Bab 2

10.5K 697 15
                                    

Benz silver itu melaju dengan kecepatan tinggi. Di kursi pengemudi, Desna melirik Ageha yang pingsan di kursi belakang lewat spionnya.

Cari dia. Dan jaga dia untukku.

Desna menghela nafas ketika mengingat permintaan itu. Tak disangka sama sekali ia menemukan gadis itu tak sampai dua minggu. Kebetulan atau keberuntungan? Entahlah. Apapun jawabannya, yang pasti Desna harus merelakan beberapa digit nilai rekeningnya demi membeli gadis ini.

Jika sampai gadis ini berurusan dengan Lucas, pikir Desna, aku tidak bisa membayangkan kemalangan gadis ini.

Tangan Desna mencari ponsel di sakunya, menekan nomor ponsel tanpa melepas pandangannya di jalan dan meletakkan ponselnya ke telinga. Ia menunggu sejenak sambil sesekali melirik ke kaca spionnya.

"Halo?"

"Pak Yana," panggil Desna. "Bisa siapkan kamar untuk seseorang?"

"Untuk non Suzy, tuan?"

"Bukan."

"Tamu?"

Desna mendengar nada heran dari suara itu. Dia memaklumi hal tersebut karena belum ada satu pun orang yang dia bawa untuk menginap di rumahnya.

"Ya..."

Tanpa membiarkannya berkata, Desna menutup flap ponselnya. Tiga puluh menit kemudian, ia menurunkan kecepatan mobilnya karena telah sampai di sebuah rumah sederhana bercat putih dengan halaman luas. Seorang pria menyambut kedatangannya di depan rumahnya.

"Selamat datang, tuan."

Desna menganggukkan kepala pelan sambil menyerahkan kunci mobil pada pria itu. "Tolong bawa ke garasi, pak Yana."

Mulyana, atau biasa dipanggil Yana oleh Desna, adalah penjaga rumah Desna. Biasanya Desna jarang menempati rumah ini karena terbiasa tinggal di apartementnya di tengah kota. Rumah ini hanya ditempatinya jika sedang ada pekerjaan. Pria itu tertegun saat ia melihat Desna membuka pintu penumpang di belakang dan menggendong sosok mungil yang tidak sadarkan diri.

"Siapa anak itu, tuan?"

"Seseorang yang kubeli."

Dari sudut matanya, Desna bisa melihat keterkejutan pelayannya. Dia meminta pria itu menyiapkan obat-obatan dan piyama untuk gadis dalam gendongannya. Desna membawa gadis itu ke salah satu kamar kosong. Dia melihat dahi gadis itu mengernyit kesakitan saat membaringkan tubuh gadis itu. Perlahan, Desna membuka kancing kemeja gadis itu. Di saat yang sama, pak Yana muncul di pintu kamar dan terkejut menatap sosok yang terbaring di ranjang.

Bukan karena ketelanjangan gadis itu. Tapi luka-luka di sekujur tubuh gadis itulah yang membuatnya terbelalak kaget. Memar akibat pukulan, bekas luka lama, dan beberapa bekas luka cambuk yang masih basah.

"Ya Tuhan... Apa yang terjadi pada gadis ini?"

"Apapun itu. Yang pasti bukan hal yang menyenangkan." Desna melihat pak Yana mendekat dengan kotak obat. "Biar aku yang lakukan."

Desna mengamati luka-luka itu. Gerahamnya menggeram saat menyadari sebagian besar memar itu  bekas ciuman.

Apa saja yang dilakukan lelaki brengsek itu?! batin Desna geram sambil mengontrol tangannya agar tetap bergerak perlahan.

Keringat dingin membasahi tubuh gadis itu. Keningnya mengerut dalam. Tangannya mencengkram sprei kuat-kuat.

Mimpi buruk... batin Desna menatap kegelisahan gadis itu dalam tidurnya.

*_*_*

Ia menjerit-jerit dan memohon. Kedua tangannya diikat di atas kepala ranjang. Matanya menatap nyalang lelaki yang menindihnya, memaksa memasukinya di saat dia belum siap. Lelaki itu akan melukainya, menyakitinya. Dia menjerit keras ketika lelaki itu menyatukan diri mereka hingga ia berdarah dan sungai kecil mengalir dari sudut matanya.

Between Dark And LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang