Chapter 9: Never, Never Fall

6.3K 993 365
                                    

Dawn Without Sunrise

OST: BTS – Dead Leaves

***

Jeon Jungkook memejamkan mata rapat-rapat. Untuk saat ini, mungkin menjadi buta akan terasa lebih baik.

Pemuda Seoul itu bukan orang bodoh. Mungkin dia naif, tapi Jungkook tidak bodoh.

Jungkook sepenuhnya tahu sedang berada di mana dirinya sekarang. Ia tahu bahwa dirinya telah dijebak.

Jungkook beringsut pelan, meringkuk di sudut ruangan. Suhu di sekelilingnya belasan derajat lebih rendah dari temperatur di luar sana. Ia hanya diberikan selembar kaus dan celana pendek sebatas paha, itu pun pemberian seadanya karena ia meronta meminta pakaian.

Ya, Jungkook baru dipaksa untuk berfoto dalam keadaan telanjang. Kata mereka, gambar tubuhnya akan dipajang untuk keperluan katalog.

Ka-ta-log.

Sekarang Jungkook mengerti, ia sedang dianggap sebagai barang dagangan.

"Kenapa kalian melakukan ini padaku ...?"

Bisikannya tentu saja sia-sia. Kalian. Siapa itu kalian? Bahkan Jungkook tidak tahu siapa yang ia sebut sebagai kalian.

Apakah V, Namjoon dan Jimin? Ataukah Yugyeom dan para anak buahnya yang tidak manusiawi itu?

Jungkook ingin marah. Namun tidak tahu pada siapa dirinya harus marah.

Ia ingin menangis sekencang-kencangnya, tapi lagi-lagi ... untuk apa? Tidakkah itu justru akan membuat tubuhnya dihajar oleh anak buah Yugyeom hingga berdarah?

Air mata Jungkook bergulir dingin di pipi, kontras dengan matanya yang berasa seperti terbakar. Bukan main. Ternyata seperti inilah Black Sun—neraka yang terilusi sebagai surga—tempat yang kemarin sempat membuatnya terpana. Ia sudah tidak memikirkan apakah tempat ini bisa berubah menjadi surga karena keberadaan V. Buktinya, ia kini sendirian dan tak punya siapa-siapa.

Di mana V? Di mana lelaki itu sekarang? Apakah V berusaha mencarinya? Apakah V masih ingat dirinya sementara si brengsek itu lebih mementingkan kisah cintanya dengan Minjae?

Apa mereka sedang bercinta di dalam bangunan kosong dan sesekali Minjae berbisik, "Sudah abaikan saja Jeon Jungkook yang tolol itu"?

Jungkook meringkuk di lantai, sesekali memukul dinding. Ia minta dibebaskan, sekaligus takut jika dibentak karena berbuat gaduh.

Jika putus asanya kumat, si pemuda malang menendangi loyang makanan yang diantarkan untuknya setengah jam yang lalu.

Suara loyang besi itu menggema riuh, seperti teriakan Jungkook yang tertahan sakit di balik dada. "Tolong... Tolong aku ...!"

Entah mana yang lebih mengerikan—terjebak di lorong rahasia Black Sun dan tak punya harapan hidup, ataukah terjebak di tempat pelacuran jelas-jelas sudah mengganggapnya sebagai aset baru. Sebagai barang jualan.

Lemas. Jungkook menyerah untuk terus duduk. Ia berbaring di lantai sedingin es, menekuk kakinya, meringkuk tanpa harapan.

Kepalanya sakit, sangat sakit. Perutnya lapar, tapi ia enggan memakan roti mentega yang disediakan untuknya karena takut makanan itu ditaburi obat tidur.

Tadinya Jungkook berpikir untuk memanjat dan kabur lewat jendela. Namun, rasanya itu akan sangat mustahil. Jendela-jendela yang berada di ruangan lankat ini tertutup rapat, dilingkupi jeruji besi seperti penjara. Tidak ada alat berat, pengungkit, kursi, obeng, atau apa pun yang bisa ia gunakan untuk menciptakan jalan keluar.

Dawn without Sunrise | MinYoon, TaeKook, NamJin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang