Chapter 12: Sound of The Shattered Snow

5.5K 936 523
                                    

Dawn without Sunrise

OST: BTS – Crystal Snow

***

"Kau sepertinya sudah sangat siap untuk mati."

Senyuman lebar itu mungkin tidak akan lama lagi bertahan di wajah Kim Taehyung.

"Memangnya apa yang harus kuratapi?" Ia membalas pelan. Namun tanpa sesal. "Aku sudah melakukan apa yang seharusnya kulakukan. Kematian adalah cara termudah untuk melarikan diri dari rasa bersalah. Apalagi, aku mati dengan dibayar. Setelah aku mati, kedua kakakku akan menangis sehari, paling lama seminggu. Setelah itu, selesai. Mereka akan sembuh dengan sendirinya."

"Kami suka dengan keteguhanmu. Baca ini dulu."

Kertas yang baru saja dimuntahkan oleh mesin cetak itu terasa hangat dalam genggamannya. V membaca, tak terlalu fokus. Ruangan tempatnya duduk sekarang penuh dengan benda-benda. Pemilik restoran kanibal itu—menurut V—adalah seorang pembunuh yang aneh. Ia mengambil banyak foto bersama orang-orang yang sudah menandatangani kontrak untuk disembelih, kemudian memajangnya seringan memajang foto teman lama.

V tidak mau menebak bagaimana pria bertopi dalam foto yang tergantung di dinding itu mati. Yang jelas, dalam potret bersama si pemilik restoran, ia memamerkan senyuman terkembang seolah tak paham kapan ajal akan menjemputnya.

Ini terasa lucu. V ingin tahu bagaimana nanti foto terakhirnya diambil. Mungkin ia harus sedikit memotong ujung rambutnya agar terlihat rapi saat diabadikan dalam kenangan. Tidak boleh ada seorang pun yang mengingatnya dalam keadaan jelek. V ingin mati untuk disenyumi, bukan untuk ditangisi, apalagi diludahi.

"Sudah selesai dibaca surat perjanjiannya?"

"Ya," V tidak terkejut. Ia mengulurkan lagi kertas hangat itu, menatap si pemilik restoran langsung ke mata. "Jadi kapan kau akan memberikan semua uangku?"

"Hari ini juga setelah kau menandatangani surat kesepahaman kita. Dan perlu kau tahu, V, jika kau terlanjur menandatangani kertas ini, kesepakatan kita tidak bisa dibatalkan. Apa pun alasannya. Meskipun seandainya kau tidak jadi mengambil uang itu, kami tetap akan mengejarmu untuk dibunuh—kalau memang kosakata 'disembelih' terdengar terlalu buruk untukmu."

"Aku tidak keberatan. Sama sekali tidak," V menyahut ringan. "Mau kau bilang akan 'disembelih', 'diganyang', 'dikunyah', peduli setan. Yang jelas aku butuh uangku segera. Aku benar-benar harus menyelamatkan seseorang."

"Bagus kalau begitu. Kau akan segera mendapatkan uang yang kau mau," si pemilik restoran tersenyum. Ia mencari pena dan menemukannya terselip di sela-sela gelimpangan puntung rokok yang memenuhi mejanya. Pemilik restoran ini adalah orang baik—menurut V—sayang, ia sangat jorok. "Bahkan jika hari ini Black Sun kiamat, kau akan tetap mendapatkannya. Kami bekerja dengan sangat profesional."

"Aku cukup terkesan," V menyeringai. "Jadi, mana yang harus kutandatangani?"

Pemilik restoran tersenyum. Menyerahkan pena. "Ini. Di sebelah sini."

"Oke."

Ujung pena turun, seperti sebuah pisau yang siap merobek nyawa seseorang.

"Tunggu, V." Namun, anehnya justru bukan V yang ragu. "V, kau tidak ingin membacanya sekali lagi?"

"Buat apa." Heran. "Intinya aku akan mati, itu saja kan?"

Nyali anak muda memang beda. Pemilik restoran tidak mencegah lagi.

Selama hidup di Black Sun, V bukan orang yang gegabah. Namun untuk kali ini, rasanya ia tidak perlu berpikir panjang untuk membubuhkan tanda tangannya dengan segera. Ia butuh uang. Ia butuh semua uangnya untuk menyelamatkan Jeon Jungkook. Setidaknya, cuma itu yang bisa ia lakukan. Dosa harus tetap ditebus, meski V yakin dirinya sudah pasti masuk neraka.

Dawn without Sunrise | MinYoon, TaeKook, NamJin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang