Bab 3

9.8K 609 14
                                    

Di sebuah ruangan yang berantakan oleh cat, kuas dan kanvas. Ia melihat lelaki itu duduk menghadap sebuah lukisan yang sepertinya baru saja diselesaikan. Lukisan itu menampakkan seorang wanita yang berdiri membelakangi hingga hanya memperlihatkan punggungnya yang terbuka dan wajah yang menyamping.

“Dia takut padaku…” ujar lelaki itu yang menyadari kehadiran Desna tanpa menoleh.

“Maksudmu… Ageha yang sering kau ceritakan? Kenapa?”

Lelaki itu menoleh menatapnya. Desna terpaku melihat betapa terlukanya ekspresi di wajah lelaki itu. Hancur dan putus asa.

“Dia takut pada apa yang kumiliki. Kekayaan, kekuasaan… dia menjauhiku seperti wabah.”

Desna terdiam mendengarnya. Ada seorang wanita yang menolaknya karena dia kaya dan berkuasa? Aneh, pikir Desna. Setahunya, makhluk bernama wanita suka sekali menguras harta lelaki yang dirayu, membanggakan kekasih mereka seperti anak kecil yang memamerkan mainan barunya, dan senang merendahkan diri mereka sendiri dengan membuka kedua kaki mereka untuk menaklukkan lelaki.

“Bisakah aku meminta bantuanmu, Desna?”

“Selama aku sanggup, aku akan membantumu.”

“Cari dia. Dan jaga dia untukku.”

Dahi Desna mengernyit. “Kau tidak gila karena terlalu frustasi, kan? Kau ingat bagaimana reputasiku pada para wanita? Aku penghancur wanita…”

“Yang jalang, mata duitan dan menyebalkan," ujar lelaki itu melanjutkan. "Tapi Ageha tidak begitu..."

“Tapi…”

“Yang kuinginkan adalah melihatnya bahagia. Dan satu-satunya kebahagiaannya adalah menjauh dari duniaku. Aku tidak bisa meninggalkan bisnis yang ditinggalkan ayahku dan aku sadar itulah yang membuat Ageha takut padaku. Aku memaklumi ketakutannya mengingat begitu banyak pesaing bisnis yang mengincar kehancuranku. Seperti yang dilakukan keluarga Kim pada ayahku.

“Hanya kau yang bisa kupercaya untuk menjaganya. Aku tidak memaksamu untuk menjadikannya kekasih. Kau bisa menjadikannya sebagai adik atau apapun selama dia ada dalam pengawasanmu.”

Desna menatap wajah lelaki itu memohon padanya. Ini pertama kalinya sahabatnya itu meminta bantuannya. Ia menghela nafas panjang. Bagaimanapun juga ia berhutang budi pada lelaki itu. Berkat bantuannya juga Desna kini menjadi seorang arsitek jenius yang banyak dicari orang untuk memakai jasanya.

“Baiklah. Akan kulakukan.”

*_*_*

Ageha terbangun setelah beberapa kali menggeliat. Dia mengusap-usap matanya seraya duduk di ranjang. Untuk pertama kalinya ia merasa bersyukur atas tidur tenang dan nyaman.

Tanpa mimpi. Seperti yang kuharapkan…, pikir Ageha sambil turun dari ranjang.

Dia menyeret langkahnya menuju jendela kayu lalu membukanya. Udara pagi hari menyambutnya, bersama hangatnya mentari pagi yang masih malu-malu muncul di timur sana. Angin berhembus menggoyang ranting-ranting pepohonan yang berdiri tegak dan menggugurkan dedaunan. Ageha menyisir rambut pendek berantakannya dengan jemarinya.

“Udara pegunungan. Ada dimana aku sekarang?” gumam Ageha mengamati pemandangan asri di hadapannya.

Dahi Ageha mengerut saat mengingat wajah Desna. Bagaimana bisa Desna yang kelihatan seperti keturunan blasteran Jepang-Indo terjebak dalam lingkungan begini?

Ageha mengangkat bahunya.

“Hanya Tuhan yang tahu, deh,” gumam Ageha menjawab pertanyaannya sendiri.

Between Dark And LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang