibalas. Dan untuk yang ketiga kalinya, ia menelpon Jinyoung. Sama seperti sebelumnya, hanya suara 'Tut, tut' dan suara wanita mengatakan 'Maaf, nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi' lah yang terdengar.
"Jinyoung, kau dimana?" tanya Jaebum pada dirinya sendiri. Kini pikirannya mulai berpikir negatif, hatinya mulai gelisah. Ia takut terjadi sesuatu pada Jinyoung.
Secepatnya, Jaebum bangkit dari duduknya dan keluar dari cafe. Ia berjalan menelusuri trotoar, emm mungkin bisa dikatakan sedikit berlari. Semakin lama semakin cepat Jaebum berlari, semakin meningkat juga kekhawatirannya.
Saat sedang berlari, ada sesuatu yang mengganjal di telapak kaki Jaebum. Merasa terganggu dengan hal itu, Jaebum langsung melihat benda apa yang diinjaknya. Ia mengambil benda itu dari tanah. Betapa terkejutnya ia saat melihat benda yang ia injak.
"Ini... gantungan ponsel Jinyoung dariku," kata Jaebum sambil memandang gantungan itu. Jaebum mengalihkan pandangannya ke arah toko souvenir yang berada tak jauh darinya. Ia menyimpan gantungan ponsel itu dan berjalan masuk ke dalam toko itu.
Jaebum melangkah masuk ke dalam toko tersebut, tapi tak ada satu pun pegawai yang menyapanya. Keadaan toko itu sepi sekali. Sesepi apapun sebuah toko, pasti ada pegawainya, tapi ini?
Toko itu tutup? Tidak mungkin. Jika toko itu tutup, kenapa tulisan yang tergantung di pintu depan tertera kata 'buka'? Toko ini mencurigakan bagi Jaebum.
Jaebum memeriksa lantai pertama dan tetap saja tak ada satu pun orang di sini. Jaebum mengeluarkan ponselnya dan mengirim sebuah pesan singkat pada Jackson, sahabatnya. Siapa tahu ia membutuhkan bantuan.
Jaebum menemukan sebuah tangga. Penasaran, ia pun menaiki tangga tersebut, berniat menyelidiki lantai kedua. Tiba-tibaㅡ
Prang!
"Angkat tangan! Lepaskan senjata!" perintah Jaebum sambil mengarahkan pistol yang diam-diam ia bawa pada dua orang di depannya yang juga sedang mengarahkan pistol ke arahnya. Dua orang itu tidak mengikuti perintah yang Jaebum berikan. Mereka tetap melawan. Oke, dua lawan satu.
"Ayo lawan aku secara fisik jika berani!" Jaebum menyembunyikan pistolnya dan berniat mengajak dua orang itu berkelahi secara fisik. Dua orang itu saling bertatapan untuk beberapa detik, kemudian mereka ikut menyimpan pistol mereka dan perkelahian pun dimulai.
Jaebum langsung menendang perut dua orang itu dengan keras, membuat mereka mundur sedikit sambil memegang perutnya yang sakit. Kesal, salah satu orang tak dikenal bertubuh besar mulai menyerang Jaebum dengan sebuah pukulan. Untung saja, Jaebum dapat menghindari pukulan yang pastinya keras itu.
Jaebum memukul pipi pria itu dengan keras sampai akhirnya pria itu terjatuh dan luka lebam pun terlihat di pipinya serta darah mulai keluar dari mulutnya. Rekan pria itu pun geram dengan ulah Jaebum.
"SEMUANYA! KELUAR!" teriak pria berbadan kekar itu dan keluarlah kawan-kawan pria itu dalam jumlah banyak. Badannya sangat kekar. Tingginya melebihi tinggi Jaebum. Jika cara mainnya keroyokan seperti ini, mungkin Jaebum sudah bonyok.

KAMU SEDANG MEMBACA
book of us ¦ jjp
Fanfic[warning! ini ff jjp ya! dan ini hanya fiksi! jadi jangan salah lapak ya! makasih :)] Kumpulan fanfiction JJ Project. © ahgaphoenix ㅣ24022017ㅣ