part 2

11.9K 541 4
                                    

Eta berjalan menuju ruang BK atas perintah BuRut. Rasanya kangen sekali ia dengan ruangan penuh berkas murid-murid baik bertanda kutip, termasuk dirinya tentunya.

Tok-tok-tok

Eta mengetuk pintu BK yang kini berada tepat di hadapannya. Pintu cokelat dengan ukuran besar itu menghadang gagah sebagai pembatas untuk area luar dan dalam. Masih belum ada jawaban, gadis itu mengetuk sekali lagi pintu besarnya sambil melongokan kepalanya pada jendela bertirai biru tepat di samping pintu itu berdiri.

Eta masuk setelah suara guru perempuan di dalam ruangan mempersilahkannya untuk masuk. Gadis itu dengan semangatnya membuka pintu. Kemudian nyengir lebar tat kala melihat orang di dalam sana juga tengah menatapnya jengah. Bahkan, sampai ia melihat kilatan kesal di mata lawannya pun ia masih sempat-sempatnya tersenyum riang.

Seorang wanita paruh baya tetapi masih terlihat cantik tengah duduk di kursi kebesarannya. BuTet itulah panggilannya. Asli namanya Tetiana tapi karena Eta yang dengan seenak jidatnya mengganti nama orang sembarangan, jadi para siswa memanggilnya BuTet juga.

Di depan Bu Tetiana terdapat seorang siswa laki-laki yang tengah duduk membelakangi Eta. Dari postur tubuh dan bentuk rambut di kepalanya, Eta sudah dapat menebak siapa pria yang kini bahkan tak menoleh padanya. Sombong memang.

"Duduk Eta!" suruh Bu Tetiana.

Eta pun berjalan menuju kursi yang ada di samping remaja laki-laki itu. Eta pun duduk. Laki-laki itu menoleh lantas nyengir menunjukan giginya yang putih bersinar membuat Eta tak tahan ingin menghujat.

"Napa lo Na? Lagi iklan pasta gigi? Nyengir mulu." ucap Eta yang membuat sahabatnya, Nana langsung cemberut.

Nana dengan nama asli Arsena Riffandi Hastom. Sahabatnya dari orok yang selalu mengerti dirinya apapun keadaanya. Bad boy yang menjadi most wanted SMA Pelita. Semua siswa dan siswi mengenalnya karena ketampanannya serta keusilannya tentu saja.

"Eta gue ini nyapa elo bukan lagi jadi model iklan pasta gigi. Lagian gak pantes banget kalau cowok sekeren dan setampan gue itu jadi model iklan pasta gigi. Yang agak elitan kek." ujar Nana menyela.

"Eh iya ya lo mah gak pantes jadi model iklan pasta gigi. Terus yang pantes apaan yah.. Hmm.." kata Eta sambil pura-pura berpikir. Tak lama kemudian ia menjentikan jarinya.

"Ah iya. Gue tahu lo cocoknya jadi tukang kebun atau enggak tukang bersih-bersih toilet." ucapnya lalu tertawa.

Nana mendengus kesal.

"Ekhem." Bu Tetiana berdehem menghentikan obrolan dua anak didiknya yang tidak sopan, seolah dirinya tidak ada di sana, keduanya mengacuhkannya begitu saja.

Eta dan Nana nyengir kearah Bu Tetiana.

"Eh ibu." kata Eta.

"Eta!"

"Saya bu."

"Nana!"

"Iya bu."

"Kalian tahu kan hari ini hari pertama masuk sekolah di semester genap di kelas sebelas?"

Mereka mengangguk mengiyakan.

"Lalu kenapa kalian melanggar aturan? Ini itu hari pertama masuk sekolah. Cobalah untuk menjadi lebih baik kayak yang lain. Belajar dengan sungguh-sungguh bukan ngerjain orang aja. Contoh tuh si Beni dia udah pintar, berbakat, mematuhi aturan, baik pula." sungut bu Tetiana berapi-api.

"Bandingin orang aja muluuuuss.. Kayak jalan tol." cibir Eta tak terima dibanding-bandingkan.

"Oh gak bisa bu. Saya bukan Beni atau pun yang lainnya. Saya gak bisa jadi orang lain. Saya ya saya. Mereka ya mereka. Saya lebih nyaman menjadi diri sendiri bu." potong Nana yang tidak sudi dibandingkan dengan orang lain.

Forever Alone (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang