"Ya, aku akan membantunya! " teriak dahyun.
Bobby menatap dahyun, lalu mulai mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya.
"Kenapa kau ingin membantunya?" tanya bobby.
Pertanyaan yang bobby lontarkan sangatlah mudah untuk di jawab, bahkan tanpa harus menghitung rumus. tapi entah mengapa bibir dahyun terasa kaku untuk menjawabnya.
Ada berbagai macam rangkaian kata-kata yang dapat dahyun lontarkan, tetapi ia begitu sulit untuk memilih kata-kata itu. Pekirannya terlalu dipenuhi oleh hanbin sehingga sulit baginya untuk berpikir jernih.
"Aku... Hanya ingin membantunya"
"Jika hanya itu lebi-"
"Aku ingin membantu hanbin sunbae sembuh dari traumanya. Aku ingin ia keluar, keluar dari keterpurukan masa lalu yang mengikatnya. Aku hanya ingin hanbin sunbae hidup tanpa beban yang mengikatnya " ucap dahyun memotong perkataan bobby.
Bobby diam, ia memandang lekat dahyun, tepat di manik hitam gadis itu.
Nihil.
Bobby tidak menemukan sedikitpun kebohongan disana. Dahyun, gadis itu benar-benar serius dengan perkataannya.
"Dahyun-ah, jika memang kau bisa menyembuhkan traumanya. Aku akan sangat berterima Kasih, tapi... Kumohon jangan pernah sekalipun kau meninggalkan nya jebal" ucap bobby pada dahyun.
Dahyun dengan mantap mengangguk kan kepalanya.
"Aku akan menjaganya sunbae"
"Kalau begitu terima Kasih, kuharap kau memang bisa menyembuhkan nya" ucap bobby sembari mengelus kepala dahyun.
Dahyun tersenyum.
Ya, Ini lah jalannya. ia sudah memutuskan sendiri kemana ia pergi. Tak ada penyesalan, yang ada hanyalah keyakinan.
"Nde.. Kuharap juga begitu"
***
Hari sudah menjelang malam, dan hanbin belum juga menampakkan wajahnya pada para anggota basket. Dia bahkan tak beranjak sedikitpun dari tempatnya.
Hanbin, lelaki itu menatap lurus kearah jendela kamarnya. Tatapan penuh akan penyesalan, rasa bersalah serta rasa takut. Semuanya menjadi satu. Seakan menambah luka didalam hatinya, membuatnya merasakan sakit jauh didalam sana.
Tes!
Tes!
Satu persatu likuid bening itu jatuh, hingga tak lama kemudian menciptakan sebuah sungai kecil di pipi lelaki itu.
Bahunya bergetar, hanbin berusaha menahan tangisnya namun hal itu terasa sulit. Kenangan yang ingin ia buang kembali menerobos masuk. Dan ia benci akan hal itu.
"Berhenti menjadi lemah"
Deg!
Suara itu..
Hanbin segera menoleh ke asal suara, dan ya seperti perkiraannya. Suara itu berasal dari gadis yang belakangan ini selalu ada di dalam pikirannya.
Kim dahyun.
Dahyun berdiri di depan pintu kamarnya sembari menatap hanbin tanpa rasa takut.
"Sedang apa kau di sini? " tanya hanbin.
Dahyun maju, perlahan mulai mendekati hanbin yang berdiri di dekat jendela besar itu. Sinar mentari yang hampir tenggelam itu menjadi latar keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious LOVE [END]
FanfictionPrecious love, Cinta yang berharga mungkin memang sulit untuk dilepaskan. Namun jika takdir yang menentukan apa yang bisa kita lakukan? Jawabannya hanya satu. yaitu Mengikhlaskan. Karena hanya takdir yang akan menentukan. "Precious Love" . . . H...