Akibat kejadian tadi, sekarang Eta dan Axsa tengah membersihkan halaman yang letaknya di belakang sekolah.
"Apa-apaan sih?! Halaman belakang kan jarang ada yang ngunjungin, pake dibersihin segala." gerutu Eta sambil mencabuti rumput liar yang mulai memanjang menutupi tanah.
Axsa yang mendengarnya hanya duduk diam sambil memerhatikan Eta yang membelakanginya. Pikirannya melayang pada kejadian tadi pagi sebelum mereka tiba di ruang BK.
"ROSETA!!AXSA!! KERUANG BK SEKARANG!" perintah pak Herman dengan suara merdu yang menggemparkan sekolah bahkan seluruh dunia. Yup, berlebihan.
Axsa dan Eta segera berlari keruang BK sebelum pak Herman kembali mengamuk maluluhlantahkan seisi kelas.
Eta berlari tanpa memperdulikan tangannya yang masih terjepit di jebakan tikus yang sebelumnya ia simpan di kolong meja.
Mereka memelankan laju larinya setelah mejauh dari area kelasnya.
"Sialan. Kok malah gue yang kena sih. Kenapa gak si cunguk aja coba?" gerutu Eta kesal sembari melepaskan jebakan tikus dengan susah payah.
Awalnya Axsa hanya berjalan di samping Eta tanpa peduli apa yang tengah Eta lakukan dengan sumpah serapahnya. Hingga ia memberhentikan langkahnya ketika telinganya mendengar rintihan khas rasa sakit dari sampingnya.
"Awww..."
Axsa menghentikan langkahnya mengikuti Eta yang tengah berdiri dengan jari tangannya yang terjepit.
Lengan Axsa kemudian terulur kearah tangan Eta."Makanya jadi orang itu jangan jahil mulu." kata Axsa sambil melepaskan jebakan tikus di tangan gadis itu.
Eta tak menyahut. Axsa yakin Eta tengah mendengus kesal karena napas yang tiba-tiba ia hembuskan.
"Apa sih yang bikin elo jailin gue?" tanya Axsa masih fokus pada tangan Eta yang telah terlepas dan membuang jebakan tikus tersebut ke sembarang arah.
"Gue kesel sama lo."
"Elo masih gak terima soal yang kemarin?" tanya Axsa yang tahu apa yang membuat Eta kesal padanya.
"Iya. Lagian lo sih maen nyelipin rambut gue gitu aja."
"Gue gak sengaja. Itu gerakan refleks. Elo mau maafin gue kan?" tanya Axsa sambil meniup jari-jari Eta yang memerah dan lecet.
Jempol tangannya mengusap luka yang ada di jari Eta, membuatnya refleks merintih kesakitan.
"Awww.."
"Sakit?"
"Iyalah."
"Yaudah."
Axsa menarik lengan Eta, lalu berjalan berdampingan menuju tempat yang arahnya berlainan arah dengan ruangan yang tengah mereka tuju.
"Lo mau bawa gue kemana sih? Ruang BK tuh arahnya bukan kesini, tapi kesana." tunjuk Eta dengan tangannya yang lain.
"Ke BK bisa nunggu, tapi luka lo enggak bisa. Kita obatin luka lo dulu biar gak infeksi."
Eta diam tak membantah, bagaimanapun lengannya terasa sakit dan lama membaik jika tak segera diobati.
Akhirnya mereka tiba di depan pintu bercat putih bertuliskan UKS pada papan kayu yang menempel di tengah-tengahnya. Axsa membuka pintunya lalu mendudukan Eta di sofa UKS. Axsa berlari kearah lemari lalu kembali dengan membawa kotak P3K di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Alone (Sudah Terbit)
Teen Fiction"Kalo seandainya gue pergi ninggalin lo dan dunia ini, apa yang akan lo lakuin?" "Gue gak bakalan lakuin apapun. Jika itu takdir Tuhan gue gak bakalan bisa mencegahnya. Sekalipun gue janji buat bahagiain lo." "Hmmm..." "Hahaha.... Ternyata hidup ses...