Bab 28

6.3K 481 17
                                    

Gadis itu berdiri diam di depan makam Marie. Kerudung merah yang menutupi kepalanya melambai pelan dimainkan angin. Rasa bersalah tak juga luntur dari kedua matanya sejak melihat Marie sudah meregang nyawa di trotoar.

“Harusnya leher ini yang dirobek, mbak… dan seharusnya aku yang berada dalam liang kubur ini…”

Air matanya tak sanggup lagi ia bendung saat meletakkan bunga sweetpea di batu nisan itu.

“Maaf. Hana janji… Ananda akan dapat balasan atas semua perbuatannya. Termasuk pada mbak…”

*_*_*

Mujhko Kya Hua Hai,

Kyoon Mai Kho Gaya Hoon

Pagal Tha Main Pehle, Ya Ab Ho Gaya Hoon

Behki Hain Nigahein, Aur Bikhare Hain Baal

Tumne Banaya Hai Kya, Apna Yeh Haal

"Koi Mil Gaya..."

Seroja menyenandungkan lagu Koi Mil Gaya yang disetel dari ponselnya. Seperti biasa, dia selalu menyenandungkan lagu India setiap kali melakukan aktifitas rumah. Gadis itu menyajikan dua omelet di piring dan meletakkannya di meja makan. Setelahnya, ia pun beranjak menuju kamar Desna untuk membangunkan kakaknya. Ups. Maksudnya, kekasihnya.

“Desna-Nii! Bangun! Udah pagi, nih!” teriak Seroja sambil mengetuk pintu kamar Desna.

Hening. Tidak ada jawaban. Seroja kembali berteriak memanggil Desna sambil mengetuk pintu tidak sabaran. Karena tidak ada jawaban juga, Seroja membuka pintu kamar itu dan melangkah masuk. Kamar itu terlihat begitu temaram, tirai masih menutupi jendela kaca. Namun Seroja masih bisa menangkap sesosok tubuh yang bergelung di balik selimut tebal.

“Desna-Nii! Bangun!”

Seroja mengguncang tubuh Desna dengan keras. Desna hanya melenguh malas dan makin tenggelam dalam selimutnya. Gadis itu berkacak pinggang melihat Desna tidak mau lepas dari pulau kapuk-nya. Ia pun segera menarik selimut Desna dan tentu saja Desna yang terganggu ikut menarik selimutnya.

“Bangun!”

“Nggak! Masih ngantuk!”

Seroja mendengus kesal. Gravitas ranjang Desna sepertinya sangat kuat dan mendukung si pemilik untuk tidak bangun. Saat Desna hampir tenggelam kembali dalam mimpi, Seroja langsung menyentak selimutnya.

“Dingin…” keluh Desna sambil meringkuk seperti udang. Pria itu hanya mengenakan celana panjang dan memamerkan dada bidangnya yang telanjang.

“Kalau dingin, cepat bangun. Lalu mandi dan sarapan. Kita harus ke Farfalla Café.”

“Ungh?” Desna membuka matanya yang masih menyipit, melihat Seroja berkacak pinggang dengan celemek pink bermotif Hello Kitty. Bagi orang lain mungkin terlihat menggelikan. Tapi bagi Desna, itu seksi sekali. “Buat apa?”

“Buat apa?” ulang Seroja kesal. “Sekarang kau harus mengurusnya. Bentar lagi akhir bulan. Kau harus siapkan gaji karyawan di sana termasuk gajiku! Aku tidak mau gajiku macet!”

“Kasih peluk dan cium dulu. Baru aku bangun.”

“Dasar om-om pedofil mesum!”

“Tapi om-om pedofil ini pacarmu, lho.”

Seroja membuka mulutnya hendak berdebat. Namun dia tidak mengucapkan apapun karena itu benar adanya. Dia hanya melempar selimut di tangannya ke wajah Desna yang cengengesan melihatnya diam.

“Jangan aneh-aneh. Cepat mandi sana!”

“Bangunin,” rengek Desna sambil mengulurkan kedua tangannya.

Between Dark And LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang