Home sweet home, beloved wife and holiday. Tiga kata itu merupakan kombinasi terbaik hari ini, setelah minggu lalu sibuk mengurusi berbagai hal di Malang. Lalu mulai hari senin sampai sabtu kemarin aku sibuk mengurusi pekerjaan yang sempat aku tinggalkan, sekarang aku bisa berlibur dengan tenang ditemani istriku, yah walaupun hanya sehari.
“hari ini mau kemana yang?” tanyaku tepat saat istriku keluar dari kamar mandi.
“hmm? Mau nemenin Ara ke salon bayi. Aqeel mau potong rambut.” Jawabnya lalu mulai berdandan.
“yaaah, emang nggak bisa ditunda ya? Kan mumpung aku libur yang.” Rengekku.
“emang kamu nggak keluar mas? Biasanya kan kalo sabtu minggu ada acara sama kolega kamu.” Tanyanya santai, nggak tau aja dia kalo selama ini aku mau keluar di hari minggu karena nyari pencerahan.
“nggak, bosen keluar mulu. Lagian capek juga seminggu kemarin lembur terus.” Jawabku sambil cemberut.
“itu baru cuti seminggu loh mas, bayangin aja kalo kemarin kita jadi nambah cuti.” Aduh, sepertinya istriku ini pinter nyindir deh.
“emang kalo ditunda besok nggak bisa yang? Kan besok kalian di rumah ini nggak kemana-mana.” Aku masih kekeuh menahannya di rumah.
“udah terlanjur buat janji mas, sebenernya itu rencananya sejak hari rabu kemarin tapi penuh terus antriannya, baru kosong hari minggu ini. Masa mau ditunda lagi? Kasian Aqeelnya gerah.” Hah? Alasan apa tuh? Aqeel gerah? Yang bener aja, dia kan masih bayi sayaang, batinku gemas.
‘ting tung’
Baru aja aku mau ngerayu lagi, bel rumah udah nyanyi aja. Kayanya sih si Ara udah dateng, ngomong-ngomong soal Ara nih, aku nggak tau dia sekarang ke aku gimana. Abis lahiran beberapa bulan lalu aku belum ketemu dia lagi, terakhir ketemu waktu akekahannya Aqeel dan dia masih jutek banget sama aku.
“mas, bukain pintunya dong.” Pinta Lia yang masih sibuk di depan cermin. Tanpa banyak protes aku langsung menuju pintu dan membukanya.
“Assalamu’alaikum.” Sapa Ara dengan senyuman cerah, tak lupa bodyguardnya yang dengan setia berdiri disampingnya serta jagoan tampan digendongannya.
“waalaikumsalam.” Jawabku lalu mempersilahkan mereka masuk, jangan berbaik sangka dulu pada Ara, dia memang begitu, juteknya akan muncul nanti ketika Lia berada di sekitar kita.
“duduk dulu deh, aku panggilin Lia.” Kataku seraya berjalan masuk.
“yang, Ara sama Rafa udah dateng tuh.” Panggilku dari ruang tengah, sengaja memang, biar Ara denger kalo aku sama Lia udah lovey dovey sekarang.
“iya bentar.” Jawabnya, lalu aku menyusulnya ke kamar.
“kan ada Rafa yang, kenapa nggak dia aja sih yang nganterin?” tanyaku sebal.
“Rafa nanti mau beli apa gitu katanya, makanya nggak bisa nemenin full. Kan kasian Ara kalo sendirian nungguin Aqeel dipotong rambutnya, pasti lama deh. Orang kita kalo potong rambut aja suka lama padahal kita diem nggak gerak-gerak.” Jawabnya kalem, hhhh gemes banget rasanya.
“eh, gimana kalo kamu ikut sekalian mas. Kan ntar bisa jalan sama Rafa gitu, kali aja mas mau beli sesuatu. Daripada dirumah sendirian lo.” Tawarnya yang mau tak mau aku setujui, aku nggak mau sendirian dirumah.
Lia pov
Hari ini kami sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan, dua keluarga baru yang masih belajar. Tomas dan Rafa sudah ngacir entah kemana, yang jelas mereka pergi mencari baby walker untuk Aqeel, sementara aku dan Ara sedang asyik menunggu giliran Aqeel potong rambut.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Cup of Tea
Romancewe're perfect each other, cos you're my cup of tea.