part 7

7.9K 425 0
                                    

Hari ini adalah hari dimana Eta telah kembali ke rumah setelah dirawat di rumah sakit beberapa minggu lalu.

Dan sekarang Eta tengah beristirahat di kamarnya.

Dengan bersilang kaki Eta mengambil kacang yang ada di dalam toples lalu memakannya sambil membaca majalah fashion remaja masa kini.

Drrrt..drrtt..drrtt.

Ponsel yang berada di sampingnya bergetar. Eta membanting majalahnya lalu beralih posisi pada ponselnya. Eta menyimpan kembali ponselnya setelah membaca pesan tak penting dari operator.

Eta menghela napas lelah. Baginya, suntuk terus berdiam diri di rumah tanpa aktivitas atau teman bercanda, kecuali tidur tentu saja.

Baru saja Eta akan menutup matanya, ponselnya berdering menandakan ada yang menghubunginya.

Ia kembali mengecek ponselnya. Nomor baru yang tak ia kenal bertengger jelas di layar ponselnya, tapi tak urung ia mengangkatnya. Siapa tahu penting.

"Hallo!"

"Hallo ta. Lo dimana? Gawat matematika ulangan nih. Gak bisa ditunda dan gak bisa ulangan susulan katanya." cerocos orang yang menelponya. Suara si penelpon begitu familiar di telingannya.

'Rasa-rasanya gue kenal nih orang. Tapi siapa yah?' batin Eta.

"Hallo! Hallo! Lo masih di situkan ta?"

"Eh.. Apaan yah?"

"ULANGAN TA! U-LA-NGAN! SEKARANG."

"Ulangan apaan?"

"Set dah nih bocah. Ulangan Matematika ta. Bu Firda." jawab si penelpon geram.

Setelah mendengar apa yang diucapkan oleh si penelpon, Eta tertegun dengan mulut menganga menandakan ia terkejut.

"What the fuck!" pekiknya histeris.

"Mampus nih gue. Mana dia gak bakalan kasih kesempatan lagi. Bisa-bisa raport gue ada nilai merahnya nih. Udah dulu. Nih gue mau siap-siap."

Eta menekan bulatan berwarna merah di ponselnya. Tanpa tahu orang yang menelponnya tengah terkekeh geli mendengarnya.

Eta segera mengganti pakaian santainya dengan seragam sekolah tanpa mandi terlebih dahulu.

"Bodo ah. Gak mandi juga gak bakalan bikin gue mati inih. Palingan bikin orang pingsan." gumamnya.

Dia bersiap-siap dengan super kilat. Rambutnya ia ikat asal tanpa menyisirnya terlebih dahulu.

Eta memasukan buku-buku tanpa tahu buku apa yang ia bawa. Ia lantas mengalihkan tasnya ke punggung. Eta memakai sepatu warna pinknya plus kaus kaki putih berbelang pink pula.

Setelah itu ia buru-buru berlari untuk menyetop taksi. Sebenarnya pelajaran Matematika ada di jam keenam. Yang artinya ia masih memiliki waktu sekitar dua puluh lima menit lagi.

Taksi pun tiba. Eta buru-buru menyetopnya lalu masuk.

"Pak ngebut pak. Saya gak mau telat."

"Iya neng."

Mereka pun berjalan menuju sekolah Eta.

"Pak kok jalannya lambat banget. Saya keburu telat nih." kesal Eta karena taksi yang ia tumpangi jalannya begitu lambat.

"Maaf neng. Saya gak bisa ngemudi terlalu cepat. Saya harus mematuhi aturan."

"Ah pak. Ayolah. Kalau telat, bagaimana nasib kelangsungan hidup saya?"

"Tapi neng.."

"Udah sini biar saya yang mengemudi." Eta yang duduk di belakang langsung loncat ke depan menggantikan supir taksi yang sudah lumayan tua.

Forever Alone (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang