Bab 6

8K 505 14
                                    

Purgatory gemerlap seperti biasanya. Dengan musik menghentak keras yang mengiringi para pengunjung di lantai dansa, para waitress berpakaian ketat mengantarkan pesanan, dan sang bartender berdiri di belakang mejanya menyajikan minuman yang mampu melepas stress dengan rasa yang memabukkan, bar itu benar-benar seperti sebuah cahaya yang menarik para serangga malam untuk mendekat.

Penuh dosa seperti biasanya, batin Damian saat mata abu-abunya tak sengaja menangkap pemandangan seorang pelanggan meremas bokong seorang gadis waitress. Mendapat perlakuan itu, si gadis waitress bertubuh mungil hanya mengedipkan mata sambil tersenyum menggoda.

Damian mengernyit jijik melihatnya. Dia segera mempercepat langkahnya menuju lantai atas bar itu. Di sana, sebuah pintu besar dan kokoh yang dijaga dua orang bodyguard menyambutnya. Kedua bodyguard itu agak terkejut melihat Damian berdiri di hadapan mereka.

“Pergilah. Aku ada urusan dengan Lucas.”

“Tapi tuan Lucas sedang ada tamu…”

“Pergi.”

Wajah Damian mengeras. Suaranya begitu dingin dan menakutkan hingga dua orang itu tidak membantahnya. Damian mendorong keras pintu itu hingga terbuka lebar. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah seorang lelaki dengan wajah yang serupa dengannya namun bermata hijau baru saja menghentikan cumbuannya pada seorang wanita yang terbaring di meja besar dalam keadaan setengah telanjang.

“Bereskan pakaianmu dan pergi dari sini,” perintah Damian pada wanita itu.

Ketika wanita itu sudah keluar, Damian langsung memberi pukulan keras di wajah Lucas. Damian menatap adik kembarnya itu tersungkur oleh pukulannya.

“Apa yang sudah kau lakukan pada Ageha?”

Lucas menyeka darah di sudut bibirnya dan menatap kakaknya. Sebuah senyum dingin yang jahat hadir di bibirnya.

“Ah, kau sudah dengar soal pelacur cilik itu, ya. Tentu saja melakukan yang biasa kulakukan pada pelacur. Dan kau tahu yang mengejutkan? Akulah lelaki pertamanya.”

Rahang Damian bergemeletuk, tangannya kembali terkepal. Tanpa membalas perkataan itu Damian menghantam tubuh Lucas ke cermin dan membuat cermin itu pecah berhamburan di lantai.

"Kau tidak pantas menjadi lelaki pertama untuk gadis seperti Ageha."

"Kenapa kau begitu menyayangi gadis itu? Dia tidak lebih dari gadis yang dijual ayahnya sendiri. Lagipula apa yang istimewa darinya? Cantik? Tidak. Seksi? Tidak. Di ranjang pun dia menyusahkan hingga aku harus merantainya….”

Satu pukulan melayang di pipi Lucas. Tapi dua pukulan lain menyusul. Ditambah di perutnya. "KARENA DIA BERBEDA! Dia tidak seperti wanita yang mau membuka pahanya saat ada uang di tangan! Dia terhormat, tidak seperti wanita lain dan kau..."

Damian melepas cengkeraman dari Lucas. Apapun yang dia katakan tidak akan berpengaruh dengan iblis itu. "Kau adalah salah satu alasan, kenapa aku benci menjadi bagian dari keluarga ini..."

Lelaki itu meninggalkan Lucas sendirian di ruangan itu. Amarah kini berganti dengan penyesalan dan rasa bersalah. Ageha tak seharusnya mendapat perlakuan itu, pikir Damian selama perjalanannya menuju mobil.

Akulah lelaki pertamanya

Tangan Damian terkepal. Dengan kesal ia meninju setir mobilnya. Tak peduli buku-buku jarinya sudah memar karena menghajar Lucas. Ia memutar setirnya dan menginjak gas sekencangnya di jalan tol yang sepi.

Damian menghentikan mobilnya di sebuah rumah yang sepi. Tak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Rumah itu adalah rumah yang ditinggali Clara, saudari perempuannya saat masih hidup. Gadis itu lahir dengan cacat fisik pada kakinya dan diasingkan di rumah ini bersama seorang pengasuh mereka yang tak lain adalah ibu Ageha. Setelah Clara tiada, Damian menggunakan rumah itu sebagai studio lukisnya di saat senggang.

Between Dark And LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang