Bab 33

5.3K 369 5
                                    

Seroja bisa saja mengikuti Hawa mengejar Ananda, tapi nalurinya mencegah ketika salah satu dari empat orang yang terlanjur menelan champagne beracun terkapar tak berdaya ke arahnya. Seorang polisi meminta bantuan medis lewat earphonenya selagi Seroja berjongkok di samping salah satu korban saat keempatnya sudah dipindahkan ke ruangan lain.

Gadis itu mengamati kondisi wanita sosialita bergaun biru safir itu. Nafasnya terdengar seperti dicekik, mulutnya yang terbuka menguarkan aroma almond. Orang awam mungkin akan mengira wanita diracuni oleh kalium sianida dari aromanya, tapi Seroja tahu itu tidak benar setelah mengamati otot-otot wanita itu membeku.

Seroja tak sadar sama sekali orang-orang menatapnya saat ia menotok sekitar dada, perut, dan leher wanita itu untuk mencegah racun itu menjalar ke seluruh tubuh. Seorang polisi hendak menghentikan Seroja ketika si wanita memuntahkan darah namun tangannya ditahan oleh Damian.

“Biarkan gadis itu menolong,” ucap Damian tanpa melepas tatapannya pada Seroja.

Ada rasa terkejut di mata abu-abu Damian mengamati gadis mungil di depannya. Cara gadis itu menotok, tatapan matanya dan kefokusannya tanpa mempedulikan sekitar, mengingatkan Damian pada dua orang yang dikenalnya. Pria bertopeng hitam yang selalu bersama ayahnya dan sosok bertopeng putih dengan ukiran bunga lotus yang selalu melindunginya.

Mungkinkah…

Petugas medis datang membawa keempat korban. Seroja bersyukur karena mereka berasal dari salah satu rumah sakit milik Damian. Dengan begitu, mereka bisa ditangani dengan baik. Terima kasih pada keluarga Flohr yang memiliki berbagai rumah sakit dimana pun.

Seroja melihat pemilik acara berusaha untuk menguasai acaranya dengan memulai acara dansa lebih cepat. Orkestra tengah memainkan musik waltz, menggiring para tamu ke lantai dansa. Tiba-tiba tatapan Seroja bersirobok dengan Damian yang menatapnya diam. Ia sadar apa yang terbaca dalam mata itu. Meminta penjelasan. Tidak tahu harus melakukan apa, dia hanya memalingkan wajahnya. Mengalihkan perhatiannya pada Nadeshiko yang diamankan Leina dan dua orang polisi serta bodyguardnya.

“Ananda berhasil diringkus," ujar Jun saat ia dan Seroja kembali ke pesta.

“Baguslah.”

“Sayang, ya, kita tidak ikut andil dalam acara kejar-kejaran tadi.”

“Hum.”

Jun terdiam menatap berbagai emosi dalam mata hitam bening Seroja. Sedih, tidak percaya, khawatir, lelah. Mulutnya terbuka hendak bicara namun urung ketika melihat Damian berjalan ke arah mereka.

“Maukah kau berdansa denganku?” tanya Damian seraya mengulurkan tangan pada Seroja.

“Eh? Tapi aku…”

Ucapan Seroja terputus saat Damian sudah menarik tangannya. Musik berubah ceria ketika mereka memasuki lantai dansa. Seroja mengikuti bimbingan Damian yang mengajarinya, pria itu sadar bahwa dansa bukanlah keahliannya. Gadis itu bersyukur selama beberapa gerakan ia tidak sampai menginjak kaki Damian.

“Aku senang kau sudah bersama Desna. Tidak salah aku mempercayakan dia untuk menjagamu,” ujar Damian memecah kebisuan di antara mereka.

“Terima kasih.”

“Untuk?”

“Semuanya. Menganggapku adik, mengajariku banyak hal, tidak menuntaskan ambisimu terhadapku dan… memperkenalkanku pada Desna.”

“Aku lebih senang jika kau berterima kasih dengan cara… memberitahukanku siapa kau, adik kecil.”

Damian bisa melihat mata hitam jernih itu membulat sesaat namun seperdetik kemudian kembali normal, menyembunyikan sesuatu.

Between Dark And LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang