Bab 32

7.3K 398 3
                                    

"Semua normal. Tidak ada tanda-tanda subjek. Memulai penyapuan berikut. Dan muffin mini ini enaaak sekali."

Suara Iqbal sangat jelas di telinga Hawa dan pengalih suasana yang menyenangkan di acara membosankan ini. "Diterima," jawabnya.

Sambil membiasakan diri dengan topeng tipis di wajahnya, Hawa melakukan pengamatan sendiri. Para polisi yang dipilihnya bergerak di antara kerumunan, berbaur, menyatu. Bahkan Leina, berdandan dengan gaun kuning kenari, takkan membuat orang takjub dan mengiranya polisi. Dari ribuan orang yang menghadiri acara ini, dua puluh orang yang mengelilingi ballroom bersenjata dan menggunakan pemancar. Sepuluh lainnya mengawasi wilayah publik sebagai staf dan enam orang mengontrol peralatan di ruang kendali.

Hanya karena seorang pembunuh bisa jadi serumit ini, batin Hawa sambil menatap sekeliling. Begitu banyak orang-orang penting di sini, dan sebagian besar memegang peran penting dalam ilmu kedokteran. Seperti Dokter Setiadi yang ahli dalam bidang penyakit kronis sedang bersama istri tercintanya, Dokter Chang si tabib dari timur, dan jangan lupa Dokter Flohr yang disebut-sebut penyihir karena keahliannya dalam ilmu bedah dan obat-obatan.

Tiba-tiba dokter tampan itu menarik perhatiannya. Bukan karena penampilannya yang 'wah' atau pendampingnya yang kelihatan aduhai, tapi orang yang berada di dekatnya. Itu Seroja.

*_*_*

Seroja tahu bahwa pertemuan ini akan terjadi. Sebagai seorang dokter, mustahil Damian tidak akan diundang dalam pesta amal ini. Hanya saja, melihat ada seorang gadis cantik bergaun putih yang panjangnya hingga menyentuh lantai benar-benar mengejutkannya. Seroja bahkan tidak sadar tengah memperhatikan gadis itu hingga suara deheman Damian mengalihkan perhatian Seroja.

"Sepertinya kau tertarik untuk berkenalan dengan kekasihku, adik kecil."

"Kekasih?" Ulang Seroja terkejut.

"Ya. Ini Luca. Sayang, dia adik kecil yang kuceritakan. Ageha Chandni."

"Salam kenal," sapa gadis bernama Luca dengan senyum kikuk saat menjabat tangan Seroja.

Seroja sempat melihat mata hitam jernih gadis itu melebar saat tangan kekar Damian melingkar di pinggulnya. Juga tatapan protes saat wajah Luca menoleh pada Damian. Tapi Damian hanya tersenyum hingga gadis itu hanya mendengus kesal. Mereka kembali berbasa basi sebentar lalu berpamitan untuk menemui tamu lain.

Ia kembali melihat pasangan tadi yang mulai jauh, mengamati gaun itu baik-baik sebelum lenyap di antara ratusan jas resmi dan gaun mewah. Seroja mengendus tangannya, mencium aroma melrose dan melati yang sangat dikenalnya.

"Chanel. No. 5."

Gumaman itu nyaris seperti bisikan. Mungkin aneh bagaimana bisa seorang gadis yang tidak begitu suka dengan segala hal berbau wanita menyebut nama salah satu Fashion Designer sekaligus merk dagang terkenal asal Paris. Sejak kecil ia kenal betul barang-barang bermerk Chanel. Mendiang Clara - kakak Damian - adalah pecinta produk Chanel. Dan setiap kali berkunjung, Damian selalu membelikannya. Dan sejak kematian Clara, kamar yang menyimpan semua benda itu dikunci rapat oleh Damian. Tak ada yang boleh masuk, termasuk Seroja.

Seroja ingat gaun yang dipakai Leni tadi adalah gaun kesayangan Clara. Begitu juga dengan fragrance Chanel no. 5 itu. Kalau sampai kak Damian mengijinkan gadis lain masuk ke kamar kakaknya yang tersayang, batin Seroja dengan senyum dikulum, berarti gadis itu benar-benar spesial baginya.

Mata Seroja menangkap sosok Nadeshiko sedang ditarik oleh pemilik acara untuk berkenalan dengan beberapa orang penting. Bahkan di antaranya adalah seorang pejabat negara. Jari lentik Seroja menyusup ke telinga sebelum kemudian berbicara.

"Jun, kenapa kau tinggalkan Hime-sama sendirian?" tanya Seroja dengan suara berbisik.

"Tenang. Dia baik-baik saja. Aku masih bisa melihatnya," jawab Jun lewat earphone di telinga Seroja.

Between Dark And LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang