part 12

7.5K 376 4
                                    

Eta menatap langit-langit kamar ruangan yang ia tempati dengan tatapan menerawang, memikirkan bagaimana ia melakukan operasi pengangkatan sel kangker tanpa ada orang lain yang tahu.

Pintu ruanganya terbuka menampakan wujud dokter Sandi dengan pakaian seragamnya. Dia menghampirinya.

"Jadi bagaimana keputusanmu Eta?"

"Dok, apa tidak ada cara lain selain melalui jalan operasi?"

Dokter Sandi terdiam sejenak.

"Sel kangker yang ada di tubuhmu masih sangat kecil. Mungkin  bisa dengan cara kemoterapi secara bertahap. Tetapi itu tidak cukup ampuh untuk membunuh dan menghancurkan sel kangker tersebut. Jikapun hancur itu membutuhkan waktu yang lama." jelas dokter Sandi.

"Apa operasi membutuhkan persetujuan dari keluarga?"

"Tentu saja. Itu harus."

"Kalau begitu saya lebih memilih dengan jalan kemoterapi saja dok."

"Tapi itu membutuhkan waktu yang lama Eta."

"Tak apa. Yang penting tidak ada yang tahu tentang ini."

"Loh kenapa?"

"Tolong dok rahasiakan penyakit saya dari siapapun apalagi keluarga saya."

"Bukanya jika keluargamu tahu itu lebih baik."

"Tidak. Semuanya akan sia-sia saja. Saya mohon dok."

"Baiklah."

"Terima kasih ya dok."

"Iya. Saya keluar dulu masih banyak pasien yang harus saya cek."

"Baik dok."

"Oh iya. Kamu boleh pulang hari ini. Tapi tiga hari setelah ini kamu harus kembali ke sini untuk melaksanakan kemoterapi pertamamu."

"Siap."

Setelah tak ada lagi pertanyaan dari Eta, dokter Sandi kemudian pergi meningalkan Eta sendirian.

Eta mengambil ponselnya yang berada di atas bupet kecil di samping brangkarnya.

Ia mencari nomor kembaranya.

"Halo! Lo lagi dimana?"

"Gue disekolah lah. Emang kenapa?"

"Gue pengen balik jemput gue buruan."

"Sekarang?"

"Tahun depan. Ya iyalah sekarang. Buruan."

"Yaudah gue otw bareng Nana sama Vi."

"Btw. Sekarang posisi lo jadi siapa?"

"Masih jadi elo lah. Kan perjanjian masih berlaku."

"Oh iya. Lo kesini jangan bawa Rian sama Debi yah. Tuh cowok dua rese. Demenya bacot mulu. Pusing gue."

"Ngalem gue gak bakalan bawa si cunguk dua itu kok. Hari ini gue bawa motor. Ini yang dipake mobil Vi buat jemput lo."

"Yaudah buruan jemput gue."

"Buruan-buruan. Lo bacot mulu dari tadi Eta."

"Oh iya lupa."

Terdengar dengusan kasar dari sebrang membuatnya menutup telpon segera. Ia membereskan barang-barang yang kemarin Ela kirim.

****

"Woyy!!"

Rian menghampiri Ela, Nana dan Vi yang tengah berjalan menuju parkiran.

Forever Alone (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang