2.2

2.2K 268 45
                                    

Don't be a silent reader please.

Matahari sudah menjulang tinggi di langit biru. Burung-burung berterbangan keluar dari sarangnya. Jalan raya mulai ramai dengan kendaraan-kendaraan, menjalankan aktivitasnya masing-masing. Hari ini hari libur. Banyak orang yang memanfaatkan pagi ini untuk berjalan-jalan pagi.

Sinar matahari itu memasuki kamar Jinyoung melalui celah jendela. Merasa terganggu dengan sinar itu, Jinyoung menggeliat di atas ranjangnya dengan mata yang terpejam.

Selama beberapa menit mencoba untuk kembali tidur, Jinyoung akhirnya terduduk di ranjangnya karena sudah tidak bisa tertidur lagi. Ia merentangkan tangannya untuk meregangkan otot-ototnya. Ia menguap dan menutup mulutnya itu dengan tangan kanannya.

Jinyoung turun dari ranjang dan memakai sandal dengan boneka kelinci putih di atasnya. Ia berjalan ke kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan menggosok giginya. Setelah itu, ia keluar dari kamarnya untuk sarapan.

Tok.

Tok.

Tok. /Ini bukan suara ketok pintu yak :v/

Suara perpaduan antara pisau dengan talenan terdengar dari dapur. Mendengar suara tersebut, langkah Jinyoung menuruni tangga semakin cepat. Tak lama, Jinyoung sampai di dapur. Melihat sosok yang tengah memotong sayur-sayuran di dapur, Jinyoung tersenyum lebar.

"Pagi, Jaebum hyung!" sapa Jinyoung dan berhenti di samping Jaebum. Yang disapa hanya dapat mengelus dadanya dan menghela nafas.

"Kau mengagetkanku, Jinyoung," ucap Jaebum dan langsung mengacak-acak rambut Jinyoung. Jinyoung hanya terkekeh.

"Apa yang sedang kau buat hm?" tanya Jinyoung sambil melihat tangan Jaebum yang dengan lihai memotong sawi di atas talenan.

"Aku sedang membuat kimchi." Jaebum menolehkan kepalanya dan menatap mata Jinyoung. Bibirnya mengembangkan senyuman manis. "Untuk menu makan siang spesial kita lusa."

Jinyoung ikut tersenyum dan senyumannya sangat lebar. Ia sedikit berjingkrak-jingkrak dan bertepuk tangan. "Wah, aku tidak sabar untuk mencicipinya!"

Melihat reaksi Jinyoung, Jaebum menghentikan pergerakan tangannya yang sedang memotong sayuran dan melepaskan pisau tersebut dari tangan kanannya. Jinyoung menatap Jaebum bingung. Kenapa Jaebum berhenti?

"Iiiiiiih, gemasnya!" Jaebum mencubit kedua pipi Jinyoung dengan gemas. Jinyoung hanya mengerucutkan bibirnya, tapi yang dilakukan Jinyoung itu hanya membuat Jaebum semakin gemas dengannya.

"Hyung, sakit," protes Jinyoung sambil menunjukkan ekspresi wajah kesakitan. Jaebum terkekeh dan melepaskan cubitan itu. "Habisnya kau imut sekali."

Jujur sekali kau, Jaebum. Pipi Jinyoung memanas dan menimbulkan rona merah. Jaebum dapat melihat rona merah itu. Ia hanya tertawa kecil, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

Jinyoung duduk di kursi dan meletakkan kepalanya di atas meja makan. Matanya mencari-cari sesuatu yang dapat ia makan atau minum.

"Ingin teh?" Jinyoung menjauhkan kepalanya dari atas meja dan menatap teko putih yang tengah dipegang Jaebum. "Ya, aku mau."

Jaebum meletakkan teko tersebut di atas meja dan mengambil dua cangkir kecil, kemudian ia duduk di samping Jinyoung. Jaebum menuangkan teh ke dalam cangkir Jinyoung dan cangkirnya. Jinyoung langsung menyesap teh hangat itu.

"Aku baru tahu kau bisa masak, hyung," sahut Jinyoung, kemudian kembali meneguk teh hangat itu. Jaebum meminum secangkir teh sampai habis. "Aku Im Jaebum. Aku bisa melakukan segala hal."

Jinyoung menaikkan alis kirinya. "Benarkah? Aku tidak yakin."

"Kau meragukanku?" Jinyoung meletakkan jari telunjuknya di dagu. Satu tangannya ia lipat di depan dada. Ia seperti memikirkan sesuatu.

book of us ¦ jjpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang