I Love You Anyway

65.9K 2.5K 97
                                    

Haaiii,

saya kembali, semoga cerita ini nggak mengecewakan kalian yah. hoho
makasih atas jejak-jejaknya di part sebelumnya. setelah part ini aku ijin aplod lamaan yah, soalnya mau UAS, dan kembali setelah UAS itu juga nggak janji rajin. hehe

Happy Reading :*

Lia pov

“minggir !” bentakku pada kakakku yang sedang terbengong-bengong memandangku dengan keadaan menyedihkan di depan rumah barunya.

Aku langsung nyelonong masuk begitu saja, kakakku masih syok di depan pintu. Kakak mana yang nggak bingung waktu lihat adik tercintanya tiba-tiba muncul di depan rumah dengan mata bengkak, hidung merah, ingus dimana-mana, dandanan lebih mirip gembel daripada ibu rumah tangga.

“kamarku di mana nih?” tanyaku langsung sambil memandang kakakku dan istri –yang baru dinikahinya tiga bulan lalu.

“lo kenapa dek?” tanya kakakku khawatir.

“nggak usah kepo deh bang, gue lagi butuh kamar sekarang.” Jawabku sebal, harusnya kakakku paham dengan keadaan moodku saat ini. Dia terlalu berpengalaman dengan segala letupan emosiku ketika sedang bulanan.

“lantai dua pintu warna biru.” Ujarnya singkat, ku lihat kakak iparku pun hanya bisa diam dan mengangguki apa yang dikatakan kakakku.

“Tomas mana?” tanya kakakku yang langsung membuat kepalaku berasap.

“mulai hari ini nama itu di larang untuk diucapkan, jangan tanya-tanya ataupun sebut-sebut dia lagi. Kalo bunda sama ayah nanya bilang aja aku nggak di sini, lagi bertapa di gunung Semeru. Kalo manusia itu ke sini bilang aja aku nggak ada atau lagi amnesia nggak inget dia, atau bilang aja lagi kemasukan hantu.” Jawabku sinis lalu naik menuju kamar yang ditunjukkan kakakku.

Sebenarnya aku ingin sekali menangis meraung pada kakakku seperti dulu, lalu menggunakan kaosnya untuk membuang ingusku. Dia pasti akan marah-marah lalu berakhir dengan kita yang tertawa bersama karena ulah menjijikkan yang barusan aku lakukan, walaupun kami selalu melakukannya semenjak kecil namun kami akan tetap tertawa di akhir. Tapi sekarang berbeda, aku bukan lagi Lia yang suka buang ingus di kaos kakakku dan kakakku sekarang sudah memiliki orang yang harus dia jaga. Posisiku turun satu tingkat dibanding istrinya, aku tak menyalahkannya karena posisinya juga sempat turun satu tempat dibanding.. ah sudahlah jangan sebut namanya.

“dek makan dulu.” Panggil kakak iparku dengan sabar, aku sudah mengurung diri di kamar semenjak aku datang tadi. Kakakku pun cukup pintar untuk tak mengusikku, karena dia tau apa yang akan dia dapat bila mendekatiku di saat moodku sedang buruk-buruknya.

“belum laper.” Jawabku dari dalam.

“nanti kalau udah laper langsung maem ya, jangan malam-malam.” Suara kakak iparku kembali terdengar sebelum menghilang.

Aku menghela napas panjang, beruntungnya kakakku yang mempunyai istri seperti kak Rosa. Lagi-lagi aku menangis, membandingkan hidup kakakku dengan hidupku membuatku sebal sendiri. Apalagi melibatkan orang itu dalam pikiranku, rasanya aku ingin sekali memukul kepalanya sampai dia pingsan.

“dek makan dulu deh.” Kali ini suara kakakku yang terdengar.

“belum laper bang.” Jawabku dari dalam.

“ini udah jam delapan malam dek, lo keluar apa gue seret lo sekarang juga.” Ancamnya yang membuatku mau tak mau keluar dengan penampilan yang lebih buruk dari tadi siang.

“astaga deekkk, kenapa lo mirip gembel gini sih? Jelek banget.” Ujarnya sambil mengelap ingusku dengan ujung kaosnya saat aku keluar. Karena perlakuannya ini, perlakuan menjijikkan yang pertama kali seumur hidup kami dilakukan kakakku, aku langsung menangis meraung padanya.

You're My Cup of TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang