Part 1 : The Rude Prince

4.1K 547 54
                                    

"Bawakan tasku."

Lelaki setinggi 186 sentimeter, berkulit kecoklatan dengan coat panjang Gucci berwarna hitam, melempar kasar tas ransel miliknya ke arah seorang perempuan bertubuh kurus yang berdiri tepat dibelakangnya. Gadis yang kini gelagapan memunguti isi tas yang sebagian tumpah ke atas tanah itu, menjadi pemandangan menarik dari balik bola mata gelap kecoklatan miliknya. Raut wajahnya yang terpahat hampir mendekati sempurna itu, kini menampilkan sebuah sunggingan di bibirnya– atau lebih tepat disebut seringaian. Entah mengapa dirinya merasa puas sekali melihat gadis itu menderita. Melihat Jeon Wonwoo si kerempeng yang kurang asupan nutrisi itu menderita.

"Tak bisakah kau memberikannya secara normal–" Ucap perempuan itu sembari berjongkok memunguti salah satu buku milik sang lelaki yang terjatuh. "–dan bukannya melemparkan seperti ini?"

"Berani mengaturku, Jeon Wonwoo?" Lelaki itu berjalan dengan angkuh ke arah Wonwoo yang masih dalam posisi berjongkok. Dengan ujung sepatunya, ia menunjuk sebuah pulpen yang tercecer, memberi isyarat pada Wonwoo agar gadis itu mengambil dan memasukkannya pula ke dalam ranselnya. "Itu kau saja yang tidak becus menangkapnya." Lanjutnya lagi.

"Aku minta maaf kalau aku tidak becus. Astaga, ini benar sekali. Kau bisa mencari orang lain yang lebih becus untuk kau jadikan pesuruh, Kim Mingyu."

Kim Mingyu, preman kampus. Preman tampan. Preman pintar. Preman kaya. Dan berbagai macam definisi 'preman' lainnya yang tersemat dalam dirinya. Wonwoo sendiri tidak tahu dapat menjabarkannya sebanyak apa lagi. Membahas lelaki itu setidak-tidaknya akan membutuhkan waktu 1x24 jam. Dan Wonwoo tidak ingin waktunya terbuang percuma hanya untuk mendeskripsikan mahluk pria setengah preman yang berdiri di depannya.

"Kau melawan!?" Amuk sang preman.  Ujung sepatunya kini menendang tas miliknya sendiri yang tengah dipegang oleh Wonwoo yang masih berjongkok. Lagi-lagi isinya tumpah bertebaran. Wonwoo belum sempat menutup resleting tasnya.

"Astaga, kau merusak Louis Vuitton-mu Kim Mingyu." Wonwoo hanya mengerutkan keningnya melihat tas mahal –yang bahkan bukan miliknya– ditendang dengan kasar oleh Kim Mingyu. Dengan cukup sabar lagi-lagi ia memunguti isi tas milik si preman yang berhamburan. Ia tidak menunjukkan raut kesal. Kalaupun ada nada protes dari dalam suaranya, itu karena ia menyayangkan Kim Mingyu yang membuat tas seharga ratusan ribu won itu menjadi lecet karenanya

"Daripada kau tendang seperti ini, kau bisa memberikannya padaku, Kim. Tas-mu bisa menjadi ongkos makan-ku selama dua minggu kalau aku menjualnya lewat situs lelang internet." Wonwoo sudah selesai memunguti isi tasnya. Ia kemudian berdiri dan mengernyitkan dahinya ketika merasakan beban yang cukup berat berada di pundak sebelah kanannya. Untuk ukuran preman kampus, barang bawaan Kim Mingyu terbilang cukup banyak.

"Dasar pengemis." Olok Kim Mingyu. Lelaki tinggi itu kemudian berjalan dengan cepat di depan Wonwoo, meninggalkan Wonwoo yang masih kesulitan membawa dua tas sekaligus.

Wonwoo tidak kesal diperlakukan seperti ini. Hanya menggerutu, itupun dalam hati. Gadis itu sudah berada dalam fase 'lelah hanya dengan merasa kesal' kepada lelaki dihadapannya itu. Jadi ia memutuskan untuk tidak kesal. Mencoba menebarkan aura positif dalam pikirannya. Setidaknya Kim Mingyu yang menyebalkan ini terkadang membuatnya dapat merasakan makan enak. Lebih tepatnya membuatnya makan-makanan enak sisa dari Kim Mingyu yang tidak termakan.

Bukan sekali dua kali lelaki itu mengajak Wonwoo pergi –tentu saja untuk disuruh-suruh– dan membawa Wonwoo ke kafe atau restoran mahal. Biasanya Kim Mingyu akan memesan semua yang ia inginkan, dan berakhir dengan hanya memakannya satu suapan untuk setiap makanannya. Jeon Wonwoo kemudian akan dengan senang hati menghabiskannya. Atau bahkan membungkusnya untuk dibawanya pulang ke rumah. Tidak punya harga diri, memang. Wonwoo sudah membuang jauh-jauh harga dirinya semenjak ia tinggal bersama Nyonya Yoon yang kejam itu.

Fairy Without TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang