Bab 7

9.1K 490 2
                                    

"Kita putus, Sharon. Perlu berapa kali aku mengulanginya lagi?"

"Kenapa? Kenapa kau tiba-tiba ingin mengakhiri hubungan kita?" desak Sharon.

Sharon tidak mengerti jalan pikiran Desna. Bagaimana mungkin setelah seks hebat yang mereka lakukan tadi, Desna tiba-tiba memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Dia yakin Desna sudah takluk olehnya.

"Kau sudah membosankan, Sharon. Terlalu membosankan malah. Bahkan pelacur-pelacur jalanan masih lebih baik..."

Ucapan Desna terputus saat jari-jari lentik berkuku tajam itu menamparnya keras. Desna hanya diam menerima pelampiasan kekesalan itu dan menatap Sharon dengan tajam. "Puas?"

"Kau jahat!"

"Aku memang jahat." Desna tersenyum manis seakan baru saja mengucapkan sebuah rayuan pada gadis polos.

Mata biru di hadapan Desna berkaca-kaca. Air mata mengalir di pipi Sharon, tak tertahankan. Sharon meraih tas tangannya dan meninggalkan Desna dengan air mata berlinang.

Desna tidak mempedulikannya. Dia memang senang menghancurkan wanita rendahan macam itu. Rasanya seperti baru saja melihat wanita itu hancur. Wanita yang melahirkannya.

Karena tidak menemukan makanan, Desna memutuskan pergi ke Farfalla Café. Sesampainya di cafe, suasana di sana lumayan ramai oleh orang-orang yang mencari makan siang seperti dirinya.

Suara petikan gitar membuat Desna menoleh ke arah panggung. Dahinya mengerut saat mendapati Ageha di sana dan lagi-lagi penampilannya terlihat seperti anak lelaki dengan jaket hitam dan topi pet andalannya.

Kemarin… kulihat awan membentuk wajahmu

Desau angin meniupkan namamu

Tubuhku terpaku semalam

Bulan sabit melengkungkan senyummu

Tabur bintang serupa kilau auramu

Aku pun sadari kusegera berlari

“Keren banget suaranya.”

“Wajahnya juga imut.”

Desna hanya menggeleng-geleng mendengar bisikan-bisikan para remaja putri itu. Saat ia melihat tatapan kaget Ageha mengarah padanya, Desna pun membalas tatapan itu dengan gumaman tanpa suara.

Not bad

Seringai muncul di bibir Ageha. Mirip seperti seringai seorang anak lelaki yang jahil. Berbeda sekali dengan seorang Ageha yang selalu memasang benteng pertahanan di sekelilingnya.

Topeng yang sempurna, batin Desna saat melangkah menuju ruang kerjanya.

Ruangan itu berada di lantai dua. Dengan kaca gelap yang didesain satu arah, Desna bisa memperhatikan keadaan cafénya dan orang lain tidak bisa melihatnya. Kaca itu menghadap ke arah panggung dimana Ageha masih memperlihatkan keahlian bermusiknya.

Suara denting cangkir membuat Desna berbalik. Dilihatnya seorang wanita berambut merah menghidangkan teh herbal yang menguarkan aroma harum yang menenangkan. Juga sebuah cangkir berisi moccacino.

“Untuk Eros. Dia akan kemari setelah menyanyi,” ujar Marie seakan tahu kebingungan Desna melihat secangkir kopi. "Baru memutuskan hubungan dengan Sharon?"

"Dari mana kau tahu, Marie?"

Marie menunjuk pipinya sendiri sambil tersenyum tanpa dosa. Desna hanya mendengus sambil memalingkan wajahnya.

"Sampai kapan kau mau melakukan hal gila itu, ladykiller? Kalau begini terus kau tidak akan pernah menikah."

"Aku akan menikah kalau sudah saatnya, Mariposa."

Between Dark And LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang