Seorang gadis SMA tengah terbaring lemah di brangkar rumah sakit dengan menggunakan pakaian yang biasa seorang pasien gunakan disertai selang infus yang menancap di bagian punggung tangan kanannya.
"Eta!!" seseorang membuka pintu.
Eta menoleh ke arah sumber suara. Diambang pintu Ela berjalan mendekati brangkar yang Eta gunakan sambil menenteng buah-buahan. Dengan senyum mengembang Eta, membalas sapaan Ela. Lantas Eta beralih posisi menjadi duduk.
"Ta gimana keadaan lo?" tanya Ela lalu duduk di kursi yang ada di samping brangkar.
"Gua gak papa. Mama gimana?" tanya Eta balik.
"Mama gak papa kok. Operasi donor ginjalnya berhasil. Mama juga udah siuman sejak dua hari yang lalu.Oh ya, makasih ya ta, lo udah mau donorin ginjal lo buat mama." ucap Ela diakhiri dengan senyum simpul.
"Iya." Eta tersenyum tulus. "Bagaimanapun mama tetep mama gue la, yang ngelahirin gue kedunia ini, meskipun mama gak pernah anggap gue ada dan benci gue hanya karena masa lalu yang bukan salah gue, tapi gue tetep sayang mama kok." lanjutnya.
Ela tak bisa berkata apa-apa. Ia sadar kalau dari ucapan Eta yang tulus terdapat rasa sakit yang selalu membuat gadis itu semakin jatuh sendirian.
"Oh ya Ta, yang minggu kemarin bareng lo itu siapa? Pacar lo?" tanya Ela dengan penasaran, sebenarnya hanya untuk pengalih pembicaraan agar Eta tak tenggelam kembali dalam lukanya.
"Eh, bukan. Dia bukan siapa-siapa gue. Dia cuman anak baru di kelas gue yang kebetulan kena hukum bareng gue kemaren."
"Oh. Jadi itu yang namanya Axsa. Cakep juga." ujar Ela sembari tersenyum sendiri.
Eta menghela napas sembari mengulurkan lengannya pada buah apel berwarna merah gelap dari plastik.
"Btw. Kalau gue deketin dia, boleh gak?"
"Lah kok lo nanya gue. Mau lo deketin. Mau lo jauhin terserah lo lah. Gue bukan siapa-siapanya ini."
"Kalau gue bunuh gimana?"
"Ya jangan. Gila aja lo mau bunuh anak orang. Kasian emak bapaknya."
"Gue becanda." kata Ela sambil cengengesan.
"Kata papa, sebelum mama ginjalnya bermasalah lagi mama sempet marah-marah gara-gara kucing yang lo pelihara kelayapan ke kamar mama." lanjut Ela sambil nyengir.
"Hah?! Seriusan lo? Catty gak papa kan? Papa sama mamah gak bunuh catty kan?" tanya Eta dengan khawatir sampai-sampai apel yang telah berpindah ke tangannya terjatuh begitu saja menimpa buah apel yang lainnya.
"Katanya mamah sempat mukul catty pake bantal."
"Untung cuman pake bantal. Aduh catty kenapa sih lo keluyuran di rumah pas ada mamah. Kalau lo dibunuh sama mamah gimana hidup gue kalau gak ada lo?" ucapnya dengan dramatis.
"Lebay lo. Catty tuh kucing bukan manusia." cibir Ela.
"Catty udah gue anggap temen sendiri."
"Serah lo. Lo mau apel atau jeruk?"
"Oplos aja."
"Rasanya kagak bakalan enak bego."
"Udah lo jus aja apel sama jeruknya barengan. Gue lagi pengen jus apel plus jeruk."
"Yayaya. Nih." Eta memberikan sepotong buah apel yang sudah diiris tipis.
"Ela. Gue minta jus jeruk tambah apel bukan irisan apel."
"Udah deh jangan lebay."
"Tapi la gue itu lagi sa...mpphh"
Ela langsung memasukan irisan apel ke dalam mulut Eta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Alone (Sudah Terbit)
Ficção Adolescente"Kalo seandainya gue pergi ninggalin lo dan dunia ini, apa yang akan lo lakuin?" "Gue gak bakalan lakuin apapun. Jika itu takdir Tuhan gue gak bakalan bisa mencegahnya. Sekalipun gue janji buat bahagiain lo." "Hmmm..." "Hahaha.... Ternyata hidup ses...