Diluar Perkiraan

65.1K 2.6K 78
                                    

Lia pov

Genap sudah tiga bulan setelah acara temu kangen di rumah mertuaku, aku dan Tomas bukannya makin mesra malah makin aneh. Tomas terlalu sibuk dengan pekerjaannnya bahkan sampai melupakan keberadaanku di rumah. Berangkat pagi pulang larut, sumpah rasanya seperti janda setiap harinya. Bahkan janda terlihat lebih baik karena mereka jelas-jelas single, sedangkan aku? Astaghfirullah, kenapa jadi mengeluh gini sekarang, bukannya aku yang kemarin kekeuh memaksa Tomas untuk tetap menikahiku?

“mikirin apa sih, sayang?” tegur mertuaku, yah aku sekarang sedang di rumah mertuaku membantunya memasak seperti biasa. Sekarang kalau sedang bosan aku akan pergi ke rumah mertua atau bundaku dan pelarian utama pasti ke rumah Ara, karena di sana ada bocah mungil yang amat sangat lucu.

“enggak kok ma, Cuma nginget-nginget sesuatu aja.” Jawabku seadanya.

“lagi berantem ya sama Tomas?” tanya mertuaku mulai kepo.

“hmm? Nggak kok, kita nggak berantem.” Jawabku cengengesan, memang kita nggak lagi berantem kan? Bagaimana mau berantem kalau sehari aja ketemunya Cuma bentar.

“dalam rumah tangga, bertengkar itu wajar. Malah kalau belum sempet berantem belum afdol.” Canda mertuaku yang entah kenapa terdengar hambar ditelingaku.

“udah nggak usah terlalu dipikirin, lagi pula kalau berantem ginikan kalian bisa pendalaman karakter, kamu bisa lebih memahami apa yang diinginkan Tomas, kamu bisa ngambil sikap deh kalo di depan Tomas.” Kata mama masih semangat, nggak tau aja si mama kalo situasi kita emang lagi sulit banget, mending kalo berantem masih ada yang diobrolin, lah ini? Berantem enggak, setres iya.

“biasanya nih ya, kalo abis berantem gitu jadi makin mesra lo. Papa sama mama kalo abis berantem jatohnya malah kaya abg baru pacaran.” Ujar mama geli yang ku sambut dengan senyum tanggung.

“masalah kalian apa sih?” nah kan, kambuh kan keponya mertuaku.

“nggak ada kok ma, kita nggak lagi berantem. Kebetulan Tomas lagi sibuk banget aja di kantor jadi jarang ngobrol.” Jawabku santai.

“oh jarang ngobrol, tapi aktivitas malam masih lanjut kan?” tanya mama dengan wajah penasaran.

“aktivitas malam?” ulangku ragu.

“ish, masa nggak tau, itu lo aktivitas kalian yang dilakukan malam-malam dan menghasilkan banyak keringat.” Jawab mama gemas, aku masih saja setia dengan tampang blo’onku.

“astaga, masa mama harus ngomong vulgar?” gerutu mama pada dirinya sendiri.

“oke, kita ganti istilah. Ibadah suami istri kalian tetap jalan kan?” tanya mama yang langsung membuat wajahku memerah dan aku langsung memalingkan wajahku.

“ciee merah tuh.” Goda mama.

“bagus, berarti masih lancar ibadahnya.” Ujar mertuaku dengan girangnya. Nggak tau aja mama kalo sampe usia pernikahan sekian bulan ini kami belum pernah melakukan apa-apa, mentok juga Tomas cium kening waktu mau berangkat kerja.

“ehm, kayanya ayamnya harus dibalik deh ma.” Ujarku mengalihkan pembicaraan, aku langsung berdiri menuju wajan panas di atas kompor yang berisi ayam.

Mama tersenyum dibelakangku, aku tau itu! Beliau tersenyum geli melihatku yang tiba-tiba salah tingkah ini.

“Tomas emang gitu, sayang.” Ujar mama tiba-tiba yang membuatku terheran.

“maafkan dia kalau masih tersangkut pada masa lalunya, entah kenapa dia bisa terperangkap dalam cerita lama itu, Hhhh.” Ujar mama tiba-tiba membuatku membeku didepan kompor panas ini.

You're My Cup of TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang