Jeon Wonwoo merasakan sesuatu yang lembut dan empuk bersentuhan dengan kulitnya. Ia mengerjapkan mata, melihat sekeliling dan baru menyadari bahwa ia sudah seperti kepompong dengan selimut tebal berwarna putih yang menyelubungi hampir seluruh tubuh kurusnya. Ia melenguh pelan, otaknya terasa tumpul untuk memikirkan apapun. Wonwoo lalu mengeratkan balutan selimut pada tubuhnya, makin meringkuk di dalam sana dan memejamkan matanya kembali. Gadis itu masih belum puas berbaring diatas kasur, ia belum ingin bangun dari tidurnya. Wonwoo merasa seperti ada lem tak kasat mata yang membuatnya tidak bisa melepaskan diri dari tempat tidurnya.
Tak lama kemudian, ia mendengar decitan suara daun pintu yang terbuka. Seseorang melangkah masuk ke dalam kamar tempatnya tidur; Wonwoo tidak terlalu mempedulikannya. Orang ituㅡlelaki ituㅡberjalan mendekat ke arahnya dan menyibakkan tirai yang berada tepat disamping kasur tempat Wonwoo berbaring. Semburat sinar matahari pagi menembus melalui jendela. Wonwoo harus menyipitkan matanya untuk menahan rasa silau. Kamar tersebut mendadak menjadi terang, Wonwoo dapat melihat dengan jelas kali ini siapa yang mendatanginya tersebut. Dan Wonwoo merasa familiar, lelaki itu sepertiㅡ
"ASTAGA KIM MINGYU!"
Wonwoo langsung terduduk secara otomatis. Ia singkapkan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Terlihat panik dan terburu-buru. "Kenapa tidak membangunkanku!" Lanjutnya sambil bersungut-sungut. Wonwoo baru menyadarinya kemudian kalau ia tidak sedang berada di kamarnya; tempat tidrunya tidak terlalu empuk, selimutnya juga bukanlah selimut mahal yang terbuat dari bulu Alpaca yang lembut dan hangat.
Mingyu kebingungan melihat reaksi Wonwoo yang cukup berlebihan di pagi hari. Dahinya membentuk suatu kerutan. "Ada apa denganmu?" Ia menghampiri Wonwoo dan duduk di bagian tepi kasur miliknya. "Kenapa panik sekali?"
Wonwoo panik, tentu saja. Tidak pulang semalaman seperti pagi ini berarti adalah amukan dari Nyonya Yoon. Belum lagi biasanya Ahjumma itu selalu memberikannya hukuman tidak masuk akal, seperti misalnya menyuruhnya untuk melaundry ulang seluruh pakaiannyaㅡyang padahal masih di taruh di dalam lemariㅡkarena alasan berdebu, atau hal lainnya seperti menyuruhnya menyikat kamar mandi yang bahkan baru dua hari yang lalu dibersihkannya. Wonwoo harus segera pulang, tekadnya dalam hati.
"Astaga, demi tugas Dosen Lee. Harusnya kau membangunkanku, Kim Mingyu!" Wonwoo masih terlihat panik, ia memutar bola matanya mencari tas ransel usangnya dibalik tangannya yang sibuk meremas ujung selimut dengan kasar.
Mingyu mendecak, "Kau tidur sangat pulas, mana tega aku membangunkanmu."
"Heol, kau bahkan tega membuatku membawa dua tas sekaligus." Wonwoo mencibir, matanya masih jelalatan mencari ransel. Ia tidak menemukannya di manapun. "Hey, dimana ranselku?" Serunya pada Mingyu.
Mingyu tidak menggubris. Ia mengambil satu buah bantal yang berada disamping tempat Wonwoo duduk dan memeluknya. Lelaki itu kini bersila santai ditepi ranjang dengan menghadap Wonwoo. "Kau semalam meringkuk padaku, Wonwoo. Bajuku sampai kusut." Mingyu lalu menunjuk kemeja putihnya yang kusut dibagian depan. Seperti bekas cengkraman seseorang.
Wonwoo memandangi bagian pakaian yang ditunjuk Mingyu, lalu berkata kesal. "Heol, apakah kau ini tidak tahu malu? Kau yang duluan memelukku!"
Wonwoo ingat sekali kejadian semalam bagaimana awal permulaannya, hingga mereka akhirnya harus berbagi ranjang. Dan tentu saja bukan Wonwoo yang memulai. Wonwoo tidakㅡbahkan tidak akan pernahㅡmemeluk Mingyu atas inisiasinya. Tentu saja malam itu ia berniat kembali ke rumahnya kalau saja si bongsor itu tidak seenaknya menahan tubuhnya. Tapi sepertinya lelaki di hadapannya ini melupakan semuanya, karena kemudian ia mengatakan hal sebaliknya yang rasanya cukup memuakkan.
"Memeluk?" Mingyu mengerutkan dahi. "Apa maksudmu memeluk? Sudah jelas kau yang memelukku Jeon Wonwoo. Dan kau tahu, daerah bagian dadaku sedikit basah, sepertinya air liurmuㅡ"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairy Without Tale
Fiksi PenggemarJeon Wonwoo sedikit banyak memiliki kesamaan seperti Cinderella: Ibu tiri yang menyebalkan, kakak tiri yang angkuh, yatim piatu dan sebatang kara. Perbedaannya, tidak ada pangeran yang menjadi sosok penyelamatnya. Yang ada di hadapannya malah si pre...