Tomas pov
“Pagi sayang.” Sapaku pada Lia yang sedang sibuk mempersiapkan sarapan kami.
“pagi mas, sarapan dulu.” Ajaknya yang sebenarnya nggak perlu.
“yang, temenin makan dong. Masa aku makan sendirian?” rengekku manja, rasanya pengen manja-manjaan sama istri terus deh.
“bentar, naruh ini dulu di bak cuci piring.” Ujarnya lalu menaruh teflon ke bak cuci piring.
“luka kamu gimana?” tanyaku, Lia sudah membuka perbannya sejak kemarin dan sekarang bekas cakaran Kina seminggu lalu sudah tak terlalu terlihat.
“udah jauh lebih baik dari seminggu lalu.” Jawabnya lalu duduk di sampingku, yah jelas aja dong sayang.
“aku nanti pulang agak telat yang, lembur laporan buat rapat pemegang saham lusa.” Ujarku dan kami melanjutkan dengan obrolan-obrolan kecil lain.
Setelah sarapan aku pun berangkat ke kantor, tak lupa di antarkan istriku sampai halaman depan. Kebiasaannya memang seperti itu, yah mungkin ini karena didikan bunda yang selalu mengajarkan wanita harus menyenangkan hati suami. Bunda emang super, nggak salah pilih istri dan mertua pokoknya.
Pekerjaanku hari ini lumayan banyak, maklumlah lusa ada rapat pemegang saham. Saat istirahat makan siang, aku menghabiskan waktuku di cafe dekat kantor, cafe milik seorang nenek yang masih cantik di usianya yang memasuki usia 60 tahun. Nenek Rika namanya, dia mengenalku dengan baik, bahkan tak jarang dia menemaniku makan, kami akan ngobrol panjang lebar tentang berbagai macam hal.
“hei cucu nenek sudah datang, kemari, nenek sudah menyiapkan makan siangmu.” Sapa nenek Rika seperti biasa, dia selalu menyiapkan makan siangku di meja yang selalu ku duduki setiap harinya.
“apa kabar nek?” tanyaku seperti biasa.
“yah seperti kemarin-kemarin, belum ada kabar baru selama kau belum memberikan nenek cicit.” Jawabnya yang membuat kami tertawa bersama. Obrolan kami akhir-akhir ini memang berhubungan dengan cicit untuknya dariku.
“sabarlah dulu nek, kami sedang berusaha keras memberimu cicit.” Jawabku yang langsung mendapat pukulan di lengan.
“apa kabar istrimu? Lama kau tak pernah mengajaknya mengunjungiku.” Ujarnya dengan nada kesal, yah aku memang pernah beberapa kali mengajak Lia makan di cafe favoritku ini.
“baik nek, kemarin memang dia habis kena insiden kecil. Tapi sekarang sudah tak apa-apa.” Jawabku sambil mulai menyantap makan siangku.
“insiden? Insiden apa?” tanyanya penasaran, dia memang selalu begitu dan anehnya dia hanya penasaran pada hidupku saja.
“dia habis kena cakar anaknya Rena.” Jawabku santai, nenek Rika terdiam beberapa saat.
“anaknya Rena?” tanyanya bingung, aku hanya mengangguk dan melanjutkan makanku, sudah ku bilang dia hanya penasaran dengan hidupku saja, jadi dia tau semuanya tentangku.
“dasar anak nakal. Nenekmu ini sedang penasaran, bagaimana bisa Rena berada di sini? Bukankan dia menikah dengan orang Amerika?” tanyanya setelah mengatai dan sekali lagi memukul lenganku.
“ya mana ku tau nek, aku tak pernah menghubunginya lagi semenjak aku menikah.” Jawabku santai.
“lalu apakah istrimu marah saat melihat Rena?” tanyanya lagi, aku hanya menggeleng dan melanjutkan makanku.
“bahkan setelah dia dicakar anaknya Rena?” tanya nenek Rika semakin penasaran dan aku mengangguk.
“wow, istrimu penyabar sekali. Kau harus menjaganya dengan baik, coba kalau kau menikah denganku pasti sudah aku cakar kau berulang-ulang sampai wajahmu itu tak tampan lagi.” Kekehnya yang membuatku langsung merinding. Membayangkan menikah dengan nenek-nenek saja sudah ngeri apalagi dicakar olehnya? Tamat sudah hidupku.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Cup of Tea
Romantikwe're perfect each other, cos you're my cup of tea.