"Ta lo tahu gak gimana ending novel yang gue ceritain ke elo?" tanya Vi begitu ceria.
Setelah Eta tersadar, semua sahabatnya kembali datang untuk menjenguk. Bahkan Rian yang sudah berangkat ke Bandung kembali lagi ke Jakarta hanya untuk bertemu dengan Eta yang sudah siuman.
Seminggu ini mereka datang menjenguk tanpa henti di setiap harinya."Enggak." jawab Eta masih dengan suara yang lemah.
"Endingnya itu si pemeran utama mati. Sedih deh pokoknya...."
Eta tak mendengarkan cerita Vi yang begitu antusias menceritakan balik apa yang ia baca.
Pikiranya melayang jauh pada masa depan yang masih tanda tanya. Apakah ia akan bahagia dengan semua orang yang ia sayang dan keluarganya kembali padanya? Atau, apakah ia akan pergi juga seperti si tokoh utama yang ternyata....mati?
Memang pada dasarnya manusia akan mati setelah azalnya menghampiri. Tapi, apakah hidupnya akan singkat seperti novel yang Vi ceritakan? Hanya Tuhan yang tahu. Yang perlu ia lakukan adalah menjadi yang terbaik dan menjalani garis takdirnya.
"Ta lo dengerin gue kan?" tanya Vi yang sadar jika Eta tengah melamun.
"Eh-"
"Tuhkan.. Lo gak dengerin gue." Vi mendengus, bibirnya yang berwarna merah alami cemberut.
"Sorry-sorry Vi." Eta buru-buru meminta maaf pada Vi.
"Kesel ah." Vi merajuk. Tanganya terlipat di depan dada dan bibirnya semakin mengkerucut membentuk piramida.
"Hehehe.. Udah ah jangan merajuk. Malu sama umur." Eta terkekeh.
"Ih..."
"Ah udahlah, jangan merajuk. Ayo cerita lagi kali ini gue dengerin kok. Sumpah." bujuk Eta.
"Ogah ah. Cari topik lain aja yang bikin lo mau dengerin gue." tukas Vi pada akhirnya.
Eta tersenyum mendengarnya. Inilah sikap Vi yang berbeda dari yang lain, yang membuatnya selalu rindu akan dirinya ketika ia jauh di sana.
"Vi kalo gue pergi, gue pasti bakalan kangen banget." gumam Eta yang masih terdengar oleh Vi. Sejenak jantung Vi berhenti berdetak, otaknya tak mampu mencerna dengan cepat apa yang dikatakan Eta. Sedetik kemudian semuanya kembali berjalan normal.
"Apa-apaan sih lo? Emang lo mau kemana hm?" tanya Vi yang terdengar tak suka.
"Surga." jawab Eta kalem.
"Maksud lo?" tanya Vi serius.
"Mungkin besok atau lusa gue udah gak ada lagi di samping kalian." jawabnya lalu tersenyum.
"Enggak. Lo gak akan pergi kemana-mana. Lo akan selalu ada di samping kita." bantah Vi.
"Enggak Vi. Gue...."
"Jangan pernah ngomong kek gitu lagi! Pokoknya lo gak boleh pergi kemana pun. Titik!" kata Vi yang membuat Eta tersenyum miris.
*****
"Sa, mau kemana?" tanya Ria yang tengah duduk di kursi sofa ketika melihat anaknya berjalan mengenakan jaket dan topi, tandanya dia akan pergi ke luar.
"Nemuin Eta." sahutnya mantap.
"Sudah mamah bilang jangan pernah berhubungan lagi sama gadis itu!" ucap Ria dengan nada agak tinggi.
"Tapi kenapa mah? Selama ini mamah cuman larang dan melarang tanpa memberitahu Axsa apa alasanya." tanya Axsa.
"Kamu gak tahu sa. Dia itu jalang." jawab Ria yang membuat Axsa tersentak kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Alone (Sudah Terbit)
Jugendliteratur"Kalo seandainya gue pergi ninggalin lo dan dunia ini, apa yang akan lo lakuin?" "Gue gak bakalan lakuin apapun. Jika itu takdir Tuhan gue gak bakalan bisa mencegahnya. Sekalipun gue janji buat bahagiain lo." "Hmmm..." "Hahaha.... Ternyata hidup ses...