5

5.1K 615 11
                                    

Pagi-pagi sekali sudah tampak suasana riuh yang ditingkahi oleh Naya yang terus merocoki ibunnya. Di rumah sederhana yang Vania sewa tersebut sudah seperti lahan bermain bagi bocah lima tahun yang selalu ceria di setiap harinya. Ada saja yang dilakukannya untuk membuat Vania kelimpungan untuk memenuhi maunya anak itu agar bocah lucu tersebut mau mandi.

Saat akhirnya rambut anaknya telah disisir rapi, barulah Vania bisa menghela napas lega.

"Naya jangan kemana-mana dulu ya! Duduk sini aja, bunda mau mandi dulu." kata wanita yang kini tidak berhijab dan menampakkan rambut hitam panjangnya yang diikat ekor kuda.

"Iya... " Naya mengangguk patuh.

Begitu yakin bisa meninggalkan anaknya seorang diri di ruang tamu tanpa mengotori kembali bajunya dengan kue yang kini sudah diumpetin olehnya, Vaniapun beranjak pergi ke kamarnya yang terletak tak jauh dari tempat dimana anaknya berada.

Sementara Naya sendiri kini sibuk dengan boneka beruang hadiah ulang tahunnya beberapa hari yang lalu, yang didapat dari beberapa fansnya di sekolah tempat ibunya mengajar. Di tengah kesibukannya bermain, terdengar samar suara ketukkan dari arah pintu depan. Ragu dan bingung melanda bocah kecil itu saat memandang pintu kamar ibunya yang tertutup dan pintu depan yang ada di depannya secara bergantian.

Namun karena takut jika yang datang adalah bik Imas, pengasuhnya, kebimbangan itupun akhirnya hilang tergantikan dengan keyakinan langkah kaki kecilnya yang mengarah ke pintu. Perlahan karena pegangan pintu yang agak sedikit lebih tinggi dari tinggi tubuhnya sendiri, pada akhirnya pintu itupun terbuka.

Nampaklah sosok pria yang selama beberapa hari ini selalu diingat raut wajahnya.

"Om Andra?" ucap bocah itu dalam keterkejutan yang terpancar dari mata bulatnya.

Senyum Kevan sendiri sudah merekah lebar sewaktu menatap wajah bidadari mungil di depannya. "Hai Naya... bundanya Naya ada nggak?" tanya Kevan ramah.

"Om kenal sama bunda?"

Kevan mengangguk, "Tentu saja!"

"Oh... "

"Om nggak dikasih masuk nih?" Kevan memasang wajah sedih dengan harapan dapat meluluhkan hati gadis kecil di depannya ini. Dan umpannya pun ditangkap oleh gadis kecil itu dengan baik, terbukti dengan tarikkan di telunjuk tangan Kevan yang menarik dirinya untuk masuk ke dalam rumah.

"Kita duduk di sini aja ya, om." ucap Naya saat mereka telah sampai di ruang tamu. "Soalnya bunda bisa marah kalau kita pergi ke dapur, kan di sana ada kue yang bunda umpetin supaya Naya nggak boleh lagi makannya. Kata bunda karena Naya udah mandi, takut baju Naya kotor dan nggak cantik sama wangi lagi. Naya kan jadi sebel nggak dibolehin makan kuenya."

Kevan tersenyum lebar memperhatikan gadis kecil di depannya yang bersedekap dengan bibir mengerucut kesal karena tidak diperbolehkan makan kue. Gemas melihat tingkah gadis kecil itu, Kevan akhirnya mengangkat Naya ke atas pangkuan. "Kan apa yang dibilang bunda benar semuanya. Lagian kalau Naya makan kue terus, nanti pipi Naya yang gemuk ini jadi semakin gemuk. Kalau gemuk, nanti dicubitin orang loh." ujar Kevan sembari menusuk pelan pipi gemuk Naya.

Bibir cemberut Naya semakin mengerucut, "Ih... nggak mau om, nanti pipi Naya sakit."

Senyum semringah Kevan semakin terkembang tanpa berniat menyahuti omongan gadis di pangkuannya. Malahan dalam keheningan yang terasa menenangkan untuknya, mata tajam Kevan menelisik seraut wajah mungil Naya. Mencari entah apa di wajah itu hanya untuk memuaskan kehendak hatinya yang ingin dipuaskan akan sesuatu.

Belum pernah dalam hidupnya yang telah melewati pertengahan tiga puluhan, Kevan merasakan kedekatan dengan seorang anak kecil seperti saat ini. Bukan hanya hati namun pikirannya juga sejalan dengan hatinya untuk membuat Kevan terus dan terus mengingat gadis kecil bernama Naya ini. Entah harus dinamakan apa kedekatan yang terjalin ini? Kevan sendiripun kebingungan dengan perasaan senang yang kini ia rasakan. Selain itu ada banyak sekali masalah yang harus Kevan selesaikan jika ingin segera menemukan jawaban yang hati serta pikirannya inginkan.

Semerah Warna Cinta [TTS #3 | SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang